DISCLAIMER
Hypnosismic © KING RECORD
STORY © Hatarakimono
•
•
Happy reading
••••••••
••••••
••••
•••
••
•" Sudah ku bilang berkali-kali jaga sikapmu. Berhentilah menyusahkan dan mempermalukan keluarga. Kau pikir ibumu akan bangga padamu jika dia hidup!"
"~~~~~"
" APA KATAMU BARUSAN?! KAU KIRA KAU SEDANG BICARA DENGAN SIAPA!"
Brugh
Kedua kelopak mata Saburo tutup erat, menaruh jari-jari di alis mata, tubuhnya bersandar pada sandaran kursi mencari posisi untuk lebih rileks. Suara yang awalnya sayup kian menjelas, perkataan orang di seberang kamar benar-benar mengalihkan perhatian yang semula fokus pada deretan angka komputer.
Setelah mematikan cpu, yang terdengar setelah nya hanyalah deritan roda bangku yang bergeser.
Saburo menutup pintu kamar, di saat yang bersamaan, ayahnya-- Rei Yamada, keluar dari ruang kerjanya.
Pria 46 tahun ber-anak tiga itu memasang wajah stoic seperti biasa, namun Saburo menangkap gurat amarah yang belum luncur. Tentunya Saburo tau, suara ricuh yang mereka timbulkan bahkan sampai menembus dinding kamar Saburo, padahal dinding di rumah cukup tebal dan kedap suara.
Pandang mereka sempat bertemu sekilas sebelum Rei yang memutuskan kontak mata, menyeret koper dan berjalan mendahului Saburo.
Sepertinya dia akan berangkat dalam Perjalanan bisnis mendadak.
" Saburo." Suara bariton Rei menarik Saburo kembali dari lamunan.
" Ha'i otou-san."
" Aku akan ke Kobe untuk memeriksa kantor cabang selama dua hari. Tetap laksanakan kewajibanmu dengan baik. .... dan pastikan, Jiro tidak keluyuran."
Saburo mengangguk, " Ha'i otou-san, semoga urusanmu lancar."
" Aku mengandalkanmu Saburo."
Sebuah senyum menghiasi wajah Saburo, tidak mengindahkan perkataan yang sejatinya adalah sebuah tanggung jawab yang harus dia pikul sebagai anak di keluarga Yamada. Keluarga terbilang cukup kaya berkat bisnis dibidang teknologi, informasi serta elektronik.
Melihat jam branded edisi terbatas yang tampak elegan melingkari pergelangan tangan kekar, Rei nepuk pundak anak bungsunya, sebelum berlalu meninggalkan Saburo yang masih terpaku di tempat.
Sepeninggalan ayahnya, bola mata Saburo begulir menatap pintu ruang kerja pria tua itu cukup lama.
Kriet
Pintu kembali terbuka, dan tebakan Saburo nyatanya benar. Hal yang membuat ayahnya murka adalah hal mengenai Jiro Yamada, kakak keduanya, anak tengah Yamada bersaudara.
Wajah tirus dan sayu terlihat muram juga dihiasi bulir-bulir keringat, rintihan beberapa kali tertangkap indra pendengaran. Saburo perhatikan lebih detail, jemari berlingkar cincin hitam itu bergetar saat menutup pintu.
Tidak diragukan jika kakak nya itu pasti sehabis mendapat hukuman yang cukup menyakitkan untuk ukuran seorang anak pembuat onar yang sering kali pulang dengan luka-luka.
Rei selalu keras dalam mendidik, mengejar kesempurnaan dan memotong kecacatan pada anak-anaknya hingga mereka tumbuh dengan tak sedikit prestasi, entah itu bidang akademik maupun non-akademik. Disiplin adalah point penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gomen Wakaranai
FanfictionDengan sengaja kami mengabaikannya, dan kami tidak tau apa-apa tentang dirinya, seharusnya aku tidak merasakan apa-apa karena aku kira aku membencinya. Ya seharusnya begitu. Namun rupanya aku menyesal, menyesal karena tidak bisa mengatakan apa yang...