CHAPTER 4

148 27 0
                                    

DISCLAIMER

Hypnosismic © KING RECORD
STORY © Hatarakimono


Happy reading
••••••••
••••••
••••
•••
••

Detingan halus peralatan makan menjadi rutinitas di pagi hari, seorang kepala keluarga bersama ketiga anaknya nampak khidmat menikmati santapan.

Dalam kecanggungan, waktu terasa berjalan dengan lambat hanya untuk menghabiskan sisa-sisa makanan.

"Bagaimana dengan persiapan ujian kalian? Itu akan datang seminggu lagi." Suara bariton kepala keluarga memecah keheningan. Walau terdengar seperti basa-basi, Saburo, Ichiro maupun Jiro sangat paham jikalau kalimat tersebut berupa kalimat imperatif yang berkedok retoris.

Memberi perhatian penuh pada ayahnya, Saburo menjawab tanpa ragu. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan otou-san,"

"Bagus."

"Bagaimana dengan mu Jiro? Aku memang tidak akan berharap banyak padamu, namun setidaknya naikkan peringkatmu, mungkin jika kau dan Saburo dalam satu tingkat, kau akan kalah dengan adikmu sendiri." Ujar Rei Yamada dengan dingin.

Saburo menatap orang yang duduk di seberangnya itu dalam diam, penasaran dengan respon apa yang akan Jiro tunjukkan, tidak terlalu menaruh perhatian pada kakak pertamanya yang nampak lebih terganggung dengan ucapan ayah mereka.

Jiro tak menatap langsung, pandangan nya tertunduk menatap mangkuk sup yang telah bersih, "Aku akan mempersiapkannya."

Telak. Saburo meruntuki pemilihan diksi dari sang kedua, sangat bodoh, setidaknya jawablah dengan kalimat yang seakan semua dalam proses.

Pagi ini akan menjadi pagi yang panjang dan memuakkan pikir Saburo.

Jawaban itu tentu saja sama sekali tidak memuaskan bagi Rei. "Baru ingin mempersiapkannya? Seharusnya kau sadar ketidakmampuan mu sebelum nya itu membuatmu sadar untuk berusaha lebih keras."

"Maaf otou-san, aku akan berusaha kali ini."
Balas Jiro, mereka bisa mendengar kesungguhan, walau begitu tak menghapus ragukan pada sosok bermanik hijau-kuning tersebut bagi sangat kepala keluarga dan anak bungsu.

"Baguslah jika kau mengerti, mulai berhentilah mempermalukan diri sendiri."

Menyadari pergeseran kaki bangku pada lantai Saburo menatap Ichiro.

"Ichi-nii, tetaplah tenang, jika kau ikut terlibat, masalah ini akan semakin panjang." Bisik Saburo, akhirnya dengan berat hati Ichiro hanya menghela nafas kasar.

"Berhentilah mengikuti kegiatan ekskul yang tidak berguna, apa yang kau ikuti? Sepak bola? berhentilah! sama sekali tidak ada prospek untuk masa depanmu."

"Oyaji, tidak selayaknya kau berkata seperti itu."

Saburo menahan lengan Ichiro agar tidak bangkit dari tempat duduknya, keduanya langsung mengalihkan atensi pada Jiro yang kini balas memandang ayah mereka dengan tatapan tajam.

"Aku akan belajar... belajar dan belajar sampai kepalaku pecah, jadi beri aku kesempatan terakhir. Jadi tolong jangan usik kegiatanku yang satu itu."

"Baiklah, ini kesempatan terakhirmu, jika kau gagal dan masih berapa di tempat rendah, kau harus berhenti dari sepak bola. "

Kedua mata Jiro membulat beberapa detik sebelum kembali normal, walau kekecewaan tidak bisa tertutupi.

Ichiro benar-benar tidak tahan dengan apa yang ia lihat dan dengar. "Oyaji, berhantilah menekannya, biarkan Jiro melakukan apa yang dia mau, nilai bukan segalanya."

Gomen WakaranaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang