Chapter 1: Not a Little Things

1.8K 173 172
                                    


"I fell in love with you because of the little things you never knew you were doing."

.

.

.

.

.

.

.

.

Segelas kopi, berharap bisa mengurangi sisa pening.

Lelaki itu terburu-buru. Ia berjalan cepat. Di bahu kanannya, tergantung tali tas selempang, sementara tangan kirinya sibuk membawa segelas kopi dari kedai di dekat rumah sakit. Sampai di pintu masuk ruangannya, ia menepuk pipinya keras, berharap kantuknya bisa segera hilang.

Junho mendadak muncul di pintu ruangannya, tepat ketika lelaki itu memakai jas putihnya dengan sedikit malas—lehernya masih kaku karena salah posisi tidur.

"Dokter Cho?"

Seungyoun mendekat ke mejanya, menyesap kopinya sedikit sembari melirik Junho, salah satu perawat di rumah sakit. "Wajahmu kenapa pucat begitu?" tanya Cho tenang.

"Pasien yang kapan hari—" Junho mengulum bibirnya cemas.

"Yang?" ulang Cho.

"Yang kauminta pulang, Seungyounie." Wooseok mendadak muncul di belakang Junho, memijat kepalanya. "Sungguh, kita akan dapat masalah besar."

"Sebenarnya apa yang kalian bicarakan?" Cho Seungyoun mengernyitkan keningnya, merasa pening menguasainya lagi. "Dan lagi, kalau ada pasien darurat, kenapa kau masih di sini?" tanya Seungyoun pada Wooseok, rekan sesama dokternya.

"Ada Dongwook-nim yang menanganinya."

Mata Seungyoun kali ini melebar. Ia mendadak kehilangan kantuknya. Kalau sampai kepala dokter rumah sakit ini sampai turun tangan, berarti ini masalah serius.

"Kau masih ingat pasien lelaki yang mengeluh sakit kepala? Beberapa hari lalu, kau memberi resep dan menyuruh suaminya yang berdandan emo itu untuk membawanya pulang. Masih ingat? Kepalamu belum terbentur, kan?" Nada Wooseok makin meninggi.

"Ada apa dengan pasien itu?"

"Waktu itu kau memulangkannya karena mengira itu hanya sakit ringan karena efek dihajar suaminya. KDRT kaubilang—"

"Wooseok! Jangan berbelit-belit. Ada apa?!"

"Pasien itu masuk rumah sakit lagi pagi ini. Pendarahan hebat di dalam kepala. Dan saat itu kau memulangkannya tanpa melakukan tes CT scan, hanya karena kau yakin itu hanya KDRT biasa. Pasien bernama Baekjin itu koma."

"Ap-apa?" Seungyoun mengerjap. Tidak bisakah paginya lebih buruk dibanding sekarang?

"Suaminya mengamuk karenamu. Kau salah diagnosa, dan pasien itu, kemungkinan tertolongnya makin tipis. Saking mengamuknya, sampai kita menelepon bantuan 911. Sampai ada petugas terluka juga."

Sadar atau tidak, jemari Seungyoun bergetar. Mukanya yang putih makin memucat.

"Bersiaplah kalau dia akan menuntutmu. Kautahu kemungkinan terburuknya, kan?"

Seungyoun menelan ludah. Tentu saja ia tahu.

Ia bisa kehilangan lisensi kedokterannya.


Emergency LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang