Chapter 2: On My Mind

889 139 106
                                    


"I never planned to have you on my mind this often."

.

.

.

.

.

.

.

.

"Tahun ini, begitu banyak volunteer untuk kegiatan pengabdian masyarakat. Kami harapkan—"

Ceramah panjang dari perwakilan pusat sudah menggema ke seluruh penjuru ruangan selama lima belas menit terakhir. Rekrut para sukarelawan berlangsung dari kemarin hingga hari ini peresmian perkenalannya. Ada belasan orang tergabung. Tim SAR juga diundang dalam acara penyambutan dan upacara resmi dalam aula gedung pusat ini. Berjejer rapi dengan seragam di barisan depan aula, belasan sukarelawan siap siaga dan akan mulai tergabung dengan tim hari ini. Mereka akan ikut dalam kegiatan sosial selama dua bulanan.

"Aku tidak tahu kenapa aku harus ikut rencana konyolmu ini."

Seungyoun tersenyum. Berdiri di sampingnya, Kim Wooseok, sahabatnya yang ia seret dalam rencana gilanya ini. Wooseok menggemeretukkan giginya, membuat Seungyoun menahan tawa. "Kita sedang di-skors Dongwook-nim. Ke mana jiwa kemanusiaanmu, meng?"

Wooseok mendesis. "Aku tidak percaya kau akan melakukan usaha sejauh ini."

"Demi Han Seungwoo," bisik Seungyoun. "Bukan, bukan, maksudku, demi masa depan karir kita. Karirku lebih tepatnya. Kau tega aku kehilangan lisensi kedokteranku? Kau sendiri yang mencetuskan ide agar aku 'memanfaatkan' laki-laki menyebalkan itu."

"Jadi, yang mana Han Seungwoo?"

Seungyoun memberi isyarat lewat pandangan matanya, ke barisan kursi di ujung depan yang menghadap ke arah para sukarelawan. "Perhatikan. Yang nomor tiga dari kanan, jangkung." Tepat, Seungwoo menatap Seungyoun. Matanya memicing.

Seungyoun mengedipkan satu matanya, dengan seringai tipis yang menggoda dan kecupan singkat di udara.

Seungwoo memutar bola matanya, kehabisan umpatan.

"Omo, rupanya itu dia. Gila, ganteng sekali. Kau yakin bisa menaklukkannya?"

Seungyoun tertawa dengan suara berdeham rendah. "Hohoho. Kaulihat saja, Seokkie. Dia pikir dia bisa lepas dariku dengan mudah? Hohohoo."





***

"Aku tidak pernah bertemu orang sesinting ini," gumam Seungwoo. Gerutuannya terdengar rekan-rekan yang duduk di sampingnya. "Jangan-jangan dia itu penyihir. Bagaimana bisa Pusat menerima lelaki segila ini di tim SAR? Apa sekolah kedokteran betulan bisa membuat otak orang jadi konslet?"

"Pak Gong langsung senang saat tahu kalau ada dua sukarelawan yang berprofesi dokter. Ini keberuntungan besar katanya," jawab Lee.

"Ini kesialan besar." Seungwoo mendengus pelan. "Aku benar-benar tak habis pikir. Kenapa dia muncul di mana saja seperti hantu gentayangan?"

"Kuralat. Kesialan besarnya hanya untukmu, Seungwoo," timpal Jinhyuk. "Bukankah dia manis sekali saat mengedipkan matanya padamu tad—tunggu! Siapa itu yang di sebelahnya?" Perhatian Jinhyuk teralih. Ia menyenggol lutut Hangyul dengan lututnya sendiri.

Emergency LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang