Chapter 4: Fighting for Love

660 116 95
                                    

"Relationships are worth fighting for. But you can't be the only one fighting."

.

.

.

.

.

"Maaf, ada yang namanya Cho Seungyoun?"

Sooman menoleh. Seorang pemuda bertubuh mungil berdiri di ambang pintu yang terbuka. Ia terengah, sepertinya baru saja berlari. Jemarinya yang lentik melepas kacamata gelapnya. Matanya yang besar seperti kucing ragdoll memandang ke sana kemari—sampai akhirnya menemukan sosok Sooman yang duduk di mejanya, memegangi ponsel.

Mendengar suara barusan, Sooman menoleh. Matanya melotot dan ponselnya terlepas dari tangannya—jatuh. Sooman berdeham, mengambil ponselnya dan segera memasukkannya ke dalam laci. Ia buru-buru berdiri tegap. "Ada yang bisa kami bantu?"

Wooseok terdiam sesaat. Dipandanginya Sooman.

Laki-laki itu, kok tidak menatap matanya? Wooseok menunduk, melihat dirinya sendiri. Kaos ketat V-neck membuat leher putih mulus terpampang jelas. Mata Wooseok memicing. Ia buru-buru memakai jaketnya lagi, tak peduli udaranya sedang gerah.

Sooman tertawa kikuk. "Ah, duduklah dulu."

Perasaan Wooseok mendadak tak enak.

Kali ini, Seungyoun menyeretnya ke masalah gila apa lagi?





***

"Kemari! Kubilang kemari!"

Seungyoun berlari menyeberangi sofa. Ia menunjuk-nunjuk sepatu boots yang tergenggam erat di kedua tangan Wooseok. Keduanya tetap saling berkejaran. Seungyoun harus berulang-ulang melangkah mundur, masih berusaha negosiasi dengan Wooseok. Di ruang tamu apartemennya, sudah banyak barang berserakan—mulai buku-buku Seungyoun, pakaian, majalah, sampai benda-benda tak jelas lainnya yang dari tadi dilemparkan Wooseok. "Turunkan sepatu itu dulu! Turunkan! Kita bicara baik-baik!"

Wooseok mendengus keras. "Bicara baik-baik kepalamu! Kau membuatku malu di kantor polisi!"

"Paman mesum itu tidak mungkin melakukan pelecehan seksual, kan?" kilah Seungyoun. "Seokkie! Sepatu itu kado dari ibuku. Jangan dilempar!"

"Aku ingin copot sol-nya sekalian."

"Akan kutebus. Apa saja! Ayolaaah!" rengek Seungyoun.

Wooseok menghentikan aksi kejar-kejarannya. "Baiklah. Bulan ini, kau yang membersihkan apartemen."

Seungyoun melirik sekitar. Wooseok benar-benar tak main-main ketika memilih hukuman.

"Dan belikan aku shampo untuk jatah bulan ini."

"Baik, baik! Sekarang turunkan sepatuku."

"As you wish!" Wooseok melemparkannya pada Seungyoun—yang langsung dengan sigap menangkapnya.

Seungyoun tertawa. Keduanya ngos-ngosan, akhirnya memilih duduk berdua di sofa, dengan pemandangan apartemen yang berantakan. "Jadi, apa yang Sooman lakukan?"

"Mengatakan hal-hal tidak masuk akal."

Seungyoun memiringkan kepalanya.

"Dia bilang, 'Jabatanku cukup tinggi, dan aku seorang petugas pengabdi masyarakat yang saaangat patuh, masa depan cerah. Apa ada kemungkinan seseorang menolak pesonaku? Hwahaha' seperti itu," desis Wooseok, menirukan ucapan Sooman lengkap dengan tawanya yang horor.

Emergency LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang