Chapter 7: The Saddest Goodbye

642 119 65
                                    


"The worst goodbyes, are the ones that never said."

.

.

.

.

.

Kotak di tangan Seungyoun berdebu. Seungyoun harus menyapukan jemarinya di atas permukaan penutup kotaknya untuk membukanya. Seungyoun menjentikkan jarinya. Butiran debu yang hampir tak terlihat, beterbangan sebagian. Lelaki itu terbatuk sekali, namun segera ia kuasai. Berapa lama kotak itu ada di kolong ranjangnya? Sejak ia pindah ke apartemen ini sejak kuliah hampir sepuluh tahun lalukah?

Wooseok pernah menanyakan Seungyoun tentang beberapa kotak Seungyoun yang tak terbuka—jikalau Seungyoun butuh bantuan untuk menata barang di kamarnya. Namun Seungyoun selalu menolak. Ia memilih menyembunyikannya dari pandangan mata.

Ada sepatu speak bolanya ketika masih kecil. Ada pita-pita miliknya. Ada boneka seukuran gantungan kunci.

Dan album foto.

Membuka lembarannya pelan, ia menemukan potret usang ia ... dan ayahnya.

Cho Seunggi, yang meninggalkannya karena penyakit kanker. Inspirasi dan motivasi terbesarnya untuk menjadi seorang dokter. Kenangan-kenangan masa kecilnya berlarian dalam ingatan Seungyoun. Lelaki itu memejamkan mata sejenak, menarik napas panjang.

Menjadi dokter adalah ... cita-cita terbesarnya.

'Aku tidak mau bersama dengan orang yang tidak punya hati seperti itu.'

Seungyoun memasukkan barang-barang masa kecilnya itu kembali ke dalam kotak. Ia menutup kotaknya dengan keras—membuat debu-debu halusnya beterbangan.

Seungyoun menghela napasnya berat.

Sebutir air mata meluncur jatuh dari mata kiri lelaki itu.

Seungyoun menguceknya kasar.

Pasti karena debu.




***

"Lokasi kecelakaan tepat di pintu perlintasan kereta."

Leeteuk berdiri di kabin mobil truk unit milik tim pemadam kebakaran, memberi informasi pada timnya sementara kendaraan itu terus melaju menuju lokasi. Suara Leeteuk bersahutan dengan suara sirine dari luar. Tak butuh waktu lama, kendaraan-kendaraan tim penyelamat sampai di lokasi.

Langit sudah gelap. Kobaran api dari truk tangki minyak menyala-nyala. Begitu melompat turun, Jinhyuk dan Hangyul langsung fokus pada pembagian tugas, berusaha memadamkan api bersama tim yang lain. Ada pula tim-tim lain yang berusaha mensterilkan lokasi dari warga sekitar yang berkerumun ingin melihat.

"Informasi mobil lawan kecelakaannya macet di tengah perlintasan pintu kereta." Leeteuk membaca cepat kertas laporan di tangannya sembari memakai helm keamanan. "Seungwoo. Di mobil itu masih ada penumpang yang terjebak. Kaubawa satu petugas medis untuk mengecek kondisi korban."

Seungwoo menoleh, tepat ketika Seungyoun menatapnya balik.

Tadinya ia berniat memanggil Wooseok saja, namun Seungwoo tak menemukan lelaki berambut pirang cokelat itu. Ada Seungyoun. Ia memberi isyarat mata pada Seungyoun agar mengikutinya.

Emergency LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang