Seharian ini entah mengapa rasanya Aksa mencoba menghindari Lana. Lana juga tidak mengerti alasannya. Dia hanya memikirkan segala macam dugaan yang mungkin. Apakah kemarin dia mengatakan sesuatu yang salah? Ataukah Aksa marah karena perkara permen kapas?
Ah rumit!
Tapi kenapa Lana harus bersusah-susah memikirkannya? Toh bukan salah dia. Sudah untung Lana bersedia menemani Aksa, bahkan rela dijadikan objek pelampiasan kemarahannya.
“Ka! Lu udah ngelarin materi rapat?” Lana mencondongkan separuh badannya ke bilik Tama.
“Udah Lan. Tinggal minta acc ke bang Aksa sama bang Nunu.” Tepat disamping Lana, Tama sedang sibuk menyelesaikan pekerjaannya. Matanya hampir tidak berpindah dari layar komputer.
“Lu ngerasa aneh ga sih Tam? Bang Aksa kan biasanya kerja di balik bilik ini, tapi seharian ini dia ga kelihatan sama sekali lho!”
“Lagi sibuk ngurus bagian PR kali Lan. Kan kemarin ada masalah sama media partner sebelah.”
“Iya juga sih. Apa gue aja yang ke ruangan Bang Nunu buat minta acc?”
“Yeuu! Kan emang tugas lu paijoo!”
“Hehe bener lu”
Benar saja. Lana menemukan Aksa di ruangan Nunu sedang bercermin dengan mengangkat jas hitam lalu dia memeriksa setiap sisi apakah akan cocok jika dia pakai. Sementara Nunu sibuk dengan layar komputernya.
“Permi-” Lana membuka pintu lalu tercengang melihat tingkah Aksa sok keren.
“-si bang, saya mau minta feedback materi rapatnya.” Lana melangkah menuju meja Nunu. Aksa merasa gugup setengah mati. Seperti baru saja tertangkap basah setelah melakukan sesuatu yang terlarang.
“Bang Aksa juga. Kalau ada koreksi bisa hubungi saya atau Tama. Kalau bisa sih acc hari ini biar bisa langsung naik ke atas.”
“H-hah? Oh..O-oke ” Aksa tergagap.
Nunu tertawa kecil setelah punggung Lana hilang dibalik pintu. Dia tahu sesuatu terjadi dengan sahabatnya itu.
“Ngaku lu! Ada apa sama Lana? Anaknya biasa aja tuh. Kenapa lu yang salting?”
“Ga ada apa-apa serius!” pipi tembam Aksa memerah.
“Ah masa? Kemarin gue lihat lu narik tangan Lana pas adu bacot sama Salsa. Mau mungkir? Lu bawa kemana tuh anak orang?”
Pertanyaan Nunu bagaikan anak panah yang menghujam pikiran Aksa bertubi-tubi.
Kenapa dia harus bersikap aneh? Bahkan tidak ada yang salah. Tindakan menggenggam tangan semalam benar-benar tidak sengaja dan juga tidak direncanakan. Kenapa Aksa harus malu?
Aksa menguras otak demi mencari pembelaan untuk dirinya sendiri. Padahal dia sendiri tidak memiliki satupun solusi di dalam pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Headline | Hoshi Seventeen Fanfict
FanfictionSiapkah Lana mengulik topik terhangat di tahun ini?