Agenda wajib seorang Lana setiap pagi adalah pergi ke kafe. Biasanya dia akan memesan milk shake stroberi lalu memulai rutinitasnya. Sedikit berbeda dari sebelumnya, panggilan dari mba-mba kasir di hadapannya seolah-olah memperingatkan bahwa sudah terlalu lama dia berdiri dengan gestur jari telunjuk di depan dagu, artinya Lana bingung harus memesan yang mana. Setelah panggilan kesekian kali, dia makin memanyunkan bibirnya. Haruskah kali ini dia mencoba kopi?
Tetapi apakah boleh?
Selama ini, milk shake stroberi adalah minuman yang dia anggap paling “aman”.
Setelah panggilan kedua dari mba-mba kasir, Lana memutuskan untuk memesan Latte dengan satu shot espresso. Ingat! Hari ini adalah hari spesial.
Mba-mba kasir harus kembali bersabar karena di seberang sana, customer atas nama Lana sedang sibuk membedah isi tasnya. Matilah dia! Tidak ada selembar uangpun yang dibawa. Dompet pun tidak nampak. Pergerakkan yang cukup cepat membuyarkan pikiran Lana yang kusut itu. Seorang pria, sekaligus customer antrian tepat di belakangnya memesan segelas Americano dingin dengan tambahan kalimat “Tolong sekalian pesanan mba ini.” Sembari mengulurkan sebuah kartu debit ke arah mba kasir.
Merasa malu menjadi objek yang berhutang, Lana mengucap terima kasih lalu bergeser sedikit, bermaksud memberi ruang untuk pria itu. Tawa hambar keluar dari mulut Lana ketika dia mencoba bertanya bagaimana cara mengganti uang pria itu. Pria berbaju polo navy, bertopi dan tas sling medium ini meminta hp Lana. Selanjutnya pria itu memasukkan sebuah nomor.
“Kalau memang beneran mau diganti bisa nanti hubungi saya dulu. Saya sih ikhlas misal ga diganti. Gapapa kok seriusan!” Si pria ini terpaksa memberikan nomor hpnya kepada wanita asing ini, karena ia bersikeras membayar hutang untuk segelas latte.
Selain buah mangga, Lana juga tidak suka berhutang.
Hening.
Musik dari pengeras suara kafe terdengar lebih keras daripada biasanya. Padahal Lana sangat yakin, mereka tidak pernah menaikkan volume pengeras suara itu.
Pesanan datang 5 menit kemudian. Pria itu bergegas mengambil gelas miliknya dan langsung menuju mobil yang dia parkir tepat di depan kafe. Sementara Lana mengambil Latte miliknya kemudian berjalan kaki melihat nama kontak yang baru saja dia dapatkan.
Lana membaca nama kontak yang diberikan pria tadi.“Baik banget dah masnya, masih ada orang baik kaya dia. Bersyukur banget gue.” Gumam Lana sambil sesekali menyedot Lattenya sepanjang perjalanan menuju kantor penerbitan majalah yang berjarak 10 menit dari kafe tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Headline | Hoshi Seventeen Fanfict
FanficSiapkah Lana mengulik topik terhangat di tahun ini?