KATA 2. Map Merah Muda

73 17 7
                                    

Pelan-pelan baca ceritanya, supaya kalian mengerti jalan ceritanya:)

Selamat membaca:)

*

"Pagi ini ada meeting dengan klien, lalu, siang ada pertemuan pembahasan peninjauan proyek baru sambil makan siang, kemudian sore hari ada pertemuan dengan para pemegang saham, bla, bla," Pandi mengucapkannya panjang lebar mengucapkan schedulle keseharian Hadi.

"dan, terakhir hanya berhenti dengan pertemuan dengan rekan para donasi rumah sakit." lanjut Pandi.

"Bukankah malam ini ada bazar sekaligus penyantunan anak yatim?" koreksi Hadi menoleh pada Pandi yang fokus pada macbooknya. Pandi menoleh pada Hadi yang duduk di kursi kebesarannya.

"Benar, tapi, saya rasa kamu tidak perlu hadir, Pak Adnan. Biar nanti ada yang mewakilkan."

Rahang Hadi mengeras, suara remehan itu menusuk ke indera pendengarannya. Ia bangkit menatap tajam ke asisten keluarga Hamzah itu.

"Batalkan semuanya. Saya hanya akan mengahadiri penyantunan anak yatim saja."

Seketika Pandi menajamkan pendengarannya. Menatap tajam Hadi yang kini bersikap dari biasanya. Biasa lelaki ini selalu meng-iyakan, tidak pernah sekali pun menolak apapun yang menjadi rencana kegiatannya. Menurut apapun yang ia susun, tapi kali ini baru ia mendengar sebuah penolakan.

"Tidak bisa. Semua harus berjalan sesuai schedulle."

"Ada yang bisa dibatalkan?" tanya Hadi menantang.

"Saya tahu kamu lelah, Pak Adnan. Tapi untuk beristirahat, sekarang saya rasa cukup."

Rahang Hadi benar-benar mengeras dengan urat yang terlihat. Menatap tajam dengan amarah kepada Pandi.

"Cukup, ya Pan. Cukup kamu mengatur semua kehidupan saya."

"Saya hanya menjalankan tugas dengan benar, mengertilah Pak Adnan."

"Berhenti memanggil saya nama Ayah saya. Jelas saya dengan ayah saya berbeda."

"Nama ayah, juga nama tengah anda, Pak Adnan. Tidak ada bedanya. Harus saya tekankankan."

"Dan saya tekankan juga. Saya tidak ingin menghadiri apapun, kecuali menyantuni anak yatim kali ini."

"Tidak bisa. Jadwal anda, sudah saya katakan sejak awal."

Hadi benar-benar tidak dapat membendung amarahnya. Ia mencengkeram kerah Pandi. "Mau sampai kapan mengekang saya, hah?!"

"Anda harus melakukan apapun yang menjadi prioritas penting."

"Prioritas penting apa? Kau selalu mengedepankan hal yang tidak penting. Meeting, meeting, dan meeting. Hal yang selalu berkaitan dengan hal-hal yang tidak saya sukai! Sudah empat tahun, Pandi."

"Tenangkan dirimu, Pak Adnan."

"Jangan panggil saya seperti itu!" Tangan Hadi masih dengan keras mencengeram kerah Pandi yang tidak bisa dilepaskan oleh empunya.

Tiba-tiba sebuah pintu terbuka dan menampilkan beberapa orang yang membelak melihat perilaku diluar yang mereka duga.

"Di, apa yang kau lakukan pada Pandi?" ucap Azis terlebih dahulu, langsung masuk dan melepas cengkeramannya.

"Apa yang terjadi?" ujar Daud, melihat Hadi perlahan mengendurkan tangannya dan mengusap bahu Pandi.

"Hanya sebuah kesalahpahaman."

Hadi diam.

"Sepertinya Hadi sedang dalam suasana sedikit tidak baik. Lebih baik engkau pergi dulu, Pan." tepuk Daud membuat lelaki yang hanya lebih tua beberapa tahun yang bersikeras ingin dipanggil nama mengangguk.

KATA | Kamu adalah Takdir Allah (after KAPA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang