KATA 6. Adakah?

19 9 5
                                    

"Terima kasih atas kerja sama nya Pak Adnan dan Pak Kahf." ujar seorang laki-laki berjas hitam kepada Hadi dan Kahf sambil tersenyum dan menjabat tangannya.

"Sama-sama, Pak Hendru." balas Hadi setelah sebelumnya terlebih dahulu Kahf melepas jabatan klien mereka itu.

"Kalau gitu, saya permisi."

Selepas kepergian klien itu, Kahf dan Hadi tidak langsung pergi. Mereka duduk bersama di kafe tersebut dengan kopi masing-masing.

Kahf tampak kusut setelah urusan pekerjaan pekerjaan.

"Kau tidak akan pergi?" tanya Hadi membuat Kahf menggeleng saja, membuat Hadi terheran dengan sikap Kahf kali ini. Pasalnya Kahf adalah tipikal seseorang yang peka dan sangat menghargai orang.

"Maaf, Had. Aku belum ingin beranjak." jawabnya menyadari sikapnya.

"Kau akan menikah, kenapa wajahmu kusut seperti itu? Kalau Daud berada disini, kau akan menjadi sasaran selain aku yang dipojok-pojokan karena wajah seperti itu."

"Aku bingung dan ragu apa yang harus aku putuskan, Had." Kahf membawa rambutnya kebelakang.

"Bingung dan ragu dalam melangsungkan pernikahan? Itu sudah menjadi hal yang harus kau lewatkan. Cari jawaban untuk menyelesaikan yang baik untuk segala sisi hal."

"Aku meminta saranmu, Had." ucap serius Kahf, membuat Hadi menarik sedikit bibirnya. Jarang sekali Kahf berbicara seperti ini, apalagi mengenai masalahnya. Sudah berapa kali Hadi harus katakan, rekan kerja yang berubah menjadi sahabatnya itu merupakan orang yang tertutup dan selalu menyelesaikan masalahnya sendiri. Dan ketika sikapnya berubah, Hadi yakin itu pasti hal yang serius.

"Aku menikahi Raira yang merupakan sahabat kecilku itu tanpa cinta." jujur Kahf membuat Hadi kaget, namun ia bersikap biasa selanjutnya.

"Apa salahnya tanpa cinta? Ketika Allah berkehendak, ikatan suci kalian seiring berjalannya waktu akan membuahkan cinta."

"Berat, Had."

"Apa karena seseorang sebelumnya?"

Kahf diam membuat Hadi mengerti. "Jika kau masih memiliki perasaan kepada Sya, kenapa kamu memilih Raira?"

"Ada suatu alasan yang bikin kami nggak mungkin bersama, Had. Dan bodohnya aku malah menarik sahabat terbaikku sendiri dalam masalah ini, yang awalnya hanya untuk memanasi Sya."

Hadi tidak bisa mengorek lebih jauh alasan Kahf mengatakan jika ia tidak bisa bersatu dengan Sya, seseorang yang terlihat sangat mempengaruhinya.

"Dia sudah menikahi kakakku sendiri, dan untuk meyakinkan bahwa aku sudah melupakannya, aku malah lebih jauh menarik Raira lebih dalam."

Kahf menarik napasnya mengisi paru-parunya. "Awalnya seperti saranmu yang sama kupikirkan, aku akan menerima Raira dan menjalani semuanya untuk benar-benar melupakan dia yang tidak mungkin."

"Lalu?"

"Namun, ada alasan yang baru kuketahui mengubah rencanaku, Had. Aku tidak bisa menyakiti siapapun lagi setelah sikapku sebelumnya kepada Sya."

Kahf tidak menjelaskan alasan pasti dari balik masalahnya, namun Hadi dapat merasakan secara garis besar semua permasalahanya. Mencintai dan melupakan. Dua hal yang sulit dilakukan jika ada sebuah alasan yang menghalangi. Seperti dirinya, ia bahkan mencintai dan tidak bisa mencari pengganti almarhumah isterinya.

Hadi memegang bahu Kahf. "Aku memang bukan kamu yang mengalami Masalah ini. Tapi jika aku harus berbicara saran,Belum terlambat Kahf untuk memperbaiki luka kecil, sebelum luka besar yang kamu sudah perkirakan."

KATA | Kamu adalah Takdir Allah (after KAPA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang