2. Thinking Out Loud

2.1K 252 21
                                    

Halo, author disini, saya update cerita ini dulu karna saya belom ada ide buat cerita yg itu, untuk sekarang baca yg ini dulu ya, hehe

Aksa dan Olivia menyelesaikan makan mereka lalu kembali ke rumah sakit, seketika hati Aksa kembali di selimuti kekhawatiran karna operasi ibunya sudah berjalan 2 jam, Olivia masih tetap setia menemani Aksa yg bahkan sama-sekali tak fokus padanya, gadis cantik nan angkuh itu berusaha keras untuk bersabar menemani calonya sedangkan kedua bodyguard mereka sedang menonton Love Live Idol di mobil.

Seorang dokter keluar dari ruangan operasi menuju tempat duduk Aksa dan Olivia.

"Operasi ibu Andini Ginandra berjalan lancar, sekarang anda hanya perlu menunggu pasien sadar setelah kami memindahkanya ke kamar pasien"
Ucap dokter yg langsung membuat Aksa tenang, bahu yg tegang itu sudah mulai rileks dan senyuman tergambar di bibir tipis Aksa.

"Terima kasih dok"
Aksa berterima kasih ke dokter lalu di angguki.
Aksa masuk ke kamar ibunya, dia melihat ibunya yg masih tertidur, dia duduk dan masih di temani Olivia.

"Dengan begini ibumu akan membaik"
Olivia berkata dengan lembut ke Aksa.

"Ya, dia akan membaik, dan aku harus bekerja keras untuk melunasi hutang ku padamu"
Jawab Aksa ke calon istrinya.

Olivia tersenyum angkuh lalu berbisik ke telinga Aksa.
"Bagaimana jika malam ini kita bermain game, yg kalah harus menuruti perintah yg menang"
Olivia berhenti sejenak lalu mulai berbisik dengan suara yg sombong.
"Tentu saja kau bisa memintaku menghapus semua hutang mu jika kau berhasil mengalahkan ku"

"Saya tidak minat dengan perjudian begitu"
Jawab Aksa dengan cuek dan langsung menolak ajakan Olivia.

Olivia mulai sedikit emosi karna Aksa menolak, lalu menarik kera baju Aksa dengan kasar.

"Suami harus nurut dengan istri"
Olivia mencoba mendesak Aksa dengan intonasi suara yg menyudutkan.

"Saya belom menikah dengan anda"
Jawab Aksa dengan tenang.

"Kalau begitu, tanda tangani surat ini sekarang"
Olivia mengeluarkan surat lamaran dari tasnya, Aksa terkejut bagaimana gadis disebelahnya ini memiliki surat tersebut padahal mereka saja masih kenal beberapa jam.

"Astaga, bagaimana bisa wanita ini menyiapkan surat seperti itu, seolah dia sudah tau kalau dia akan di Terima oleh siapapun yg dia lamar"
Batin Aksa terheran dengan Olivia.

"Tolong tenanglah" -Aksa

"Tanda tangan dulu, aku tidak akan diam sebelum kamu tanda tangan" -Olivia

"Tenanglah, jangan berisik saat di rumah sakit" -Aksa

"Aku play lagu barat biar makin rame" -Olivia

"Astaga... " -Aksa

Aksa menghela napas lalu menanda tangani surat lamaran itu, Olivia tersenyum dengan puas sambil menyimpan kembali surat lamaran itu lalu yg hanya kurang 1, yaitu di serahkan ke ayahnya kemudian tinggal menunggu tanggal pernikahan di tentukan.

"Saya mau pulang sebentar untuk ganti baju"
Aksa berdiri setelah berniat pamitan dari calon istrinya itu.

"Aku ikut"
Lagi2 Olivia tidak membiarkan Aksa pergi sendirian.

"Saya butuh waktu sendirian, beri saya ruang sebelum saya mulai terganggu dengan anda"
Aksa berkata dengan nada lebih tinggi daripada biasanya, Olivia langsung menyadari kalau Aksa sedang serius.

"Okay... Maaf"
Suara kesedihan terdengar dari Olivia, si gadis angkuh penuh arogan yg bahkan tak pernah peduli dengan kata2 orang lain, tapi dengan lancangnya gadis cantik dan tampan itu melukai hatinya hanya dengan kata2-nya.

MY NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang