📌0.4📌

5 4 3
                                    

⬇️⬇️
Edisi kangen sekolah

Kangen Ketemu doi or guru?

Jajan or perpus?

Apa yang kalian suka disekolah, ceritain dong?😁

Siap ramaikan setiap paragraf?!!

🍑Happy Reading🍑

Aku duduk termenung dicaffe, berkutik pada laptop didepan ku. Aku ada deadline lusa dan itu harus ku selesaikan segera, tidak ada waktu banyak masalahnya.

Aku meminum secangkir kopi macchiato yang masih mengepul asap, artinya baru diseduh beberapa menit yang lalu. Setelah menyesap kopi aku beralih ke cake red velvet kesukaan ku, lalu menoleh sebentar kepada pengunjung yang baru masuk. Aku melambaikan tangan kearahnya begitu juga dengannya.

"Sorry lama," dia berseru sesaat setelah duduk di kursi depanku.

"Ngga apa-apa, baru sampai juga gue." Ucapku masih teralih pada laptop.

"Serius banget, segitu gentingnya deadline lusa besok Vi?"

"Banget banget key, otak gua lagi ngga bisa mencerna semua penjelasan dosen tadi dikelas." Aku memang tidak terlalu memperhatikan dosen tadi karena diriku terlalu menggeliat pada pikiran entah itu apa.

"Karena lo udh selesai key, makanya gue minta Lo bantuin gue!" Keyla menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya dari SMP tak pernah berubah.

"Ngga gratis didunia ini kan Vi?" Memang harus ada imbalannya untuk anak satu ini.

"Apa? ngga usah aneh-aneh," Keyla tersenyum senang. "Bantuin gue pliss buat deketin kak Vian!" Diriku seketika tersedak bukan karena minum, tapi batuk.

"Elo kenapa kok tersedak?" Ucap Keyla panik. "Ngga, gue ngga apa-apa" bodohnya kenapa diriku jadi begini.

Keyla mengangguk, "Lo harus tau gue suka ama kak Vian dari awal masuk univ ini!" Ucapnya antusias, yang ku pertanyaan Vian mau kah dengannya?!

"Cara gue bantuin nya?" Keyla memukul kepalaku pelan. "Bodoh ya elo, bantuin kek kaya' titip salam. Gue sering liat Lo bareng kak Vian terus makanya gue minta bantuan Lo juga Vi!"

Diriku mengangguk pelan, "itu urusannya nanti, sekarang deadline gue dulu!" Jujur diriku masih bingung bagaimana kalo Vian tidak menyukai Keyla gagal sudah perjuangan Keyla.

"Tapi inget juga bantuin gue Vi," aku hanya mengangguk pasrah. Toh daripada deadline ku tak selesai, lebih baik mengiyakan saja.

*****
Sekarang jam menunjukkan pukul setengah 4 sore, hari ini setelah selesai kelas aku berniat bertemu dengan Vian sebentar tentu saja untuk pdkt Keyla.

"Maaf Vi aku telat," ucap pria menghampiri diriku dengan nafas ngos-ngosan.

"Ngga apa-apa, aku malah yang ngga enak nyuruh kamu dateng kesini," Vian tersenyum lalu mengusap rambut Surai ku.

"Ayo jalan, mumpung malam Minggu" ucap Vian diakhiri dengan kekehan. Aku hanya tersenyum lalu berjalan menuju mobil Vian.

"Tumben ngajak jalan Vi? Biasanya paling males," Vian menoleh ke arahku sambil tersenyum menggoda.

"Gabut itu aja!" Vian terkekeh pelan. "Oh ya, kenal Keyla jurusan ekonomi ngga?" Vian mengerutkan keningnya.

"Keyla mana Vi? Aku ngga terlalu kenal anak ekonomi, kamu tau kan aku ini anak bisnis jadi ngga semua anak jurusan aku kenal." Benar, Vian ngga akan mungkin kenal lagipula ia bukan tipe cowok yang suka ingin tau.

"Emang kenapa?" Aku refleks menggeleng cepat, Vian tersenyum. "Kamu dijadiin comblang ya Vi?" Tebak Vian.

"Comblang apaan! Orang aku cuma bantu temen," entah kenapa aku malah gugup diinterogasi olehnya.

"Lucu ya kamu, mau aja jadi comblang." Vian tertawa lepas. Lovie langsung menunduk malu dan tak ingin bertatap muka dengan Vian.

"Inget ya Vi, aku bukan ngga mau dicomblangi tapi ada prosedur nya. Cinta ngga bisa dipaksa yang nantinya berakhir sakit, seperti kejadian 10 tahun yang lalu."

Entah kenapa aku malah merasa bersalah, kenapa ucapannya begitu menusuk bahkan sampai membawa kejadian 10 tahun lalu.

"Iya, aku naif dulu..., Lagipula dulu kita masih kecil ngga akan paham tentang cinta kan?" Vian mengangguk kepala membenarkan ucapan ku.

Hening seketika, "kita ke pasar malem deket balai kota yuk!" Ajak Vian lalu mengendarai mobilnya masuk ke pekarangan pasar.

Diriku turun terlebih dahulu dan berjalan memasuki pasar yang lumayan ramai ya karena ini malam Minggu. Vian menyusul diriku dan berjalan dibelakang dan terus mengawasi ku.

"Mau nyoba main tembakan?" Tanya Vian tepat ditelinga ku.

Aku tersontak kaget, "terserah, kalo menang hadiahnya buat aku." Vian mengangguk lalu berjalan kearah tenda bermain tembakan.

Vian membayar dengan uang berwarna biru kearah penjaga, lalu mengambil tembakan. Ia menyesuaikan tembakan miliknya agar mengenai sasaran. Setelah ia rasa pas segera ia tembak, pelurunya meluncur mengenai sasaran kaleng-kaleng yang tersusun rapi.

"Mau coba?" Tanya Vian tentu saja aku menggeleng cepat.

Vian terkekeh, "bilang saja ngga bisa." Sial! Vian sepertinya memang tau diriku.

"Siapa bilang? Aku bisa!" Ucapku lalu melipat tangan didepan dada berlagak sok hebat. Terlihat Vian terkekeh kecil, "nih coba main."

Vian memberikan tembakan ke padaku, aku menelan Saliva susah payah. Bodoh! Kenapa diriku jadi sok hebat dan berbohong.

Aku mengambil tembakan itu lalu mulai mengarahkan pada sasaran, disamping ku Vian mendengus kesal lalu menghampiri diriku dari belakang dan memeluknya.

"Pegang nya begini Vi," jantung ku berdetak kencang, jarak antara kami hanya tinggal beberapa centi lagi dan ini sangat dekat!

"Ekhem..," sebuah dehaman membuyarkan kami.

******

#CUAPCUAPAUTHOR

Halo aku up, niatnya mau semalem pas malming tapi malah ketiduran:')

Bagaimana chapter ini?? Semoga ngena feel-nya kawan:')

SATU KATA UNTUK
LOVIE?
VIAN?

Mari ramaikan story ini!!! Jangan lupa untuk vote and komen!!!!

Jika typo bilang ya....

See you next chapter...☺️👋

Si Kembar Alvian AlvionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang