⬇️⬇️
Baca chapter ini lagi apa?Rebahan?
Dengerin musik?
Sambil ngemil?
🍑 Happy Reading🍑
Aku sekarang sedang berada dikamar apartemen, setelah bertemu dengan Vion aku langsung memutuskan pulang dan menolak tawarannya untuk makan malam ah..., Sepertinya bukan tawaran makan malam tapi itu...
Flashback on
"Perjanjian? Maksudnya?"
"Kau harus jadi pacar gue, kalo mau masih pengen tetep hidup enak!" Vion tersenyum jail.
"Gila Lo yak, kalo gue tolak gimana?"
"Yah silakan pergi dari keluarga kami..."
Shit! Ada apa ini? Kenapa Vion jadi mengancam diriku. Toh, aku juga sebenarnya tidak ingin membebani keluarga mereka tapi mereka yang menerima diriku masuk kedalam keluarganya.
"Gua ngga suka sama elo!" Vion mendengus kesal. "Yah itu terserah, ingat siap-siap pergi saja dari apartemen itu!" Ucap Vion lalu pergi meninggalkan diriku yang masih diam membeku.
"Sial!!!"
Flashback off
"Mending mandi dulu, baru pikirin hal itu," ucapku bergegas masuk ke kamar mandi.
Aku menyalakan shower membiarkan tubuhku basah dan masih menggunakan baju lengkap.
"Biarkan begini dulu itu lebih baik....."
Setelah mandi aku menuju dapur, mencari sesuatu yang bisa dimakan untuk malam ini tapi hasilnya nihil tidak ada apapun di kulkasnya.
"Kemana semua stok makanan ku?" Ah..., Aku lupa semalam aku begadang nonton film sambil ngemil beberapa kue kering dikulkas dan hasilnya habis ludes tak tersisa.
Aku mengacak rambut, "huh..., Malam ini kenapa sial terus? Lebih baik tidur cepat itu lebih baik." Aku berjalan menuju kamar dan bersiap untuk tidur.
Keesokan harinya, jadwal kelas ku pagi dan sialnya lagi aku terlambat masuk kelas. Sekarang aku sedang berlari menyusuri koridor berdiri tepat didepan kelas aku masuk perlahan-lahan agar tidak menggangu dosen dan yang lain. Aku duduk dipojok kelas dan mulai mengeluarkan buku dan beberapa alat tulis serta hp yang ku taruh dibawah buku sekedar merekam penjelasan dosen. Takutnya ada materi yang tidak ku simak dengan baik-baik.
Diriku sering sekali tertidur jika materi pelajaran yang diterangkan membuat bosen dan cepat ngantuk seperti penjelasan tentang bisnis. Tapi aku berusaha untuk melawan rasa bosan itu yang menggerayangi seluruh ragaku.
"Capek banget, bete juga." Keluh ku ditengah materi.
*****
Vion memasuki ruang fakultas hukum, terlihat disana Vian sedang berkutik pada benda pipih ditangannya entah apa yang sedang dilakukan olehnya.
"Ada waktu ngga?" Vian menoleh sontak terkejut Vion datang secara tiba-tiba.
"Kenapa?" Tanya Vian, "ada yang mau gue omongin, penting!" Vion berlalu keluar kelas hukum.
Vian mengekor dibelakang, Vion membawanya menuju taman kampus. Entahlah Vian saja binggung apa yang akan Vion bicarakan, tidak biasanya anak itu berbicara serius dengan raut muka yang bisa dibilang tidak wajar. Ada rasa kesal, marah, kecewa itu semua bercampur aduk menjadi satu.
"Kenapa tidak diruang tadi saja, cukup sepi kok." Tanya Vian.
"Ngga apa-apa hanya enak ngobrol disini!" Vian mengangguk kepala pelan.
"Lalu apa yang ingin dibicarakan?"
"Masih menyukai dia selama 10 tahun ini?"
Vian membelalakkan matanya atas tuturan Vion, "maksudnya?"
Vion berdecak kesal, "Lovina? Elo suka kan waktu pertama kali ketemu dia 10 tahun yang lalu?!"
Vian terdiam menimang semua ucapan yang kembarannya lontarkan, sungguh membuat dirinya pusing. "Jadi elo masih berpikir kalo gua sungguh menyukai dirinya?"
"Gua ambil poinnya aja, buktinya elo jalan berduaan ama dia kemarin malem!" Vion tersenyum sinis. "Gua kira elu udah ngelupain dia!" Lanjut Vion lalu pergi.
Vian diam ditempat melihat kembarannya berjalan menjauh darinya, ada apa dengannya? Vian tidak ingin mengambil negatif ia membuang pikiran itu jauh-jauh lebih baik sekarang ia pulang ke rumah saja.
Sesampainya di rumah ah.., lebih tepatnya kamar Vian yang berada dilantai 2 rumahnya. Ia menaruh tas diatas meja belajar lalu berjalan kearah beranda kamar, menghela nafas jengah untuk kesekian kalinya. Dia sudah menghela nafas sedari Vion meninggalkan dirinya.
Lovina, Vian memang menyukai Lovie 10 tahun yang lalu ketika ia sering bermain kerumahnya ah... Waktu dia sering main kerumahnya adalah karena dulu mereka tetangga dan Vion tertarik terhadap kakaknya Lovie. Namun sebaliknya Vian tertarik kepada gadis kecil berumur 5 tahun dan dia waktu itu berumur 7 tahun. Tentu saja Lovie tak akan mengingat dirinya saat kecil, tapi ia akan ingat kejadian 10 tahun yang lalu.
Keluarganya renggang dengan keluarga Lovina saat ia berumur 9 tahun, dimulai dari ucapan yang terlontar dari Lina dulu. Ia ingin dijodohkan dengan Vian saat sudah besar, kaget? Tentu saja siapa yang tidak kaget? Anak berusia 9 tahun sudah bisa berpandangan seperti itu siapa yang mengajarkan kepada dirinya?
Keluarga Vian tentu saja menolak mentah-mentah, mereka masih kecil masih punya masa depan. Tidak seperti ini menjodohkan mereka disaat mereka adalah bocah ingusan yang tidak tau apa-apa. Vian waktu itu cukup bersyukur karena papanya memilih jalan tengah, setelah kejadian itu ia kira hidupnya damai saja tapi tidak sesuai pemikiran ayahnya Lina a.k.a Lovie juga menyuruh orang untuk meneror keluarga mereka, sampai-sampai ibunya harus melakukan kemoterapi karena mengalami serangan panik terhadap teror itu.
Huh...., Mengenang nasib pahit dulu. Lovie tentu saja tidak tau ia dititipkan kepada nenek nya dikampung, tapi takdir berkehendak keluarga Vian sementara meninggalkan Jakarta dan akan balik ke kampung halamannya di Surabaya hanya untuk menghindari teror demi menyelamatkan nyawa ibunya itu.
Siapa sangka disaat ia berumur 10 tahun dan sedang bermain sepak bola bersama kembarannya Vion, tidak sengaja menendang jauh sampai mendarat dikepala orang yang tidak lain adalah Lovie. Eh..., Dia? Gumam Vian menyadari akan sesuatu.
******
#CUAOCUAPAUTHOR
Apa kabar? Sehat selalu ya:')
Untuk chapter ini sampai beberapa, aku mau buat tentang konflik keluarga mereka biar nambah seru apalagi kalo jadinya diantara mereka berjodoh dengan Lovie. Wah bisa perang dunia, mana mungkin keluarganya akan setuju ya ngga?😌😭
Udh gitu aja, don't forget komen and vote ya kawan:')
See you next story...☺️👋
#authortaukalianbisamenghargaikaryaauthor:')
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Kembar Alvian Alvion
Teen FictionSi Kembar yang tidak pernah akur, dan untuk pertama kalinya mereka bertengkar hanya karena seorang wanita Sama-sama saling menyukai, itu hak konyol adakah diantara mereka yang mengalah? Sepertinya tidak akan pernah ada yang mengalah! Lalu apa mereka...