"Netesin air mata waktu ngejelasin sesuatu is another level of sadness."
.
.
.
Happy reading."Rul gue kepo deh, Ustazah kemarin namanya siapa?" tanya Ima mengingat kembali kejadian semalam.
"Oh yang tadi malem?"
"Iya, hmm."
"Namanya ..." Ruly malah menggantung kalimatnya , sengaja membuat Ima penasaran dan menunggu.
"Aish buruan Rul," ucap Ima sembari menyikutnya.
"Dia ustazah Nisa. Annisa Kamila, dia ustazah paking sabar, paling lembut, masih untung kamu kena sama Ustazah Nisa, coba kalau Ustazah Manda bisa bisa kek ayam geprek kamu Ima."
"Iya sih, dia cuma nyuruh gue untuk nemuin dia nanti," uangkap Ima dengan santai setelah mendengarkan penjelasan Ruly.
"Eh kamu tau enggak, Im?" tanya Ruly dengan antusias, jelas Ima tidak tahu apa-apa apalagi tentang masalah di pesantren ini.
"Apa? Belum juga di kasi tau, dasar," sindir Ima sembari menatap malah ke arah Ruly.
"Ustazah Nisa itu pernah deket sama Ustaz Azril loh. Kabarnya Ustaz Azril suka sama Ustazah Nisa," ungkap Ruly dengan antusias, bersemangat untuk bergosip.
"Terus hubungannya sama gue apa?" Ima memajukan bibir, malas mendengarkan hal seperti itu.
"Ya biasa aja kali itu bibir, pasti kamu klepek-klepek deh sama Ustaz Azril, coba nanti pas ustaz Azril bener- bener mengkhitbah Ustazah Nisa, pasti satu pondok putri patah hati alias potek-potek huhuhu." Dengan percaya diri Ruly menirukan adegan anak kecil menangis.
"Ya deh iya. Liat aja nanti hm," ucap Ima sembari menghela napas.
"Loh, lupakam, ayo buruan ke masjid. Nanti kalau telat di hukum, kamu sama Ustazah Nisa aja belum kelar, mau nambah?" tanya Ima yang langsung teringat tujuan utamanya.
"Eh, nggak dong. Makanya buruan, siapa sih yang mau terang-terangan di hukum. Aneh lu Rul." Mereka pun bergegas ke masjid.
Sesampainya di masjid. Ima memilih saf paling depan, sholat Tahajud beserta Subuh terlaksana dengan baik dan dalam keadaan hening. Namun, begitu sejuk di hati, rasanya nyaman saat khusyuk dalam salat seperti ini. Walaupun Ima belum bisa membaca Al-Qur'an, gadis itu sudah hafal beberapa bacaan dalam salat.
Setelah selesai, Ima mengikuti bimbingan kelas satu. Ya, Ima baru belajar mengaji, jadi memulainya dari awal. Pergi bimbingan ke kelas satu pun Ruly yang mengantarnya, karena belum tahu tempatnya. Sesampainya di sana Ima lebih dulu menyapa santri lainnya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam," jawab para santri yang ada di dalam kelas satu secara serempak.
"Em, aku nitip temen ku yah? hehe," ucap Ruly sembari menarik Ima masuk
"Iya, kak Nurul." Mendapat jawaban dari para santri di sana, Ruly merasa tenang meninggalkan Ima.
Setelah Ruly pergi, Ima memilih bangku ke dua dari arah depan. Ya biar tidak terlalu di depan, tidak di belakang, tapi di tengah-tengah. Ya, Ima masih kesulitan beradaptasi. Lama-lama ia akan terbiasa. Setelah selesai mengaji, Ima memutuskan untuk menemui Ruly.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam Impian (Revisi)
Teen FictionAwal : 21 Agustus 2021 Selesai : 14 Februari 2022. TIDAK MENERIMA PLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN! Proses revisi. Sudah tersedia di shoppe "aepublishing." Iqlima Aqeella Shalshabilla, ratu geng motor terkenal di kotanya dikirim ke pesantren karena paksa...