09. Liburan

21.1K 2.1K 44
                                    

"Apakah jatuh cinta dengan mu itu salah Tadz?"

- Iqlima Aqeella Shalshabilla -
.

.
.

Happy reading.

"Assalamualaikum Ummi." Ima pergi ke ndalem.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabbarokatuh, ada apa Nduk?" tanya Ummi yang mengehentikan kegiatannya dan menoleh ke Ima.

"Hehe, cari Ruly Ummi, eh Nurul."

"Itu Nurul di dapur, baru pulang dari pasar."

"Yaudah Ummi, Ima samperin Nurul dulu."

"Iya, sana gih!" Ima bergegas ke dapur dan melihat Ruly sibuk memasak.

"Kagetin ah" gumam Ima sembari tersenyum jahil dan berjalan perlahan mendekati Ruly.

"Dor!" teriak Ima sambil menepuk pundak Ruly, tetapi tak bereaksi.

"Tidak kaget Im." Senyum Ima langsung memudar berganti wajah kecut. Lalu, ia menarik kembali tangannya dan berdiri di dekat sahabatnya itu.

"Yah kamu mah gitu, gak seru," protes Ima.

"Ngapain kamu kesini, istirahat gih!" Omel Ruly.

"Enggak. Lebay tau enggak, cuma keracunan padahal, kaga kecelakaan," gerutu Ima.

"Hust mulutmu itu perlu di oles panci yah?"

"Ruly, pengen..."

"Pengen apa ish?" tanya Ruly dengan nada kesal karena sikap manja Ima.

"Seblak," lirih Ima.

"Tadi kamu enggak pesen sama aku, aku tadi ke pasar."

"Kan enggak tau." Ima menunduk lesu.

"Kamu itu baru berubah, eh berulah lagi." Ruly mendesah.

"Ayo beli seblak," ajak Ima dengan manja pada sahabatnya.

"Ruly," panggil Ima lagi karena tak digubris sama sekali oleh sahabatnya itu, sedangkan Ruly sendiri melirik Ustad Azril yang sudah dibelakang Ima dengan ragu.

"Kok diem bae sih?" Tanya Ima sembari menatap Ruly.

"Jahat ya kamu? Seblak yang di depan aja deh," bujuk Ima agar Ruly mau menemaninya membeli seblak, tetapi tak kunjung di gubris.

"Dah ngiler nih Rul. Bayangin dulu aja deh, Kuahnya merah, pedes, pakek es lemon, heum... enak pasti."

"Kalau di rumah tinggal bilang ke Bibik, udah datang, lah ini, boro boro dateng, bilang aja kaga di respons." Ima malah curhat sembari mencibik karena sahabatnya tak kunjung angkat bicara.

"Ayo beli seblak, kali ini aja." Kali ini Ima memohon sembari menatap Ruly dengan netra berbinar.

"Ima mau Seblak?" Ucap Ustadz Azril secara tiba-tiba, tetapi Ima tidak kaget bahkan sadar jika yang bertanya adalah Ustad Azril.

"Iya, pengen banget, tapi jangan bilng siapa-siapa nanti ada yang marahin aku," ucap Ima dengan suara lirih.

"Iya loh, nanti Ustadz Azril marah lo." imbuh Ustad Azril sembari mendekat untuk ikut berbisik, sedangkan Ruly mengigit bibir bawahnya karena takut.

"Nah bener kan, tuh Rul dengerin yang penting gak ketahuan sama Ustad," ucap Ima dengan senyum sumringah nya.

"Ima masalah nya yang bilang begitu Ustad Azril sendiri". Ruly berbisik di telinga Ima.

Imam Impian (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang