01 : Bad Day

86 25 14
                                    

Kaki jenjang itu menapaki lantai di sepanjang koridor sekolah. Nara mengetatkan jaket yang ia kenakan tanpa sekalipun mendongakkan kepala. Ia mempercepat langkah, tapi secepat apapun langkahnya, semua pasang mata tetap memperhatikannya. Nara cukup tak tahan dengan cemoohan dari segerombolan siswi yang membicarakan dirinya secara frontal. 

Pagi yang menyedihkan!

Hampir semua pasang mata tertuju padanya. Itu karena Nara sudah tidak sekolah selama satu bulan. Terlebih Nara memang populer di sekolah. Iya, populer jadi korban bullying.

"Gue benci tatapan mereka!" Batinnya.

"Jadi, itu cewek yang ditembak sama Avan?" Tanya Natusa sambil bersandar pada tembok.

"Iya. Gue gak habis pikir deh si Avan bisa suka sama dia," balas lawan bicaranya.

"Jangan sampai deh si Avan jadi tumbal bokapnya."

Nara yang baru saja melintas tiga langkah di hadapan mereka langsung menghentikan kedua kakinya.

"Bokap dia kan di penjara, Clar."

Clara melirik sinis sambil melipat kedua tangannya di dada. "Ups, iya gue lupa. Bokap kok tahanan!"

Keduanya tertawa. Nara mendelik tajam, lalu membalikkan tubuhnya ke belakang.

Clara menatap sengit.

Nara mengangkat jari telunjuknya di hadapan Clara. "Jaga mulut kalian!" Ucapnya penuh penekanan.

"Uh, wow! Nat, dia udah bisa marah sekarang," ucap Clara lalu tertawa bersama Natusa.

Natusa menepis tangan Nara. "Gue mau lihat reaksi Karin setelah tahu lo jadian sama Avan," ujarnya tersenyum sinis.

Nara menghela napas panjang. Mengembalikkan semua sisa sabarnya. Ia kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas. Tertawaan kedua cewek itu terdengar begitu sakit di telinga Nara.

Ternyata rumor mengenai Ayahnya sudah tersebar di sekolah. Entah, seberapa kuat bahunya menompang semua masalah yang tak ada hentinya.

Manik mata Nara mengedar ke seisi kelas. Tetap sama tak ada yang berubah. Mereka tak menganggap kehadiran dirinya. Nara melipat kedua tangannya di meja, lalu menenggelamkan wajahnya.

"Nara ..." Panggil seseorang membuatnya langsung mendongak.

Nara menyipitkan matanya yang sedikit kabur. Ia melihat cewek yang tengah berjalan dengan angkuh ke arahnya.

PLAK!

"Kenapa lo tampar gue?" Nara masih terbelalak sambil memengangi pipinya yang menyisakan bekas merah akibat tamparan keras yang baru saja melayang dari tangan Karin.

"Karena lo jadian sama Avan!" Bentak cewek itu.

"Apa?" Nara menaikkan sebelah alisnya bingung.

Dan sekarang ia menjadi pusat perhatian seisi kelas. Nara beranjak berdiri menatap Karin lebih jelas lagi. Pipinya masih memerah, ia tak menyangka Karin bisa tega menampar dirinya.

"Lo godain Avan pake cara apa sampe dia mau jadi pacar lo!" Imbuh Karin.

Karin menarik rahang Nara hingga cewek itu mendongak. "Munafik lo, Ra!"

Nara menghempas kasar cengkraman Karin di rahangnya. "Kar, gue gak pernah jadian sama Avan."

Cewek itu terkekeh pelan. "Lo pikir gue bisa lo bohongin lagi?"

Nara mengerutkan keningnya ia semakin bingung. "Bohong? Gue bohong apa sama lo!"

"Lo suka kan sama Avan selama ini? Dan lo manfaatin gue biar lo bisa deket sama Avan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NarasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang