Malam harinya, pukul 03.10 malam."Wow, wow, wow! Kita bertemu peniru disini."
RY menoleh kaget, ada kelompok lain di sini. Mereka sama-sama menargetkan peridot. TNV sedikit berundur, musuh mereka membawa banyak anak buah.
"Eh, datang daun hijau yang tak diperlukan," balas IL santai, inilah pertama kali kelompoknya bertatap muka langsung dengan musuh utama mereka.
"Ouh! Kasar sekali anak muda zaman sekarang. Ck, ck, ck. Sungguh biadap." Si musuh tersenyum kagum dan sinis disaat bersamaan.
"Kau lebih biadap, Ejojo!" -SH.
Hening.
"Ku rasa kalian memang harus diberi pelajaran, seperti yang dikatakan oleh Glac." Ejojo menjentik jari. Para anak buah Ejojo bergerak menyerang TNV.
PR berdecak, anak matanya melirik Ejojo yang sudah memasuki gedung permata peridot. "SH! GR! ikut aku kejar pria gila itu!"
SH dan GR mengangguk tanpa perlawanan.
"RY! Semua pasukan aku serahkan sama kalian," ucap PR sebelum menyusul Ejojo bersama SH dan GR.
"Dimana ruang peridot?"
"Sekitar 30 meter ke depan lalu belok kanan," jawab SH sembari menatap tablet miliknya.
Mereka berjalan melewati permata-permata pajangan, tiada niatan mengambilnya karena misi mereka bertiga hanya mencuri permata paling berharga.
"Aneh, bukannya Ejojo udah duluan, ya?" SH mengernyit bila sampai di depan pintu ruangan peridot yang masih tertutup.
GR maju ke depan, jarinya dilapisi selotip, siap ditempelkan ke ditektor sidik jari sebelum PR mencegahnya.
"GR! Sidik jari yang kau bawa bukan punya orang sembarangan."
Tak lama pintu ruangan peridot terbuka sendiri, permata hijau kekuningan tersebut masih bersinar utuh di tempatnya.
Situasi hening sejenak. Baru saja melangkahkan, mereka dikejutkan oleh keberadaan Ejojo di seberang mereka sedang memegang tablet. Ternyata pria itu masuk ke ruangan dengan cara menyusup ke dalam saluran udara sebelum Ejojo meretas sistem teknologi.
'Ku pikir AS yang hack' batin GR.
Ejojo menjentik jari
Doorr!!
Syuutttt!!
"Elak!!!"
BOOOOOOMMM!!!
"Harus banget pake meriam," gumam PR. Memandang salah seorang anggota Ejojo sedang memegang rentaka.
"Kira-kira berat meriamnya berapa ya?" tanya SH. Ia ditatap datar oleh kedua rekannya.
"Sungguh pertanyaan yang tidak penting." GR mencebik.
"Fufufu~ tidak adakah senjata yang lebih besar?" tanya Ejojo pada anggotanya.
"Hancurkan aja sekalian satu dunia," ketus GR.
Satu tembakan retanka saja sudah menyebabkan dinding ruangan peridot retak. Kaca yang melapisi sebagian dinding bahkan pecah mengarah ke segala arah berhasil menggores kulit ketiga pemuda ini.
"Duh... kulit mulus ku tergores!" pekik salah satu dari mereka bertiga.
"Jangan main-main plis."
Mengeluarkan pistol, mereka bertiga mulai menyerang para anak buah Ejojo yang mulai berdatangan.
"Waspada di sebelah timur!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Permata [✔]
Fanfiction[Boboiboy Fanfiction 📚 ] Bukan keluarga Boboiboys namanya jika tidak menyimpan sebuah rahasia. Menjalankan rutinitas seperti biasa, para Boboiboy mendapatkan teror di kota tempat mereka tinggal. Beberapa diantaranya adalah pencuri permata yang me...