4.4

116 26 13
                                    

Hari ini adalah hari pertama mereka terjun ke pabrik, niatnya mereka mau membangun citra yang baik di depan para pegawai pabrik dengan berangkat sepagi mungkin namun memang ekspektasi tak pernah sesuai dengan realita.

Lihat saja manusia-manusia seperti Dipta dan Ajun mereka kompak telat bagun ditambah lagi Jeano pemudi yang kelihatannya tidak neko-neko itu ternyata sama saja.

"Kok engga ada yang bangunin gue sih" kata Ajun ditengah gedorannya sesekali meneriaki nama Jeano agar pemuda itu segera keluar kamar mandi.

"Gue udah bangunin lo ya dari tadi" protes Panji.

"Dia mana denger orang kalau tidur berasa simulasi mati" sahut Raisha.

"Lo yang makan aja masih disuapin mending diem" sewot Ajun. Raisha melemparkan sekotak tissue ke arah Ajun tak terima walaupun memang benar apa yang dikatakan oleh pemuda itu.

Raisha memang sulit makan menyebabkan pemudi itu sering terkena penyakit maag. Itu juga jadi salah satu alasan kenapa Rainan tak pernah benar-benar bisa meninggalkan pemudi itu sendirian.

"Dip, hati-hati kalo jalan" tegur Hanna meringis melihat cara jalan Dipta yang buru-buru mana dari tadi kepentok sana kepentok sini mulu mungkin nyawa pemuda itu belum sepenuhnya terkumpul.

"Jono buruan!" seru Dipta ikut menggedor pintu kamar mandi. Maklum kamar mandi di rumah mereka cuma satu jadi harus rela bagun pagi kalau engga mau antri.

"SABAR, TUHKAN MASUK LAGI"

"Dah lah gue cuci muka sama sikat gigi aja di keran depan" kata Ajun, nanti ia tinggal pake parfum yang banyak engga perlu mandi toh ia mau mandi engga mandi tetep ganteng.

Dipta yang melihat Ajun pergi ke depan, ikut beranjak pergi beda nya ia ke belakang mau cuci muka diwastafel. Pemuda itu cukup tahu, Jeano kalau mandi memang cukup memakan waktu untuk ukuran seorang pemuda 'muka doang cakep mandinya lama kaya perawan'.






"Saya Donny, kemarin Bu Airin sudah menghubungi saya. Saya dulunya juga anak didik beliau jadi kalau ada yang masih belum mengerti dan mau ditanyakan kalian bisa tanya saya. Kalian bisa manggil saya mas" jelas pemuda yang menyambut ke datangan mereka bertuju tadi.

"Minggu lalu juga sudah ada mahasiswa yang magang disini, jadi kalian engga sendiri"

"Langsung saja saya bagi kelompoknya. Arjuna, Jeano, Naradipta, Panji, dan Rainan dibagian gudang. Sedangkan Hanna dan Raisha bagian pabrik"

"Ada yang ditanyakan?" tanya Donny.

"Maaf mas, ini sistemnya memang cowo dan cewenya harus dipisah ya?" tanya Rainan.

"Sebenarnya di pabrik juga ada cowonya tapi engga banyak. Memangnya kenapa pacar kamu disana?"

"Saya engga bisa jauh dari saudara saya mas" kata Rainan, diliriknya Raisha yang berdiri disebelahnya. Raisha ini anaknya ceroboh dan cenderung pendiam ketika bertemu orang baru jadi sebisa mungkin Rainan harus berada disisi sang pemudi berbeda dengan Hanna yang kelihatannya lebih bisa diandalkan.

"Saya tahu kamu khawatir dengan saudara kamu tapi alangkah baiknya kamu coba percaya sama saudara kamu sendiri biar dia juga latihan mandiri" tutur Donny.

"Gue gapap nan" lirih Raisha.

"Raisha sendiri juga sudah bilang gapapa, nanti kalau jam istirahat kalian juga bisa ketemu lagi" jelas Donny mencoba memberi pengertian ke Rainan, dapat dilihat bahwa sebenarnya pemuda di hadapannya ini masih belum benar-benar yakin meninggalkan saudaranya barang sebentar.

Rainan menghela nafas pelan ditatapnya Raisha sekali lagi sebelum pemuda itu mengangguk tanda setuju. Raisha yang melihat tersenyum senang, Donny yang melihat interaksi kedua saudara itu diam-diam mengulas senyum kecil.

"Masih ada yang mau ditanyakan lagi?"

"Siap, tidak mas!" seru mereka bersama.

"Rahayu sini" panggil Donny, pada pemudi bersurai sebahu agar menghampirinya.

"Kamu antar mereka ke pabrik ya jangan lupa lapor dulu sama mbak Joya" ujarnya.

"Enggeh mas"

"Ayo yang bagian gudang ikut saya"





"Mbak Raisha beruntung baget loh punya saudara kaya mas Rainan. Tadi saya sempet denger pembicaraan kalian" tutur Rahayu, Hanna mengangguk membenarkan sedangkan Raisha sendiri hanya tersenyum canggung bingung harus menjawab apa.


Happy reading!











Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PKL ft. 00 Line [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang