"Rainannn" teriak Raisha, pada pemuda yang tengah modar-mandir sembari membawa beberapa kardus.
"Sha, kayanya kita engga bisa pulang bareng"
"Gapapa, aku pulang bareng Rahayu naik motor"
"Hanna?" tanya Rainan.
"Cengtri nan" cengir Raisha.
"Terverifikasi mau jadi cabe-cabean" celetuk Ajun yang segaja lewat depan mereka.
"Parah lo na, anak orang lu ajarin engga bener" tuduh Dipta geleng-geleng kepala dengan dramatis, pada Hanna. Hanna mendelik tidak terima tanganya ia gerakan keudara seolah-olah sedang mencakar wajah pemuda itu.
"Lo berdua mending fokus ngangkatin barang sini" perintah Panji. Dipta dan Ajun akhirnya mau tak mau kembali ke jalan yang benar soalnya tadi mereka nyeleweng toh barangnya sama-sama sampai ke dalam walaupun jalur mereka beda begitu kira-kira fikir keduannya tadi. Mana lagi seru-serunya godain Hanna sama Raisha.
"Sha-"
"Aman nan, duluan ya semangat Rainan" potong Raisha, sebab ia tahu pasti saudaranya itu tak akan mengizinkan nya. Ditariknya tangan Hanna menuju ke arah parkiran disana ada Rahayu sudah menunggu mereka.
"Kok cuma Rainan sih sha" protes Dipta, yang hanya dibalas peletan oleh Raisha.
"Engga usah khawatir nan, Ayu udah biasa soal ginian. Duluan semuanya Semangat" teriak Hanna.
"kecuali Dipta engga usah semangat pulang dip pulang emak lo nyariin" sambungnya, sambil tos-tosan dengan Raisha.
"Kampret!" seru Dipta.
Rainan menghembuskan nafasnya kasar, Panji yang melihatnya segera menepuk-nepuk kecil pundak sang pemuda. "Gapapa, Raisha pasti engga akan kenapa-napa".
"Kalau engga jatuh" sambungnya lirih, Rainan yang mendengarnya segera melirik ke arah Panji yang saat ini sudah lebih dulu memasuki gudang.
"Kelompok kalian seru ya kelihatannya" ujar pemuda yang sedari tadi melihat interaksi mereka disela angkat-angkatnya.
Dipta melemparkan batu yang ia pungut di jalan tadi ke arah pohon mangga yang berada tepat di sebelah pertigaan jalan menuju rumah yang mereka tinggali, kalau dapatkan lumayan bisa dirujak begitulah fikirnya. ia juga bekerjasama dengan Ajun dalam penyelamatan mangga yang masih mangkau itu sebelum dimakan oleh hewan nantinya. Jeano tersenyum kecil melihat tingkah absurd keduanya. Sedangkan Panji dan Rainan yang berjalan dibelakang mereka menatap malas kearah keduanya.
“Jalan-jalan aja nggak usah lempar-lempar nanti ke tahuan yang punya mampus” kata Panji.
“Sewot aja pak ketu” ucap Dipta.
"Nih, ambil" tambahnya membagikan, batu-batu kecil itu pada Panji. Yang jelas ditolak oleh pemuda itu.
Jeano segera menghentikan aktivitas mari mengambil mangga Dipta dan Ajun, menggiring kedua pemuda kelebihan energi itu untuk menyusul Rainan dan Panji yang sudah jalan duluan tadi.
“Udah pulang” ucap Raisha membuka pintu rumah mereka, mengagetkan ke lima orang yang berdiri di depan pintu.
“Ngagetin aja lo setan”
“Setan teriak setan” ujar Raisha melangkah keluar rumah. Rainan yang memandang pemudi itu keluar segera menyusul kembarannya.
Sedangkan yang lain memilih langsung memasuki rumah. Dapat dilihat setelah membuka pintu ada Hanna yang tengah menata masakannya dimeja kecil depan televisi. Rumah yang mereka tempati memang minimalis jadi setiap pergerakan orang di dalamnya dapat ditangkap dengan mudah oleh mata.
"Assalamualaikum sahabat" teriak Dipta pemuda itu segera menghampiri meja dan mencomot satu tempe goreng. Hanna yang melihatnya segera mengeplak tangan sang pemuda.
“Ada yang perlu dibantu na?” tanya Panji.
“Nggak usah, kalian duduk aja. Ini juga udah mau selesai”
"Parah si Raisha engga bantuin lo masak na malah keluar" ujar Dipta ditengah kunyahannya.
"Orang Raisha kewarung buat beli krupuk, tuh tumis kangkung masakan Raisha"
"Pasti asin nih" julid Ajun, memainkan tumisan kangkung tersebut.
"Belum, kapok-kapok ya lo berdua godain anak orang mulu. Di slepet Rainan baru tahu rasa" kata Panji mengingatkan. Pasalnya dari awal Rainan sudah menatap kurang suka pada kedua pemuda itu.
Sedangakn keduanya hanya meringis menanggapi teguran dari Panji.
Ditengah acara makan mereka Dipta mulai bersuara memecah keheningan yang sedari tadi hanya di isi oleh denting suara sendok yang beradu dengan piring. "Jeano, udah ada yang naksih aja najir" kata Dipta memulai sesi pergibahan padahal tangannya sedang mengambil nasi.
"Padahal kan gantengan gue tapi yang dilirik malah Jeano" curhatnya.
"Sama siapa?" tanya Hanna penasaran. Raisha sendiri sudah merapat duduknya disebelah Dipta.
"Anak mangang kampus sebelah"
"Namanya?"
"Belum sempet kenalan tadi keburu dipanggil Mas Donny"
"Kok lu bisa tahu kalau dia suka Jeano?"
"Ya abisnya matanya liat Jeano mulu. Padahal kan gue yang nyapa tadi" katanya mengebu-gebu masih tak terima dengan insiden sapa-menyapa tadi.
"Ya ga salah sih" celetuk Ajun.
"Ya salah dong!"
"Salah kalau dia lebih milih liat lo daripada Jeano. Ya, lo fikir aja lo sama Jeano tuh bagaikan kaca sama amplas. Dan lo amplasnya" jelas Hanna di akhir kalimatnya ia menggaplok bahu Dipta biar sadar.
"Suka ye lo sama Jeano"
"Kalau iya kenapa kalau engga kenapa, kepo amat lo jadi orang"
"Gue yang kenal lo duluan, tapi kenapa lo malah milih dia yang baru lo kenal kemarin" ucap Dipta, memegang dadanya seolah-olah ialah orang yang paling tersakiti.
Ajun yang melihat drama sampah Dipta segera menggeplak pemuda itu. "Jangan kebanyakan drama lo, lanjut" kata Ajun, pasalnya diam-diam ia juga termasuk penikmat teh. Siapa juga coba yang engga kesal waktu lagi hot-hotnya malah kepotong mana kepotongnya sama lenongan engga jelas Dipta.
Sedangkan yang di jadikan topik pembicaraan sendiri memilih tak peduli Jeano lebih memilih menghabiskan makanannya daripada harus mengurusi ke empat orang tersebut. Sedangkan Panji pemuda itu masih saja berkutata dengan catatnya hasil tanya-tanya dari Mas Donny tadi. Dan seperti biasa Rainan bertugas menyuapai Raisha sesekali menegur pemudi itu kala sang pemudi makan sembari bicara. Bukannya Raisha tak bisa makan sendiri ia bisa namun Rainan saja yang suka gemas pasalnya Raisha kalau makan lelet bener, kaya siput. Mana suka engga abis lagi, bisa dilihat ini teman-temannya udah selesai makan semua Dipta sama Jeano malah udah nambah dua kali tapi Raisha setengah piring aja baru mau sampe. Ini juga jadi salah satu alasan kenapa ia tak pernah bisa benar-benar jauh dari Raisha.
Vommet juseyo!
Tertanda, 케이
26/08/20 19:00
KAMU SEDANG MEMBACA
PKL ft. 00 Line [On Hold]
FanfictionJogja selalu memberi alasan untuk jatuh kembali, ntah itu pada hati atau lukanya. Start : 01 Agustus 2021 Finish : -