8.8

171 21 23
                                    

Jam menunjukan pukul 05:00 pagi, hari ini adalah hari minggu. Tepatnya hari libur pertama mereka bertuju.

“Na, ada kembaran lo tuh” tunjuk Dipta, pada hewan berbulu yang berada di depan gerbang salah satu rumah milik warga yang mereka lewati.

“Dari tadi ngeliatin lo mulu” kekehnya. Menikmati udara segar pagi hari Dipta dan Hanna memutuskan untuk berlari memutari perumahan yang mereka tempati sekalian lihat-lihat bukan hanya mereka berdua saja ada Jeano, Panji dan Rainan juga sebenarnya akan tetapi ke tiga pemuda itu masih tertinggal dibelakang. Sedangkan Ajun lebih memilih untuk tidur dan Raisha masih saja lembur menyelesaikan bacaannya yang dari semalam belum selesai-selesai ntah sudah berapa buku yang pemudi itu baca. Dipta sampai eneg sendiri melihat Raisha yang tengah ambis baca cerita menye-menye, parahnya pemudi itu tak mau diganggu sama sekali. Kemarin ia sempet nekat mengusili Raisha dan apa yang ia dapat, cap lima jari di pipi kirinya.

“Guk..guk” sapa Dipta.

“Jangan disapa bego, ntar ngejar” tegur Hanna, sembari menabok lengan Dipta agar pemudi itu segera diam.

“Udah ditali” ucap Dipta, mengarahkan kepala Hanna pada tali yang terpasang pada leher hewan berbulu itu.

“Guk..guk..guk” balas sang anjing. Yang membuat Dipta semakin bersemangat seolah-olah tengah berbicang dengan temannya. Hanna yang melihat tingkah Dipta memutar matanya malas.

“Guk..guk” ucap Dipta pada sang anjing lagi seraya melemparkan sepotong ranting tepat ke arah anjing kecil berbulu hitam tersebut. Dan direspon baik oleh sang anjing yang tengah mengambil ranting yang dilemparkan oleh Dipta, kemudian berlari menghampiri mereka berdua. Ternyata tali yang anjing itu gunakan tak dikaitkan ke benda apapun.

Dipta yang melihatnya segera berlari duluan meninggalkan Hanna yang sepertinya masih memproses kejadian yang mereka alami saat ini.

“Dipta sialan, tungguin” teriak Hanna.

“Cepetan keburu digigit” balas Dipta dari arah depan.

“Guk..guk”

Akhirnya mereka berbuda memutuskan untuk naik pada pohon belimbing ntah milik siapa. Sedangkan sang anjing masih setia menunggu mereka berdua dibawah sesekali melompat-lompat menggapai.

“Na, kaki lo naikin sini ntar kena anjingnya najis. Mau lo mandi kembang tuju rupa” kata Dipta ngawur.

“Gara-gara lo ya ini, Dipta sialan” geram Hanna mencubit pinggang sang pemuda.

“Jangan dicubit ntar jatuh, aduh-aduh!”

“Terus ini gimana?” tanya Hanna, mata pemudi itu melirik ke arah bawah.

“Ya, nunggu Jeano, Rainan, sama Panji lewat sini” balas Dipta, sembari merekam wajah melas Hanna sesekali ponselnya akan di arahkan pada sang anjing yang berada dibawah mereka. Lumayan buat ditunjukin ke Ajun dan Raisha.

“Kalau mereka ga lewat sini, gimana?”

“Bentar, coba gue telfon mereka” kata Dipta.

“Disini ada sinyal emang dip?” tanya Hanna, lalu mengeluarkan ponselnya.

“Ga sia-sia gue bawa ponsel” girang Hanna, mulai mengulir layar sosial medianya yang sudah seminggu tidak ia buka.




PKL ft. 00 Line [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang