6.6

115 21 30
                                    

"ANJIR, MATI LAMPU" teriak Dipta dari arah dapur, mengagetkan seluruh penghuni rumah.

Jlegggerrr

Selepas teriakan Dipta, terlihat kilatan cahaya dari luar diikuti petir kemudian disusul suara dentuman semacam benda besar jatuh.

Gedubraak

"Tolongin gue!" teriak seseorang dari arah kamar mandi.

"Suara siapa tu?" tanya Dipta, buru-buru merapat ke ruang televisi tempat biasa mereka berkumpul, ia tak jadi makan. Selain karena gelap ia juga jadi lebih sensitif. Bukan karena takut, cuma ya gimana keadaan lagi tak memungkinkan diluar suara gemuruh petir masih saja bersautan dibarengi suara angin kencang serta tetes hujan menjadikan kesan dingin dan lembab yang mendukung terbentuknya suasana horor mana ada suara orang minta tolong.

"Siapa?!" balas Raisha, yang langsung di bungkam oleh Dipta.

"Jangan disautin, takut bukan orang" bisiknya.

"Woy, tolong!"

"Siapapun, tolong!"

Panji segera berdiri berjalan ke arah sumber suara pasalnya ia nampak familiar dengan suara tersebut.

Dengen pencahayaan yang mengandalkan dari flash ponselnya, Panji membuka pintu kamar mandi  didapatinya Ajun yang tengah berusaha berdiri.

Lantas dipapahnya Ajun menuju tempat mereka berkumpul.

Mereka duduk melingkar dengan satu senter ponsel milik Panji yang ditaruh ditengah-tengah dan di arahkan ke atas.

"Lo kok bisa jatuh gini?" tanya Panji.

"Gue tadi kaget denger teriakan Dipta mana langsung disaut sama suara petir lampu juga tiba-tiba mati. Engga sengaja kepleset dipojokan"

"Itu siapa sih yang abis nyuci, kamar mandinya engga disikat kan jadi licin"

"Utung aja gue udah pake baju"

"ANJIR, SAKIT BGST" teriak Ajun disela omelannya.

"Dipta, kaki gue lo apain?!"

"Lah, engga gue apa-apain cuma kesengol doang" tutur Dipta, dengan mengangkat kedua tangannya.

Panji yang tak tahan melihat keributan lekas menyenter kaki Ajun, ditemukannya goresan luka yang megeluarkan darah ntah saat jatuh tadi kaki pemuda itu terkantuk apa.

"Kaki lo luka" kata Panji, Ajun sendiri sebenarnya tak merasakan sakit waktu jatuh tadi barulah saat kesegol Dipta terasa pedih dan nyut-nyutannya bisa jadi gara-gara terbentur pingiran pintu kamar mandi.

"Ada yang bawa kotak P3K engga kesini? gue lupa soalnya" tanya Panji.

"Gue bawa" balas Hanna, tak perlu diperintah dua kali pemudi itu buru-buru mengambil kotak P3K yang ada dikamarnya ditemani Jeano.

"Nih, jun"

"Engga usah na, makasih"

"Obati luka lo bego, ntar infeksi" ujar Dipta.

"Alah biarain luka kecil doang engga akan" ucap Ajun, pemuda itu sebenarnya tengah meringis menahan sakit. Raisha yang melihat ringisan Ajun segera merapat dan mulai membersihkan luka milik sang pemuda. Raisha tahu Ajun sebenarnya takut melihat lukanya sendiri. Itung-itung penebusan dosa, sebab sejujurnya ialah orang yang membuang bekas cucian dan lupan mengosok lanti kamar mandi tadi.

"Pelan-pelan sa" ringisnya, Raisha lantas meniup luka Ajun berharap dengan ini sakitnya akan berkurang.

"Kok bisa ya mati lampu" celetuk Dipta tak jelas.

PKL ft. 00 Line [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang