Tepat jam pulang kerja berakhir. Gea menggeliat, menatap sekeliling ruangan yang hampir sepi. Jeje sudah pulang sejak setengah jam yang lalu. Huh, memang, pekerjaanya hari ini jauh lebih banyak dari hari-hari biasa.
" Ehem. "
Gea menoleh. Tersenyum kecil, " No? Mau pulang? "
Pria dengan jas abu-abu itu terkekeh canggung. Menggaruk belakang leher salting dengan anggukan kecil. " Iya nih. Emh, Lo udah selesai? "
Gea mengangguk, lagi-lagi tersenyum manis sembari mengemasi barang-barangnya.
Noel tersenyum, " Bareng gue mau? E-ehem, ya sekedar ucapan makasih buat traktiran Lo dua hari lalu. "
Gea geleng-geleng. " Kamu apaan sih, udah lupain. Dan makasih ya tawaranya, aku ngerasa itu bakal repotin kamu. Aku naik taksi aja. "
Mengekori Gea, Noel berjalan sejajar dengan gadis cantik itu. " Enggak kok. Sama sekali gak ngerepotin. Mau ya? Please, sekali aja. Gue malah sedih kalau Lo nolak kayak gini. "
Gea terdiam sebentar, menimang. Jika dipikir boleh juga. Terlebih Noel tampak kekeh sekali untuk ia mau ikut.
" Oke. "
Sebatas itu, Noel tampak berbinar. Pria itu berjalan lebih dulu ke tempat parkir. Lalu kembali dengan mobil putih yang sangat pas untuk ukuran Noel.
" Ayo. "
Gea tentu tersenyum, terkekeh geli saat Noel bergerak membuka pintu samping kemudi dengan gaya sopir kerajaan.
TIN!!
Noel berhenti tersenyum. Pria itu menyipit saat silau lampu mobil hitam mengarah pada mobilnya. Tak jadi naik, Noel terus berdiri dengan Gea yang tampak kebinggungan di dalam.
Mobil di depan sana berhenti, mesin mati disusul dengan seorang pria tinggi dengan gaya modis turun. Kacamata hitamnya dilepas.
Gea melotot, buru-buru turun hingga maniknya mampu dengan jelas menangkap sosok Dion.
" Dion? "
Noel menoleh, mengernyit binggung.
" Dia siap-"
" Sayang, "
Tersentak. Gea nyaris berhenti bernafas saat tubuhnya dipeluk erat. Ia bahkan dibuat berjengit saat pipinya dikecup.
Noel lebih terkejut, pria itu tampak menatap binggung kejadian dihadapannya.
Dion tersenyum tipis, wajahnya yang datar tampak pucat dengan gurat dingin. " Kenapa gak ngabarin? Ponsel kamu rusak, hm? "
Gea tidak tahu ingin menjawab apa. Gadis itu masih begitu terkejut dengan apa yang ponakannya lakukan. Seakan sulit bernafas, mulutnya masih terbuka dengan pancaran mata tak percaya.
Dion tampak tenang. Merangkul pinggul sang kakak seolah tengah medikte siapa pun bahwa gadis disampingnya adalah miliknya.
" Makasih ya udah berbaik hati mau nganter kekasih saya. Tapi lain kali gak perlu repot-repot. Saya bisa jemput gadis saya sendiri. "
Noel mengangguk kaku, melempar senyum tipis pada Gea yang tampak bergeming. Hingga pria itu dibuat mengelus dada setelah mobil si pria yang pergi bersama Gea itu melaju jauh.
" I-itu tadi, serem banget. "
....
Hening. Perjalanan kali ini terasa begitu dingin. Dion yang lebih diam dan tak berniat untuk bicara. Gea yang masih mencoba menenangkan diri dari kejadian tadi.
Restoran sederhana di sisi kota. Mobil Dion berhenti disana. Pria itu menoleh, tersenyum tipis dengan sorot dingin.
" Ayo turun. Kakak pasti lapar kan? "
Tidak menolak, Gea tetap menurut bahkan saat pinggulnya kembali dirangkul erat.
Bagai sepasang kekasih yang amat serasi, saat masuk mereka sedikit membuat orang-orang mencuri pandang. Gea tertunduk, tidak suka saat dirinya menjadi atensi banyak orang.
Meja nomor tiga belas. Dion tersenyum saat mendapati sang kakak terus menunduk.
" Kak? Kenapa? "
Gea mendongak, tersenyum kecil lalu menggeleng. " Gak pa-pa, emh Dion bisa kita pulang aja gak? "
Yang ditanya tersenyum, maniknya menatap lamat tatapan memohon sang kakak. Cantik, begitu sayu dan ia suka itu.
" Kenapa? Mau pindah? " Tanyanya lirih. Ia tidak bodoh. Ia sadar betul akan gelagat tak nyaman sang kakak sedari mereka masuk. Dan ia sangat menikmati itu.
Gea menghela nafas, bibirnya yang pink mengerucut tanpa sadar. " Aku pengen pulang aja. M-makan masakan kamu? Ya? "
Sangat manis. Dion mengulum bibir dengan detakan jantung bertalu-talu. Gadis dihadapanya ini sangat mampu membuat hatinya goyah dalam sedetik.
Dion tersenyum kecil, berdiri dengan satu tangan terulur. " Hm. Ayo pulang."
Makan malam yang tenang. Diluar sana mendung dengan gerimis kecil. Dion tersenyum, maniknya yang bulat menatap penuh minat cara makan sang kakak yang lucu.
Pipi merah yang mengembung, bibirnya maju dengan imut. Cantik sekali.
" Enak? "
Gea mendongak, mengangguk-angguk jujur. Sop dengan tema yang sama. Daging. Ini enak. Segar dengan rasa yang pas. Suasana yang dingin membuat pas rasa masakan ini di mulut.
Ingat akan sesuatu, gadis itu berhenti makan. Ditatapnya wajah tampan Dion yang tengah sibuk mengunyah malas.
" Emh, soal tadi, itu Noel. Temen kerja kakak. " Gea memulai pembicaraan.
" Hm. Aku tahu. "
Agak binggung, namun gadis itu hanya mengangguk kecil. " Soal tadi, harusnya kamu jangan bilang gitu sama Noel. " Entah mengapa Gea menjadi gugup. " Itu, bisa buat dia salah paham. "
Dion berhenti mengunyah, pria itu menegak habis segelas air lalu mengalihkan pandang. Tajam, berkilat dengan sorot yang tidak terbaca. Gea agak tercekat, gadis itu tiba-tiba menelan ludah.
" Kenapa emang kalau dia salah paham? "
Tidak tahu apa yang salah. Tapi Gea merasa ada yang aneh dari ucapan Dion. Gadis itu cepat-cepat menggeleng. Terkekeh canggung. " Emh, emang g-gak ada sih. C-cuman, kakak gak mau aja dia mikir aneh-aneh. "
" Mikir aneh-aneh sekalipun itu gak akan buat kakak rugi kan? "
Tercenung. Ucapan dengan nada tidak santai Dion membuat Gea terdiam.
Dion tampak tenang, namun sorot matanya lebih tajam dengan senyuman miring. " Itu bukan masalah yang harus dipertanyakan. Lagian, kalaupun dia atau orang-orang mikir aneh-aneh tentang kita. Itu gak akan jadi masalah besar."
Gea masih diam, terperanggah. Otaknya terasa kosong.
" Dan aku sama sekali gak keberatan. Karena bagiku, semua bukan masalah kecuali seseorang deketin kakak. "
Ini, ganjil.
Gea resah. Ucapan Dion tedengar semakin ambigu. Ia rasa, ada yang tidak benar disini. Namun ia tak tahu apa itu.
______________________________________
DANGEROUS
KAMU SEDANG MEMBACA
Dion|Dangerous✅
Teen Fiction[ AKAN DI REVISI ] Sejak awal dimana kejanggalan itu ada, harusnya Gea menjadi lebih hati-hati. Dion mungkin seperti sesuatu yang manis, tapi Gea harusnya tahu bahwa racun tak selamanya pahit. _____________________ [ Start-14 August 2021 ] [ Finis...