seven

2.6K 331 51
                                    

Bunyi nyaring besi yang bergesekan. Lembab, aroma anyir menguap dengan cairan merah dimana-mana. Beberapa alat yang tampak mengerikan digantung pada dinding-dinding langit.

Berantakan. Sangat menjijikan. Siapapun akan mual dan berakhir pingsan jika dihadapkan dengan situasi didalam sana.

Geraman tertahan terdengar keras. Pekikan bising besi semakin beringas. Seorang pria dipasung diantara balok-balok kayu penuh darah. Wajahnya babak belur dengan atasan toples. Tampak tidak menyerah, terus bergerak hingga satu pria yang lain dibuat mendesis marah.

" Belum nyerah juga ya? "

Berat. Mengintimidasi dengan gurat wajah yang dingin. Tidak ada emosi dalam suara itu. Hanya kekosongan yang mampu membuat bulu kuduk berdiri.

Pria dengan hoodie hitam itu mendekat, satu bilah pisau tergenggam erat. Maniknya menyorot tajam, bibirnya menyunggingkan senyum lebar yang ngeri.

" Lo kuat juga. " Pria itu terkekeh. Dengan wajah santai menghunuskan ujung pisau ke lengan pria terpasung.

Teriakan tidak jelas terdengar begitu pilu. Disusul tawa jenaka dengan sarat kosong yang nyata. Semakin dalam, sangat dalam, hingga pisau kecil itu menembus daging.

Melemah. Tidak lagi berteriak. Pria berambut coklat dengan rantai-rantai ditubuh itu menunduk lemah. Tenaganya habis. Benar-benar habis. Darahnya sudah terkuras banyak.

" Nyerah? " Pria bermanik bulat itu menyorot tajam. Tertawa sumbang menatapi korbannya yang mulai terpejam.

" Ini akibat Lo terlalu percaya diri. Provokasi? " Pria itu tersenyum miring. Meremehkan. " Jijik! Lo gak akan berhasil sekalipun Lo bolak-balik nyari bukti. "

Yang ditertawakan mendongak, menatap benci dengan sorot bengis. Pria berhoodie itu tersenyum, memiringkan kepala dengan tatapan sayu. " Istirahat. Gue kasih waktu sebelum daging Lo gue cincang. "

Dia terkekeh. Melepas kaus tangan lalu hoodienya yang basah akan darah. Kembali pria itu mengalihkan pandang, tersenyum manis.

" Selamat malam. "

Dan ruangan serba hitam itu kembali terkunci rapat dengan dentuman kuat. Gelap.

....

Seperti mayat hidup. Kantung mata hitam, wajah lesu. Gea terduduk lemas di ruangannya. Berkas-berkas masih menumpuk tanpa ada niatan untuk disentuh. Padahal jam kerja sudah lewat setengah jam yang lalu.

Gea. Gadis itu benar-benar tampak tak sehat.

TAK.

Segelas kopi diletakkan disisi meja. Gea melirik malas. " Pagi, sayang. Nih diminum. Lemes banget sih? Kenapa?"

Cerewet. Gea mendengus tanpa berniat menjawab pertanyaan beruntut Jeje. Yang dibalas kebisuan tentu merasa kesal. Gadis berkuncir tak wajar itu mencebik.

" Jahat banget. Eh-iya, Ya, lo lihat Noel gak sih? Hampir seminggu ini dia gak masuk. "

Tertegun. Entah mengapa Gea mampu merasakan detak jantungnya terpompa cepat. Gadis itu menegakkan tubuh.

Noel? Tidak masuk hampir seminggu?

Ah-seminggu ya? Gea menunduk lesu. Ia jadi ingat Dion dan ciuman pria itu. Kejadian yang sangat tidak ingin Gea ingat atau bahkan pikirkan. Ya. Gea masih begitu terkejut dan tidak ingin percaya. Terlebih lagi, setelah malam itu Dion terus berperilaku seolah tak pernah terjadi apapun. Gea kesal dan malu.

Hampir seminggu ini juga ia bersikap acuh pada ponakannya. Memilih banyak menghindar lantaran otaknya sudah terlalu banyak menampung beban tanpa celah terang.

Ucapan Noel yang ngawur, Dion, dan-Gea melotot. Oh Tuhan. Tergugu. Tubuhnya tegang dengan pikiran buruk.

Dua minggu lalu Noel mengatakan hal yang mampu dengan telak menganggu pikirannya. Beberapa hari setelah itu ia juga masih bertemu dengan Noel. Bedanya adalah wajah pria itu jauh dari kata sehat. Bertepatan dengan itu juga, ada banyak sekali hal-hal asing Dion yang bagi Gea sendiri sangat mengusiknya. Lalu sekarang, tiba-tiba Noel hilang tanpa kabar?

Dion, Noel, dan-

" Gea! Kenapa lo malah ngelamun? Ditanyaain juga! "

Tersentak. Gea cepat-cepat menggeleng dengan senyuman canggung. " M-maaf, Je. Aku ngantuk, agak capek juga. D-dan, soal N-noel, aku gak tahu, Je. "

Menelan ludah. Entah mengapa Gea merasa takut saat Jeje menatapinya lamat. " Hmm, yaudah gak pa-pa. Gue cuma khawatir itu anak di pecat. Bos nyariin terus. "

Jeje tersenyum dengan satu tangan menepuk-nepuk pipi Gea. " Mending lo pulang, deh. Lagian jadwal gak ketat. Nanti gue bilangin bos. Hoam, gue mau ngirim tugas dulu. Dah! "

Menghela nafas. Gea hampir memekik lantaran kepalanya dibuat berdenyut nyeri.

Apa yang kamu pikirkan Gea?! Semua ini tak ada hubungannya! Bagaimana bisa kamu membawa Dion dalam persoalan ini?! Noel sibuk. Atau mungkin pergi jauh entah kemana. Dan Dion, pria itu tak ada sangkut-pautnya sama sekali. Apa yang terjadi pada otakmu!

Gila! Gila! Gila!

Merebah lelah. Gea mendesah frustasi. Jika terus seperti ini, ia tak yakin kewarasannya akan tetap utuh.
Menghela nafas. Mungkin, ia butuh istirahat. Istirahat yang banyak dan panjang.

Mendongak. Maniknya menatap lamat hingar-bingar kota lewat jendela. Atau mungkin-yaa ia harus mencari pembuktian.

....

Pukul lima empat lima. Gea berjalan lesu setelah membayar uang taksi. Benar-benar melelahkan, padahal jika diingat lagi ia tak melakukan banyak hal di kantor.

Membuka pagar, Gea berjalan dengan langkah malas. Maniknya mematai halaman rumah yang kosong. Tak ada mobil milik Dion, berarti ponakannya itu belum pulang dari kantor.

Mendengus, menatapi langit yang mulai gelap. Entah mengapa tatapan Gea berakhir jatuh ke sisi halaman rumah. Gubuk kecil gudang pengimpanan barang bekas.

Hm, itu tempat yang sering Dion datangi tengah malam. Menggigit bibir, Gea kembali dibuat untuk berfikir. Membunuh tikus ya?

Meletakkan tas ke meja depan rumah, Gea berjalan ragu ke gudang berlampu kuning. Agak gelap lantaran mentari mulai dilahap malam dan jarak gudang dengan rumah lumayan memakan banyak tenaga.

Tiga langkah lagi, entah mengapa Gea resah dan takut. Hawa dingin membuatnya merinding. Entah mengapa bayangan-bayangan tak wajar malah menggerogoti pikir. Juga ingatannya tentang Dion yang berbeda.

Ada rasa tidak benar didalam hatinya.

Tinggal selangkah. Tangan kecilnya menggengam erat gagang pintu. Memajamkan mata. Gea menarik nafas dalam-

" ....Kak? "

Terpenjat. Kepalanya menoleh cepat ke arah sumber suara. Gea menelan ludah. " D-Dion? "
















______________________________________

DANGEROUS

.....

Saya up. Sengaja dikit-dikit, kita mainnya pelan-pelan aja biar sebel. Haha. Ini gak ada 1k emang, yah seenggaknya saya lega bisa lanjut. Semoga masih bisa dinikmati,ya. Sekian, terimakasih.

Saran/pesan? Saya terima dengan senang hati. Bye.

Dion|Dangerous✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang