四 Suddenly

71 4 3
                                    

一hanya waktu yang merubah segalanya.

🌼🌼🌼

Yamada dan Nakajima memanfaatkan waktu mereka berdua dengan berlibur di sebuah vila dekat pantai. Terhitung hubungan mereka yang sudah satu tahun berjalan. Yamada yang tengah mencari inspirasi seraya menikmati debur ombak di malam hari. Nakajima yang sudah menemukan pekerjaan di bidangnya tentu menikmati ini semua. Ia bisa mencari sesuatu di sini ditemani Yamada. Musim dingin yang penuh dengan kisah mereka berdua.

Tidak seperti karya sebelumnya, Yamada kehilangan minat akan tulisannya. Ia tidak puas. Ingin mendapatkan yang lebih, tapi selalu berhenti di tengah jalan. Yamada merasa apa yang dia tulis hanya sekadar goresan di atas kertas tanpa makna. Nakajima yang paham kondisi kekasihnya terkena writer's block sengaja mengajaknya ke sini.

Awalnya Yamada menolak, karena tahu betapa sibuknya Nakajima akhir-akhir ini. Yamada juga merasa Nakajima kali ini berbeda. Tidak tahu apa yang berbeda, firasatnya mengatakan seperti itu. Nakajima juga kurang istirahat selama bekerja. Bisa dilihat dari bawah matanya yang menghitam namun disamarkan entah dengan cara apa. Setiap kali bertanya, jawabannya hanya 'aku bisa mengatasinya' kalimat yang Yamada tahu itu bukanlah solusi. Yamada juga ingin melihat senyum Nakajima seperti dulu. Setidaknya Nakajima bisa berbagi cerita padanya meski bukan solusi yang didapati Nakajima.

Yamada ingin jadi tempat ternyaman.

Yamada duduk menikmati angin malam, juga Nakajima sendiri sibuk memotret sana-sini. Mereka belum berbicara setelah tibanya di sini. Siapa yang harusnya memulai?

Tidak mungkin 'kan mereka menikmati liburan ini berdua tapi sibuk dengan dunia masing-masing? Helaan napas panjang bercampur dengan suara ombak yang sudah pasang surut di malam hari.

"Ano sa ...," celetuk keduanya yang sejak tadi memikirkan topik pembicaraan apa yang akan keluar. 

"Yama-chan duluan," tambah Nakajima yang sudah selesai memotret dan kamera yang dibiarkan menggantung di lehernya. Yamada mengangguk, menepuk-nepuk tangannya di atas pasir. Kode untuk Nakajima duduk di sebelahnya.

"Enaknya ngapain?"
"Hhh ... aku juga bingung, Yama-chan. Ada yang ingin aku tanyakan tapi kamu jangan marah, oke?"

Yamada menautkan alisnya bingung, tidak biasanya Nakajima meminta izin hanya untuk bertanya.

"Douzo."

"Ini seandainya aja ... kondisinya aku lagi jauh dari kamu, reaksimu bagaimana?"

"Biasa saja. Sudah biasa 'kan aku sendiri."

Itu dulu.

"Sungguh?"

Yamada mengangguk.

Tentu saja aku sedih! Sebenarnya ada apa sih?

Nakajima menghela napas lega namun kecewa juga mendengar jawaban Yamada di luar ekspektasinya. "Baguslah. Aku hanya bertanya, entah kenapa tiba-tiba ingin tahu reaksimu tentang ini. Kalau kamu tidak masalah, aku ... baik-baik saja." Nakajima mengacak-acak rambut Yamada gemas. Yamada diam tanpa merespon.

"Hari mulai malam nih, hawanya juga semakin dingin di luar. Ayo masuk," ajak Nakajima mengulurkan tangannya setelah berdiri dari sana. Yamada menerima uluran itu lalu tersenyum lebar melepaskan firasat tak berdasarnya.

Yamada tidak tahu bahwa itu adalah pertemuan mereka yang terakhir.
.
.
.
Sesak.

Sudah berapa kali Yamada memimpikan ini? Terhitung Nakajima yang menghilang hanya dengan meninggalkan secarik kertas. Yamada hancur. Sudah selama ini, tapi mimpinya tentang orang itu tak pernah hilang. Mungkin setelah lima tahun mimpi ini tidak datang terlalu sering. Mimpi yang sama akan kepergian Nakajima. Apa terjadi sesuatu? Oh, Yamada tidak peduli lagi一setelah mencoba mengubur perasaannya dalam-dalam dan tidak ingin membiarkan luka ini terbuka lebar.

Fuyu : He's back after winter nightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang