CHAPTER 3

499 37 0
                                    

Sebuah kendaraan roda empat berhenti tepat di depan hunian yang beberapa jam lalu di tinggalkan sang pemilik. Rembulan lagi-lagi menghiasi langit seorang diri tanpa kartika yang menemani gelapnya malam.

Kaki jenjangnya yang terbalut celana panjang berwarna hitam itu menjejaki pelataran rumahnya yang tampak sunyi. Membiarkan kendaraannya menyala beserta tas yang selalu pria itu bawa ketika bekerja di dalam sana. Para bawahan yang sudah paham bergegas, salah satunya bersiap memarkirkan kendaraan tersebut dan yang satunya meraih tas di dalam mobil yang lantas bergegas mengikuti sang atasan yang telah lebih dahulu berjalan di depannya.

Perlahan langkahnya memelan ketiga mendapati ada sesuatu yang aneh dari dalam kediamannya sebelum sebuah suara menginterupsi dari belakang tubuhnya.

"Nona ada di dapur, Tuan."

Jungkook diam tak membalas perkataan wanita paruh baya di belakangnya itu dan kembali menautkan langkah menjadi kembali pada kecepatan normal.

Presensi wanita dengan surai yang terikat serta pakaian santainya berada di dalam dapur pemuda itu, meletakkan berbagai macam hidangan hingga membuatnya tersusun rapi. Aroma nikmat dari berbagai jenis hidangan itu menyapu indera penciuman Jungkook yang melangkahkan kakinya mendekat menuju meja makan.

"Kau sudah pulang?"

Jungkook hanya diam dan tak menanggapi, menduduki dirinya di kursi makan dan bersiap untuk membalik piringnya sendiri.

"Untuk apa menyibukkan diri dengan memasak?" Tanya pria yang tak merubah raut wajahnya sedari awal kedatangannya. Lebih berminat bertanya daripada menjawab pertanyaan wanita yang turut duduk berseberangan dengan pemuda tersebut.

"Ingin memberi kejutan," ujar si wanita seraya meletakkan nasi di atas piring pria di depannya yang kemudian di cegah kala ingin mengambilkan hidangan lain untuk piring pemuda yang masih dengan wajah datarnya.

"Terima kasih, tapi dirimu tidak berhasil."

Sang dara menghela napas yang kemudian meminum minuman yang wanita itu buat hanya untuk dirinya hingga menyisakan separuh dan kembali menautkan atensi pada pria di depannya. "Terserah."

"Tidak makan?"

"Sedang dalam masa pembentukan tubuh."

"Sudah tersisa tulang seperti itu ingin dibentuk seperti apa lagi?"

Si wanita melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap Jungkook yang tampak tak peduli itu sinis. Merasa terejek oleh perkataan pria Jang di depannya itu.

"Dua bulan lagi pernikahan ku. Diriku tak ingin jika gaun yang telah di pesan jauh-jauh hari itu secara tiba-tiba tidak muat." Lantas sang dara mendekatkan satu amplop berwarna gelap dengan ukiran tinta berwarna emas di atasnya yang tertuliskan beberapa kata. "Baru dirimu yang mendapatkan undangan itu, seharusnya kau berbangga diri."

"Masih tiga bulan dan dirimu sudah sibuk, nanti mungkin segalanya batal."

"Mulutmu itu, Jeon!"

Geligi sang dara bergemeletuk, berusaha kembali mendapatkan kembali kesabarannya yang nyaris meninggalkan raga. Lantas bangkit dari duduknya seraya meraih tas kecilnya yang berada di dekat jangkauan Sang gadis.

AMORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang