01. Kecewa

0 0 0
                                    

Huhuhu, hallo guys Mimot bawa cerita baru nih, gak kalah seru dong pastinya sama Story Anya. Jangan lupa promosiin cerita ini di mana pun yah😁

***

"Hai, Kak. Ini aku bawa bekal buat kakak." Aiden melirik tanpa minta kotak makan bermotif panda itu.

"Simpan bekal itu buat lo."

"Tapi, Kak, aku udah masak ini khusus buat kak Aiden."

Aiden mendekat, mengikis jarak di antara keduanya. Pipi gadis berkacamata itu merona saat melihat wajah tampan Aiden dari jarak dekat.

"Kodrat wanita itu dikejar, bukan mengejar. Lo bukan level gue, stop ngejar-ngejar gue!" ucap Aiden menepuk pelan kepala Rena.

Gadis itu tertunduk malu saat dirinya menjadi sorotan semua orang. Sambil mendekap kotak bekal itu ia berlari menuju taman.

"Lo kenapa jadi berubah gini, sih?" Syera yang melihat semua kejadian tadi merasa iba pada Rena. Sikap Aiden berubah sembilan puluh persen saat kematian Karissa. Dulu Aiden adalah laki-laki yang ramah, mudah bergaul dengan semua orang, tapi sekarang, laki-laki itu seperti membangun benteng yang kokoh untuk menghindari semua orang.

"Lo berubah, Aiden." Syera tertunduk lesuh. Ia pikir usahanya selama dua tahun untuk membantu Aiden akan membuahkan hasil, tapi lagi-lagi zonk.

"Udah dua tahun, Aiden. Dua tahun! Apa itu gak cukup buat lo lupain semuanya?" Jujur saja, Syera merasakan sesak di hatinya, saat Aiden masih saja memikirkan masalalunya.

Selama dua tahun Syera membantu Aiden melupakan tentang Karissa, tapi sepertinya hanya sia-sia. Terbukti jika Aiden sampai sekarang masih mengingat tentang Karissa, atau mungkin ... ia masih mencintainya.

"Tanpa gue bilang, lo pasti tau jawabannya, Syer."

Syera mengangguk paham, setetes air matanya perlahan mulai menetes. "Gue tau itu, tapi apa lo gak bisa buka hati buat gue sedikit aja? Dua tahun kita pacaran, tapi lo tetap gak bisa lupain itu semua, Aiden."

Aiden menghapus lembut jejak air mata Syera. "Maaf, maafin gue, Syer."

"Selalu kata itu yang keluar dari mulut lo, sesulit itukah Aiden?"

Aiden terdiam, membuat Syera menyimpulkan jika Aiden memang belum bisa menerimanya.

"Gak bisa jawabkan? Tenang aja, aku udah tau jawabannya." Syera langsung mengusap pipinya, mencoba tersenyum semanis mungkin pada Aiden, walau rasanya ia ingin menangis saat ini juga. "Aku pergi dulu, dadahh!" Syera melambaikan tangannya pada Aiden. Laki-laki itu menatap sendu punggung Syera yang mulai menghilang.

Kepergian Syera seketika membuat keadaan kembali hening. Aiden mendongak, menatap langit yang mendung, seakan-akan mereka ikut merasakan kesedihannya.

"Gue emang berengsek, gue gak pantes buat orang sebaik lo, Syer."

***

Syera menjatuhkan tubuhnya di lantai toilet. Menangis dalam diam di sana, tanpa ada yang mengetahuinya.

"Hati aku sakit, Aiden. Sakit banget!" Syera memukul dadanya menyalurkan rasa sesak yang seakan menggunung di sana.

"Gue gak tau kenapa bisa sesayang ini sama lo, gue emang bodoh!"

"Bahkan lo gak ngejar gue, walaupun hanya sekedar untuk ngehibur gue."

"Arghhh ...!" Syera menjambak rambutnya kuat.

Sudah cukup lama gadis itu menangis di dalam toilet. Dengan langkah tertatih-tatih ia mencoba menata rambutnya kembali walau sedikit berantakan tak mengurangi kadar kecantikannya.

Syera sudah keluar dari toilet, ia menatap koridor yang sepi, mungkin karena ini sudah masuk jam belajar. Syera terus berjalan perlahan menuju kelasnya sampai akhirnya tubuhnya tak mampu menahan berat badannya sendiri alhasil ia jatuh di koridor.

Kenzo yang melihat Syera pingsan berlari cepat menghampiri Syera yang sudah tak sadarkan diri.

"Sye, bangun!"

"Shit!" Kenzo mengumpat pelan. Ia langsung menggendong tubuh mungil Syera ala bridge style menuju UKS.

***

Mau bilang apa sama part ini?

Sama Aiden?

Syera?

Kenzo?

Atau authornya juga? Hhhi

Kalian pernah gak sih berada diposisi Syera?

Jangan panggil aku kakak yah guys, panggil aja aku Mimot karena di sini kita vrennnn alias teman🙂

See you sampai jumpa di part selanjutnya 🙈

AIDEN(On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang