11. UNTUKMU AKU BERTAHAN

1.4K 157 34
                                    

JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE DAN KOMEN KALIAN, YA!

INSTAGRAM: @kecoakecebur

SEPHORA [New Version]

SEPHORA [New Version]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🦢🦢🦢

Satu ... dua ... tiga ...

Part menyakitkan menurut takdir yang sama sekali Sephora tidak inginkan dengan sengaja menancapkan duri ke dalam benaknya. Bagai memori yang berputar pada masa lampau, ingatan Sephora berkeliling pada sekitar. Pecahan tergeletak berantakan di sekitar kaki milik Sephora. Sebuah guci apik tadi, baru saja menghantam bagian paling sensitif manusia. Kepala Sephora berdenging dengan nyaringnya. "Jam 09.00 malam, baru pulang? Kelayapan sampai mana saja kamu tadi, Sephora!" bentak Gasendra.

Ada rasa, sebuah cairan memaksakan diri untuk menetes dengan cepatnya. Aliran darah bak pecah, Sephora memegang kepalanya. "Lagi?" gumam Sephora dengan nyeri menyerbak. Lengan baju putih abu milik Sephora ia gunakan untuk mengelap permukaan yang dibanjiri darah itu.

"Mau menangis karena sakit?! Jangan harap itu diperbolehkan di hadapan saya, Sephora. Kesalahan yang selalu saja kamu lakukan membuat saya muak."

Sephora menahan kristal air yang ingin terjun itu. Tak ingin menjadikan Gasendra tambah marah kepadanya. Sephora menunduk kepala. "Aku minta maaf, Pa. Jangan beri aku luka lagi, tolong ..."

Gasendra menarik dagu Sephora. Amarah semakin merajalela dalam benak pria itu. Ia ambil pecahan guci tadi, serta dengan tidak ada rasa kemanusiaannya, ia tancapkan bagian lancip itu sebagai alat untuk menggambar permukaan kulit wajah Sephora.

Rintihan kesakitan tak tertahan, di rungu Gasendra. Bukan berhenti, namun semakin gencar untuk melakukannya. "J-jangan. Ini menyakitkan. Tolong, hentikan."

"Jangan harap, Sephora."

Setelah puas dengan apa yang ia lakukan kepada anaknya. Gasendra membuang serpihan itu dengan sembarang. Dia hempas wajah Sephora, setelahnya Gasendra meninggalkan Sephora sendiri di dalam dimensi kesedihan itu.

Tangan gemetarnya, memegang wajah. Nyeri yang ia rasakan, tidak sebanding dengan rasa takutnya jika nanti bertemu lagi dengan Gasendra. "Ibu ... anakmu hancur, Bu. Kalo aku minta tiket kepulanganku sekarang, apakah Ibu akan menjemputku?" monolog Sephora bersama rasa sesak yang pernah ada.

Helaan nafas yang terdengar parau itu, mungkin akan menjadi bukti begitu menyedihkannya kehidupan Sephora. Ia bangkit, takut kalau telat dalam mengobati lukanya ini, akan menjadi permanen bekasnya. Walaupun, untuk luka batin yang ia rasakan, tidak semudah itu metode penyembuhannya.

SEPHORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang