[SEBAGIAN PART DI PRIVATE, FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!]
_________________________________________
⚠️ PROSES REVISI NEW VERSION⚠️
Hukuman menjadi Ketua Osis sementara membuat Sephora bosan. Untuk menghilangkan rasa bosan itu, ia merangkai sebuah mis...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dari lirik satu ke lirik selanjutnya menggema sempurna dalam ruang yang Sephora singgahi detik ini. Iringan musik yang dinyanyikan oleh salah satu artis yang menjadi idola Sephora ; Nadin Amizah, menyebar beribu alunan yang related dengan kehidupannya. Jarang Sephora berani memutar musik di rumah seperti ini, sebab Gasendra sangat tidak bersahabat dengan hal-hal berbau berisik. Beruntung, untuk dua hari kedepan sebuah kebebasan berpihak kepada Sephora.
Banda pipih yang berada di meja ia ambil. Sephora berjalan dan duduk pada sofa kamarnya. Sesekali ia meringis dengan luka yang Syahla berikan tadi di sekolah. Sephora men-scroll roomchatnya dengan Reiga. Helaan nafas berat terdengar. "Gue rasa Reiga ini bukan tipe orang yang dingin dingin banget. Tapi, kenapa chat gue gak ada satu pun yang dibales?" pikirnya.
"Padahal gue udah konsisten ngucapin selamat malam ke dia. Sombong amat." Sephora melempar ponselnya. Dia memejamkan mata sebentar. Alunan lagu yang ia putar terus bersenandung lepas.
Menurutmu apa benar saat ini kau masih mencintaku?
Menurutmu apa yang bisa dicinta dari diriku?
Bukan apa, hanya bersiap, tak ada yang tahu, aku takut
Tak pernah ada yang lama menungguku sejak dulu
Yang terjadi sebelumnya
Semua orang takut padaku, wo-oh-oh
Panggil aku
Perempuan gila
Mata Sephora langsung terbuka ketika mendengar lirik terakhir. Memikirkan beberapa hal yang akan terjadi untuk kedepannya. "Panggil aku, perempuan gila? Apa gue harus jadi cegil dulu, ya, biar di-notice sama Reiga?" pikir Sephora.
Sudut bibirnya terangkat memikirkan beberapa hal yang sudah ia rancang dalam angan. Dia berdiri dan berjalan mematikan lagu yang terputar itu. Ketika melihat jendela kamar, mata Sephora memincing. Terdapat sebuah kertas yang menempel. Sephora menghampirinya dengan keraguan, ia membuka jendela untuk mengambil ketas tersebut.
Mundur atau mati?
Ancaman!
Sephora meremas dengan perasaan takut. Ia hanya berdua di rumah sebesar ini. Pikirannya tertuju pada seseorang. Ia segera bergegas keluar dari kamarnya. Sephora gesit menuruni anak tangga dan dengan sekali tarik, ia membuka pintu kamar Athaya.
