4'☔

414 46 10
                                    

Happy Reading🌵

Pagi yang cerah menyambut saat Nana membuka matanya pertama kali, sinar matahari langsung menyusup pada korneanya yang berwarna coklat gelap.

Senyum menghiasi bibir pinknya, paginya benar benar tentram, untuk pertama kalinya setelah sekian lama ia sibuk dengan pekerjaannya, akhirnya pagi ini ia bisa bermalas malasan sesukanya, tanpa memikirkan pekerjaannya yang lumayan menguras tenaga dan fikiran.

Mengecek jam di lockscreen handphonenya, Nana tersenyum lebar melihat jamnya menunjukkan pukul setengah sembilan lewat tujuh menit.

Nana menghubungkan handphonenya pada sound Bluetooth di samping nakas, kemudian memutar playlist favoritnya dan meletakkan handphonenya kembali di nakas.

Pemandangan laut biru di luar jendela membuatnya semakin benar benar tidak ingin beranjak dari bawah pelukan hangat nan posesif selimut bedcover putih kasur penginapan, benar benar nyaman.

Beberapa saat kemudian Nana mendengus kesal, bagaimana tidak. Di saat sedang enak enaknya healing mendengar musik kesukaan sambil melihat pemandangan.

Tiba tiba panggilan alam tanpa bisa di tahan mendesaknya untuk bangkit. Sebenarnya Nana ingin menahan pipisnya selama mungkin, namun semakin lama rasanya semakin di ujung tanduk.

Daripada mengomnpol di kasur, dengan kekuatan petir, Nana berlari menuju kamar mandi menuntaskan hasrat nya.

Karena merasa sudah terlanjur masuk ke dalam kamar mandi, akhirnya Nana memutuskan untuk berendam sambil mendengarkan musik, kebetulan sound Bluetooth di dalam kamar ini menghadap langsung ke kamar mandi, jadilah suaranya terdengar keras hingga ke dalam.

Dan tanpa terasa ia sudah berendam selama setengah jam, hingga jari jarinya keriput karena terlalu lama berendam di dalam air.

Mau tak mau Nana harus keluar dari kamar mandi.

Bersenandung pelan mengikuti lagu yang ia putar, tangannya dengan cekatan memoles make up tipis di wajahnya.

Rencananya Nana ingin berjalan jalan di pinggir pantai dan bermain pasir.

Nana membuka sedikit pintu kamarnya, menyembul kan kepalanya keluar, mengecek keramaian kolam di depan Pemginapannya. Nana sedang malas bersosialisasi, tapi bosan juga jika hanya di dalam kamar seharian.

"Kiw cewek." Jeno kebetulan keluar dari kamarnya menyapa Nana.

"Anjir lu lagi." Nana mendengus kesal.

Dengan langkah cepat Nana melangkah menuju restoran samping penginapan, mengabaikan Jeno yang masih terus memanggil namanya dan mengikutinya.

Brak!

Di depannya ada belokan, karena terburu buru, Nana menabrak pegawai penginapan yang membawa troli berisi makanan dan minuman.

Seketika Nana jatuh terduduk dengan berbagai jenis makanan yang tumpah pada baju bagian depannya, terlebih tepat di samping tangannya ada beberapa gelas dan piring yang pecah.

"Nana!" Jeno langsung berlari dan mengangkat Nana agar sedikit menjauh dari pecahan keramik yang berserakan.

"Gimana sih lo bawa troli sampe kena Nana!" Jeno mengomeli pegawai tersebut dengan setengah berteriak sambil tangannya mengelap bagian depan baju Nana yang kotor. Wajahnya sangat datar, terlebih rahangnya mengeras menahan emosi.

Tubuh Nana semakin gemetar, setelah shock karena insident, teriakan Jeno semakin membuatnya takut, terlebih melihat ekspresi wajahnya.

Melihat pegawai tersebut hanya diam menundukkan kepalanya, emosi Jeno semakin tersulut.

RayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang