Ntah ada yang nungguin apa nggak saking lamanya hahaha😂
Happy Reading🍀
Menepati janjinya, pukul lima pagi Nana sudah menggedor kamar Jeno dengan semangat.
"Jeno!"
"Bangun Jeno!"
"Jeno! Ayoo keluar!"
"Jenoo! Bangun ayoo!"
Nana tidak menyerah terus mengedor kamar Jeno.
Pemilik kamar yang sedang tidur pun menggerutu kesal, sumpah di luar masih gelap, tapi Nana sudah menggeror pintu kamarnya dengan brutal.
Untung saja kamar Jeno terletak paling ujung, jadi lah aman dari teguran tetangga yang merasa terganggu dengan gedoran Nana.
Dengan ogah ogahan Jeno membuka pintu kamarnya, demi agar Nana menghentikan gedoran brutalnya.
"Apa sih, Na? Masih gelap juga." Decak Jeno dengan mata yang masih berat untuk terbuka.
"Ayo kita lihat sirine!"
"Hah? Sirine apaan?" Jeno yang masih setengah terpejam mengerutkan dahinya bingung.
"Ish itu matahari terbit Jenoo! Masa gak tau!"
"Sunrise, Na."
"Ish iya pokonya itu, ayo Jeno ambil jaketnya, di luar masih dingin nanti beku." Nana terus menerus menarik tangan kiri Jeno agar bangun.
"Nah, udah tau beku ngajak keluyuran. Mending cudlle aja kita di kasur, lebih anget Na."
Plak!
"Mesum banget si jadi orang!" Nana memukul bahu Jeno keras.
"Aduh sakit tau Na." Jeno memegangi bahunya yang terasa panas di bekas pukulan Nana.
"Buruan ambil jaketnya, nanti keburu terbit mataharinya."
"Ck iya iya." Masih dengan setengah terpejam, Jeno bangkit mengambil jaketnya.
"Ayo cepet." Nana menyeret lengan Jeno yang masih setengah terpejam, lebih tepatnya sepertinya masih memejamkan matanya.
Namun ia tetap mengikuti Nana yang sedang mode full battery, menyeretnya entah kemana. Jeno pasrah, matanya terlalu berat untuk di buka.
"Jeno cantik banget huwee." Nana histeris.
Jeno terperanjat, sepertinya ia sempat terlelap lagi saat menyenderkan kepalanya di bahu Nana. Akhirnya Jeno membuka matanya, dan seketika ia terpesona melihat matahari terbit dari timur di hadapannya.
Cahaya kuning keemasan menyinari mereka berdua, yah hanya mereka berdua yang menikmati sunrise di pinggir pantai yang masih sangat dingin ini.
Namun rasanya dingin itu menghilang perlahan dengan sinar matahari yang mulai semakin menampakkan dirinya.
"Cantik banget ya, Na." Decak Jeno, ia ingin mengabadikan moment yang sangat langka ini. Iya langka pasalnya Jeno tidak pernah bangun sepagi ini dan sudah keluyuran keluar. Handphonenya tertinggal di atas kasur.
"Iya, makanya. Untung gue bangunin tadi, mana pake ngerengek gak mau bangun," Cibir Nana.
"Dih, bibirnya gausah maju maju gitu. Mau gue cium?" Jeno menekan kedua pipi Nana dengan tangannya, otomatis bibirnya kembali maju seperti bebek.
Dengan keras Nana mendorong wajah Jeno menjauh, "Dih, masih pagi ya, otak lu udah kumat. Mana belom gosok gigi."
"Oh brati kalo udah siang, abis mandi boleh ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rayu
Fiksi PenggemarSedikit kisah pertemuan tak sengaja antara Jenvi, ah atau lelaki yang mengaku bernama Jeno ini sedang berusaha melarikan diri dari keluarganya yang selalu memaksanya untuk cepat menikah. Dengan Nana, yang sedang liburan me time sendiri, sebelum meni...