Hujan ga gengs?
Happy Reading🌧
Sesudah sarapan sekaligus makan siang mereka, pasalnya mereka sempat kembali ke kamar masing masing terlebih dahulu untuk mandi dan yah seperti biasa, yang namanya perempuan jika sedang berkutat dengan make upnya, maka akan memakan waktu yang lumayan lama. Untungnya Jenvi dengan sabar menunggu Nana dengan anteng di pinggir kasur Nana tanpa protes sama sekali.
Akibatnya jam sebelas siang mereka baru memakan sarapan pagi sekaligus makan siang mereka. Lagi lagi memakan waktu yang lama, karena Jenvi tidak bisa memisahkan daging dengan cangkang kepitingnya, alhasil Nana mengalah, mengupaskan kepiting dan udang milik Jenvi.
Beres makan siang, mereka duduk di lantai dua penginapan, menikmati pemandangan pantai dari atas.
Hingga tak sengaja Nana melihat anak kecil yang nampak seru bermain pasir, membangun istana pasir di temani Ayah dan Ibunya.
Nana pun merengek agar Jenvi menemaninya bermain pasir, yah dia takut bermain sendirian. Mau tak mau Jenvi akhirnya mengiyakan, agar Nana berhenti merengek padanya, tidak baik pada kesehatan jantungnya. Melihat Nana yang menggemaskan di hadapannya, ingin ia kekep di dalam kamar saja rasanya.
Kini keduanya berakhir berjemur di pinggir pantai.
Lebih tepatnya hanya Nana sih yang sibuk bermain pasir, sedangkan Jenvi hanya memantau di belakangnya dibawah payung besar yang ia dirikan tadi.
"Eh eh Anjir!" Nana mengerucutkan bibirnya. Tiba tiba saja ombak besar menyapu istana pasirnya yang sudah tinggi.
"Hahahhaha!" Jenvi tertawa keras melihat ekpresi kesal Nana yang nampak menggemaskan.
"Ih kok di tawain!" Nana langsung bangkit, mendekati Jenvi. Mendudukan dirinya di samping Jenvi, kemudian menyerangnya dengan cubitan brutal.
"Eh eh ampun, Na." Jenvi tertawa keras, sambil berusaha menghalau tangan Nana yang masih mencari perut Jenvi untuk ia cubit.
"Ngeselin banget sih! Tega ya tertawa di atas penderitaan gue!" Nana akhirnya hanya bisa mengeluarkan kekesalannya lewat kata. Kedua tangannya kini di kunci oleh Jenvi.
"Nggak gitu Na. Abisnya muka lo gemes banget pas kesel."
Nana mendelik kesal, "malah ngerdus njir!" Refleks Nana memukul lengan Jenvi, yang ternyata sangat keras, membuat telapak tangannya terasa panas.
"Aduh, kenapa sih Na? Lo ama gue KDRT mulu?!" Jenvi mengelusi lengannya.
"KDRT palalu! Apaan rumah tangga segala?! Kita baru kenal ya!"
"Baru kenal apaan? Kita udah pernah ciuman. Terus jodoh nggak ada yang tau tuh, Na. Kalo tiba tiba kita nikah bulan depan gimana?"
"Kan kan, makin kesini makin kesana omongan lu. Minum apaan lu dari tadi?"
"Hadeh, kaga ada Na. Ini aja gue cuma minum Lemon tea." Jenvi menunjuk gelas minuman di meja kecil samping Nama.
"Tapi omongan lu ngelantur, Jen." Nana bergidik ngeri.
"Ih gemes banget sih, gue nikahin sekarang nih." Jenvi menangkup pipi bulat Nana.
"Ish jangan pegang pegang, gue udah punya tunangan. Ngapain nikah sama lu."
"Tunangan doang kan? Bisa apa dia kalo nanti tiba tiba lu nikahnya sama gue?"
"Diem deh, Jen!" Nana melayangkan satu pukulan ke lengan keras Jenvi.
"Dih, manyun lagi." Jenvi mencolek dagu Nana.
"Diem ah, ngapain colek colek? Emang aku sabun apa?"
"Yaaampun, gemes marah marah mulu, nih Minum dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rayu
FanfictionSedikit kisah pertemuan tak sengaja antara Jenvi, ah atau lelaki yang mengaku bernama Jeno ini sedang berusaha melarikan diri dari keluarganya yang selalu memaksanya untuk cepat menikah. Dengan Nana, yang sedang liburan me time sendiri, sebelum meni...