☔' 7

292 36 9
                                    


Happy Reading 🌾

Jenvi membuka matanya merasakan kesemutan di tangan kirinya.

Ternyata Nana tidur di lengan kiri Jeno sebagai bantal.

"Pagi Nana," Bisik Jenvi di telinga Nana.

"Hem." Nana bergumam, semakin menyamankan dirinya di pelukan Jenvi.

"Ayo bangun, mau makan apa hem?" Jenvi mengelus puncak kepala Nana.

"Aah Males ih Jenooo, masih terlalu pagi."

"Pagi apaan? Udah jam sembilan ini hey." Jenvi menggoyang goyangkan badannya.

"Aaa iya deh, pengen lobster, kerang sama kepiting saus Padang."

Jenvi berdecak, "Lo lagi sakit na, masa makannya begitu? Mana masih pagi ini."

Nana mengerucutkan bibirnya, mendongakkan kepalanya, menatap sebal pada Jenvi. "Yaudah gausah, gajadi makan."

"Ish iya iya, ini udah order kok."

"Asik, mkasih Jeno sayang." Nana mengeratkan pelukannya di pinggang Jenvi.

"Hadeh kalo ada maunya aja bilang sayang. Giliran di ajak nikah gamau," Dumal Jenvi.

"Plak!" Nana menggeplak paha Jenvi kemudian hendak melepaskan pelukannya, namun Jenvi lebih dulu menahannya.

"Tau ah males, itu mulu yang di bahas." Mood Nana down seketika, ia merasa bersalah pada tunangannya, terlebih pernikahannya akan di laksanakan bulan depan, namun saat ini Nana justru berada di pelukan pria lain, di dalam kamar yang sama pula, ia merasa berkhianat pada tunangannya.

"Iya iya nggak deh, ayo bangun mandi. Ntar makananya di siapin di rooftop restoran sana. Ayo cepet, keburu tempatnya di ambil orang."

Nana berdecak namun tetap bangkit dari kasur, dengan ogah ogahan tentunya.

"Apa mau mandi bareng aja biar ga lama?"

"Mesum lu anjir!" Nana langsung menimpuk wajah Jenvi dengan bantal dengan brutal. Jenvi yang tidak siap dengan serangan tiba tiba dari Nana tumbang ke atas kasur.

"Balik deh ke kamar lo sendiri, mandi cepet cepet! gue marah sama lo, kalo kita nggak kebagian tempat di rooftop."

Blam!

Nana menutup pintu kamar mandinya dengan kasar.

Terkekeh pelan, kemudian Jenvi keluar dari kamar Nana. Menuju kamarnya sendiri dengan cepat, ia tidak mau cari gara gara dengan kelinci galak itu.


👑👑👑

Angin dari pantai menerbangkan anak rambut Nana yang di ikat longgar. Sebenarnya Nana menggerai rambut panjangnya.

Namun tiba tiba Jenvi mengikatnya dengan gelang karet hitamnya, agar rambut Nana tidak terkena amis bumbu saus padangnya nanti. Jadilah ikatan longgar agak berantakan, namun Nana enggan memperbaikinya, menghargai usaha keras Jenvi yang berusaha menyelamatkan rambutnya.

Dua pelayan restoran mulai menghidangkan pesanan mereka.

Jenvi dan Nana langsung menelan ludah mereka, melihat macam macam seafood saus padang yang sudah tersaji di hadapan mereka.

"Ish, berdoa dulu." Jenvi mendepak tangan Nana yang hendak langsung menyantap kerang di hadapannya tanpa berdoa terlebih dahulu.

Walaupun manyun, ia mengikuti doa yang Jenvi pimpin.

"Slurp!" Sedotan pertama mata Nana langsung berbinar. "Huwee enak banget, mau nangis," Ucapnya dengan kepala yang ia goyang goyangkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang