Aurel menanti dengan sabar, suasana cafe tidak terlalu sesak meski dia merasa tidak nyaman dengan kebisingan disana. Ditemani Strawberry Cheese Cake, menunggu menjadi tidak terlalu membosankan untuknya.
Selama hampir 30 menit, penantian Aurel akhirnya tidak sia-sia. Seseorang berdiri tepat didepannya, membuat Aurel harus menengadahkan kepala cukup tinggi hanya untuk melihat paras si lulusan PNS kebanggaan Dian Antrasena.
"Aurel?" suara bariton itu menyadarkan Aurel dari sesi penilaian fisik. Demi menjunjung tinggi rasa hormat dan santun yang diwariskan sang papa, Aurel mengambil inisiatif berdiri.
"lulusan PNS?" tanya Aurel tanpa menyaring lebih dulu bentuk pertanyaannya. Begitu mendapat tatapan aneh dari subjek yang dia ajak bicara, akhirnya dia merevisi sebutannya. "maksudku, mas Satria?"
"Satria Wijaya.." pria itu mengulurkan tangan dengan maksud untuk berjabat sebagai awal dari perkenalan yang sopan dan ramah. Aurel menyambutnya dengan ragu, ada hal yang sedikit membuatnya tidak nyaman kala hendak berkenalan dengan orang asing, yaitu ketika dia menyebutkan namanya.
"Aurelia Aurita.." pelan-pelan Aurel memperhatikan ekspresi wajah Satria yang tadinya kaku menjadi sedikit lebih friendly, lebih enak dipandang kala lesung pipi itu menunjukkan pesonanya. Meski singkat dan mencoba ditutupi, senyum itu tak luput dari tinjauan mata Aurel.
"ubur-ubur?"
First Blood!
Tadinya senyuman Satria meluluhkan separuh hatinya, namun serangan itu seolah menghantarkan awal dari peperangan dan meluluhlantakkan pesona sang lawan bicara. Entah kenapa, dia tidak pernah menyukai orang-orang yang menyebut arti dari namanya.Karena itu selalu membuatnya teringat akan hewan tak bertulang yang memiliki tekstur tubuh kenyal di lautan, yang menjadi hewan favorite sang mama meski belum pernah melihat bentuk aslinya.
Yang Aurel tahu, Dian mulai menyukai hewan itu ketika menonton kartun spongebob squarepants. Dan kecintaannya akan hal itu membuat Aurel menyandang nama itu.
Aurel melepas jabatan tangannya dan mempersilahkan Satria duduk. Satu hal yang Aurel dapat dari pertemuan perdana nya dengan sosok Satria, pria itu begitu tenang dan tidak kaku. Terlihat humble meski dia baru bersuara 3 kali. Dalam hal ini, ada poin plus untuk Satria.
"nggak pesan makanan berat?" Aurel melirik sisa cake nya diatas meja. Sedang Satria melihat-lihat buku menu sehabis melayangkan pertanyaan itu. Setelahnya ia menjentikkan jari ke udara, membacakan pesanan ketika sang waitress datang. "kesibukan saat ini, apa?"
Pertanyaan yang belum sempat dijawab Aurel justru ditumpuk pertanyaan baru. "maksudnya, pekerjaan?" mendapat anggukan dari Satria, Aurel justru bimbang menyaring kalimat yang tepat untuk membuat strata nya tidak terlihat buruk. "aku belum punya pekerjaan tetap. Tapi.."
"pengangguran?"
Double Kill!
Aurel yang tadi sedang memikirkan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan dirinya malah dirusak oleh satu pertanyaan yang lebih terdengar seperti pernyataan oleh Satria. Entah kenapa Aurel merasa kehadiran Satria tidak diiringi niat memulai perkenalan yang baik.
"penulis.. mas Satria." Aurel mempertegas nama itu diakhir jawaban. Suasana hati Aurel benar-benar memburuk saat ini, jika bukan karena Satria merupakan salah satu rencana sang mama mungkin dia akan meninggalkan orang itu sendirian disana. Terserah siapa saja yang mau dia nyinyiri seisi cafe, asal jangan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Jodoh
ChickLitDijodohkan merupakan mimpi buruk setiap orang. Tetapi untuk Aurel, mimpi buruk itu justru menjadi nyata. Menghantuinya tanpa belas kasih. Tadinya dia ingin memulai kerja sama dengan Satria Wijaya agar perjodohan mereka dibatalkan. Tetapi siapa yang...