Bagian 23

40 3 1
                                    

Di sore berawan kali ini aku memutuskan untuk ke In**mart di simpang jalan rumahku. Tak terlalu jauh jaraknya paling cuman sekitar 15 menit dengan jalan kaki, biasanya sih aku menggunakan sepeda tapi ternyata setelah kutengok kondisi sepedaku cukup tidak baik.

Tidak apa-apa jalan kaki juga bisa sampai.

Seperti saat ini papan dengan garis merah, biru, kuning dengan tulisan In**maret sudah terlihat. Aku bahagia karena sebentar lagi akan bisa memenuhi stock cemilan di kamar.

"Selamat datang di In**mart, selamat berbelanja" sapaan ramah dari Mas-mas penjaga kasir menyapaku, beriringan dengan pintu kaca yang tertutup. Aku mengangguk kecil sambil tersenyum.

Dulu waktu SMP aku pernah masuk ke In**mart hanya untuk mendengar ucapan selamat datang itu. Ngak kok aku gak sendiri, aku bersama Aji, Haris dan Anara. Tentu saja idenya dari Aji yang disetujui oleh Haris dan aku, Anara hanya menunggu di luar duduk di kursi.

Jadi aku, Aji dan Haris masuk ke In**mart, disapalah sama Mbak kasir yang ketepatan berjaga itu. Setelah mendapat sapaan kita bertiga keluar sambil tertawa. Haris yang kelewat receh tertawa sampai perutnya sakit, si mbak kasir nampaknya keheranan. Kalau ingat kejadian itu, aku malu sekali. Kok bisa saat itu aku terbujuk rayuan setan.

drrt...drrt..

Ponsel disaku cardigan rajutku berbunyi. Setelah kulihat si penelpon adalah Kak Calvin.

"Assalamualaikum, halo?"

"Wa'alaikumussalam,
rumah kosong ya?" jawabnya diseberang sana.

Aku masih memproses dengan kata rumah kosong. "Rumah gue? Kosong kok" jawabku masih tidak mengerti.

Beberapa detik hening lantas aku sadar sesuatu darimana dia tau bahwa rumahku sedang tidak ada orang?.

"Lo di rumah gue?" dengan nada terkejut. Yang dijawab pula dengan dehaman olehnya.

"Lo di mana? Gue diliatin orang njir"

"Ya biarin sih orang mereka punya mata juga. Gue lagi di In**mart yang di simpang jalan, tunggu aja kalo mau bentar lagi juga pulang gue. Emang mau ngapain sih?" ucapku sambil memasukkan jajan stick coklat kedalam keranjang setelah tadi dari rak jajanan micin.

"Gue jemput" lantas telfon langsung di matikan olehnya.

Aku kembali memerhatikan pada deretan jajanan yang sekiranya aku inginkan, namun urung karena jika dipikir sekarang ini mungkin aku sudah menghabiskan lebih dari 50ribu.

Aku membawa belanjaanku ke kasir.

"Ini saja mbak ?" Tanya si mas kasir dengan ramah. Aku mengangguk sambil tersenyum kecil -salfok sama senyum Masnya yang manis.

"Jadi 62.500" aku memberikan uang 50ribuan, pecahan 10rb dan 5rb.

"Kembaliannya 2.500..." diakhir kalimat tanpa sengaja aku dan si Mas kasir melontarkan kata terima kasih bersamaan yang membuat tawaku dan Mas kasir pecah saat itu juga, padahal aku tau hal tadi tak selucu itu tapi ya ga tau juga kenapa tertawa.

Di luar aku mengedarkan pandangan. Mencoba mencari Kak Calvin yang katanya tadi mau menjemput. Namun aku tak kunjung menemukan padahal parkiran lenggang.

"Di sini" seseorang yang kucari menyembulkan kepalanya dari kaca mobil yang terbuka lalu melambai padaku.

Yaah.....Pantes lo Kak diliatin tetangga rumah, lo aja pake BMW hitam. Mungkin biasanya yang mereka lihat teman-temanku memakai motor dan baru kali ini ada yang menggunakan mobil.

"Tumben bawa mobil, pantes  diliatin" kataku setelah sampai di depan Kak Calvin.

Kak Calvin membukakan pintu depan sebelah kiri mobilnya lalu memberi gestur seolah menyuruhku untuk masuk. Tentu saja kuturuti.

Hei, Calvin AntaresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang