Bagian 29

63 4 5
                                    

Apa yang lebih menyebalkan dari digangguin sama Aji?. Ya tentu saja saat pulang sekolah harus rapat OSIS padahal sudah bukan anggota OSIS dan pulangnya harus tertunda karena kejebak hujan.

Aku suka hujan kok, suka banget malah. Terlebih sama bau tanah setelah hujan.

Tapi kali ini aku capek ingin langsung rebahan di kasur. Jadi hujan yang datang kali ini cukup menyebalkan buatku. Namun walau begitu aku tetap bersyukur hujan turun kali ini, setidaknya ia menjadi penyejuk hatiku.

"Iya Yis, tenang aja gue lagi neduh kok ini"

"Jangan deh, nunggu reda aja kalo mau jemput. Gue sharelock entar"

"Okay makasih yaa, assalamualaikum"

Telfon dari Haris berakhir. Aku menyimpan handphoneku lagi ke dalam kantong rok ku, lalu mendorong pintu cafe yang sempat kutunda untuk dilakukan karena menjawab telfon Haris.

Tadi aku menumpang pada salah satu temanku untuk diantar menuju cafe ini karena tidak mau merepotkan dia yang rumahnya tak searah denganku.

Lama aku tak mengunjungi cafe ini, sudah lumayan banyak perubahan yang dilakukan si pemilik cafe terutama pada ornamen-ornamennya dan warna dindingnya. Namun suasana cafenya kurasa masih tetap sama, penuh kenangan dan nyaman.

Setelah memesan dan menunggu pesananku dibuat aku kembali lagi duduk di luar sambil menikmati hujan yang mulai tidak sederas tadi.

Kuteguk sedikit es moccachino buatan si mbak barista. Rasanya pun masih tetap sama seperti biasanya. Bahkan aku juga memesan kopi hitam sebagaiman dulu tapi tentunya bukan untuk dia ini untuk Haris, lelaki yang sudah mengisi hatiku.

"Hai"

Bias suara sedalam samudra ini milik Kak Calvin. Lama diri ini tak bersua dengannya. Penyebabnya karena dia yang sudah menamatkan masa SMA nya.

Selepas itu aku dan dirinya sama-sama hilang kabar.

"Oh Kak Ic-

Kak Calvin, haii" sapaku dengan riang.

Kak Calvin tersenyum. Senyum yang sama seperti dulu masih manis walau sekarang nampak kaku.

Ia menarik kursi di depanku "Apa kabar lo?" tanyanya.

"Baik alhamdulillah... Lo Kak? Gimana nih selepas SMA, sudah jadi mahasiswa yak"

"Baik sepertinya. Gue masih menikmati jadi pengangguran" ucapnya sambil meringis kecil.

Dapat disimpulkan berarti Kak Calvin tidak kuliah di tahun ini. Aku tidak menyayangkan atau apapapun semacamnya karena aku cukup tau seorang Calvin Antares itu bagaimana.

Selama ini setiap pilihan dia pasti udah dipikirkan baik-baik dan tentunya dia siap menerima apapun konsekuensinya.

"Itu pilihan lo, gue tetep dukung sama doain yang terbaik hehehe"

"Makasih. Lo sendirian?"

Aku mengangguk "Iya, nunggu hujan reda jadi mampir dulu ke sini"

"Ayo gue anter, lo capek banget kayaknya"

"Oh ga usah Kak Calvin gapapa. Lagian Haris mau jemput katanya hehe"

"Haris ya" ucapnya lirih.

Suasana canggung yang menyelimuti bertambah pekat dengan tidak adanya yang membuka suara. Rintik hujan yang tadi menemanipun juga seolah membisu berubah menjadi genangan air di atas aspal.

Haris aku mohon cepatlah datang....

Demi apapun aku sudah melupakan perasaan tak berbalasku pada Kak Calvin. Kalau sekarang bertemu dan menjadi canggung seperti saat ini, menurutku ini efek dari tidak pernah bertemu setelah ia tamat SMA.

Hei, Calvin AntaresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang