Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
'Lihat saja kau Patricia, akan ku basmi kau beserta keluargamu sebelum kalian melakukan kudeta dan hampir membinasakan adikku!!' Lanjut Alvana dalam hati
~~~~~♕︎~~~~~
"Eughh..." Suara erangan sang tokoh utama kita, Alvana terdengar. Dia bangkit dari tidurnya lalu duduk dan melihat ke sekitar kamarnya yang gelap.
Karna dia merasa nyawanya sudah mulai terkumpul, Alvana beranjak dari tempat tidur dan membuka tirainya untuk memastikan apakah sudah pagi atau belum, karna di sana tidak ada jam dinding.
Ternyata matahari belum muncul, kalau diperkirakan sekarang masih sekitar jam empat atau setengah lima. Alvana merasa ini waktu yang pas untuk latihan.
Karna hari sudah memasuki hari Senin, itu artinya di saat pagi guru ilmu pengetahuan Alvana akan datang kekediaman dan sorenya guru pelatih kekuatan elemen Alvana yang akan datang. Karna umur Alvana belum 17 tahun, dia belum bisa memasuki akademi. Karna aturan akademi jika laki-laki masuk saat umur 15 tahun sedangkan perempuan 17 tahun.
Ngomong-ngomong soal elemen, di novel 'LILAC' dijelaskan bahwa Alvana memiliki tiga elemen yaitu api, tanah dan angin. Tapi entah kenapa Alvana merasa jika masih ada yang mengganjal dalam dirinya.
Back to story...
Alvana bergegas mengganti pakaian tidurnya menggunakan celana panjang dan baju seperti model kemeja yang juga lengan panjang. Lalu dia mengikat kuda rambutnya.
Setelah merasa siap, Alvana segera menuju halaman yang ada di dekat danau kedianmannya. Di sana tempatnya sangat sepi entah apa alasannya tapi Alvana menyukai tempat itu karna dia merasa tenang.
Sesampainya di sana, Alvana mulai melatih fisiknya. Mulai dari berlari, mengasah teknik bela diri di dunia nya dulu (Di dunia 'novel' ini tidak ada bela diri seperti pada dunia Alvana yang sebelumnya), dan sedikit berlatih pedangnya.
Dia melakukan semua itu sampai matahari memunculkan sinarnya.
Di sisi lain sisi...
"Hiiatt... Ahh ternyata seperti ini perjuangan menjadi kuat. Bagaimana dengan kakak yang sudah latihan sejak lima tahun? Kakak Alvana, tunggu aku, aku janji tidak akan mengecewakan kakak yang sudah menyayangi ku dan melatihku!!"
Dia Xoraya. Merasakan lelah dan kadang merasa ingin menyerah saat latihan, membuat dia mengerti akan perjuangan sang kakak yang sedari kecil sudah dilatih dengan keras. Dia berjanji akan terus latihan sampai kuat dan tidak akan membuat kakak nya menyesal telah menyayangi dan melatihnya walau itu tidak akan terjadi.
Xoraya juga berlatih sedari subuh hingga pagi. Berhubung dia tidak ada guru yang datang di pagi hari seperti Alvana, dia jadi bisa sepuasnya berlatih lalu belajar ilmu-ilmu pengetahuan sendiri melalui buku di perpustakaan.