3

25 3 0
                                    

Matahari menyingsing.....

Pasangan yang harmonis di pagi hari di sela oleh kedatangan sang pendiam di rumah.

"Gareth, mom dan dad akan lembur hari ini"  perempuan yang sangat mirip dengan fisik Gareth membuka pembicaraan pagi ini

"Jangan lupa mengunci pintu di malam hari sweatheart" laki-laki dewasa yang melihat anaknya itu berkata ringan

"I know"  sahut Margareth melihat keduanya sekilas lalu mengambil roti yang sudah di siapkan oleh ibunya sebelum pergi

Keduanya melihat kepergian dan tingkah acuh anak satu-satu mereka malah tertawa lalu saling berpandangan.

Gadis mereka yang memiliki kepribadian yang tak ada sama sekali dari gen mereka berdua sangat di khawatirkan dalam masa kanak-kanaknya.Hingga remaja tak diragukan kekhawatiran mereka malah menjadi kelucuan hidup mereka.

Di lain sisi, gadis yang di bicarakan tersebut sudah memasuki kelas dengan skateboard.

Kelas berisik, gadis itu menaruh skateboard-nya di samping dinding di dekat tempat duduknya.
Menyalakan ponselnya tak memedulikan kesibukan para gadis yang sibuk bergaul.

Hingga punggungnya di tepuk membuat Margareth menoleh ke atas.Di lihatnya laki-laki berwajah tak terlalu buruk dengan senyum di sudut mulutnya.

Tak mengeluarkan kata-kata, Margareth mengangkat alisnya seakan bertanya ' WHAT? '

"Pagi, aku sudah selesai melakukan perkataanmu beberapa hari yang lalu, jadi..." Ucapanya di potong oleh tawa yang mengudara membuat semua pasang mata yang sibuk pada mereka berdua tertuju pada wanita urak-urakan yang masih tertawa konyol

"Bisakah kau memeriksa kata-katamu? Bocah laki-laki mana yang sebodoh dirimu" ujar gadis yang masih tertawa puas

"Why? Apa maksudmu?!" Sahut tak senang laki-laki yang menyapa Margareth barusan

"Maksud dari temanku beberapa hari yang lalu untuk menjauh darinya, apa kau masih bodoh atau tak memiliki IQ?" Remeh gadis tersebut lalu melangkah duduk di belakang Margareth

"do you hear?!" Tak sopan Margareth melihat laki-laki yang menyebalkan di pagi hari

Dengan kesal, laki-laki tersebut keluar dari kelas Margareth menyisakan semua mata tertuju pada Margareth, sedangkan Margareth mengangkat alisnya seakan menantang 'apa?!' hingga semuanya di kelas sibuk dengan aktivitas masing-masing.

"Gareth, mengapa kau menelfonku sore kemarin?" Tanya santai gadis urak-urakan tersebut yang sudah duduk di belakang bangku Margareth

Dia Ruby Amora, gadis dengan penampilan urak-urakan yang sering menggunakan topi kemanapun.
Apapun jenis topinya, tak di ragukan lagi sudah di cap bagai identitasnya.

Jika Margareth acuh tak acuh, kasar lisan dan lebih pendiam.Maka Ruby lebih banyak berbicara, kasar berprilaku dan terkadang lebih konyol.

Kepribadian yang bertolak belakang tapi masih bisa menjadi sebuah persahabatan, tak di ragukan lagi inilah mereka berdua.

Mereka tak terlalu terkenal, namun bukan berarti mereka tak di kenal.Terkadang, nama mereka berdua sempat menjadi perbincangan di kalangan sekolah karena ke-konyolan Ruby yang menyeret nama Margareth.

Jika Margareth lebih suka menjadi bayang-bayang maka Ruby lebih suka menjadi karakter terang-terangan.

Salah satunya karena bertengkar dengan kalangan kelas 3 karena sebuah permasalahan sepele di tahun ini.Bukan masalah yang membuat mereka pernah di perbincangkan melainkan kelas yang mereka singgung.

Yaitu kelas unggul sekolah di tahun ini.Karena senioritas membuat kelas 3 semakin terkenal belum lagi nilai yang menjadi kebanggaan mereka sendiri membuat mereka semakin menjadi-jadi bertingkah laku.

Saat itu, Ruby menendang punggung salah satu seniornya karena menyenggol lengannya.

Sampai saat ini masih berlanjut, namun... keberadaan Ruby di tarik oleh Margareth dengan paksa seperti bayang-bayang di sekolah beberapa waktu terakhir.

"Bukankah kau sibuk" sakartik Margareth tak menoleh ke belakang melainkan masih memainkan ponselnya

Gadis yang mendapatkan jawaban dari sahabatnya itu malah terkekeh kecil hingga menjawab.

"Yahh aku sibuk pada saat itu untuk merebut lapangan, bagaimana denganmu?" Sahutnya santai

"Fikirkan" sahut asal-asalan Margareth menanggapi membuat Ruby menendang kursi Margareth dari belakang

Bukannya meladeni tingkah sahabatnya, Margareth mendiaminya membuat Ruby bosan karena tak mendapat tanggapan, akhirnya menyerah dan berhenti mengganggunya.

Tak seperkian detik guru pelajaran memasuki kelas mereka.Tak sopan waktu, Ruby keluar kelas dengan alasan clasik yaitu pergi ke WC, guru yang mana yang akan percaya pergi ke WC di pagi hari? Tak ingin berdebat dengan murid urakan seperti Ruby, guru mengiyakan dengan pasrah.

Kali ini Ruby keluar kelas tanpa Margareth.


















































Sini author kembaran tebu bisikin, 'ini cerpen'
 

LENTERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang