Di kamar yang dominan akan kelabu dengan isi yang sederhana tak terlalu excessive seperti kamar Ruby. Jelas, ini kamar Margareth.
Kedua remaja itu memiliki hal yang di sibukkan berbeda.Ruby bermain game football soccer dengan lebih berisik dengan kata-kata kasarnya, sedangkan Margareth lebih sepi dengan laptop di depannya.
"Kau menunggu Greno menghubungi?" Tanya santai Ruby hanya di lihat sekilas oleh Margareth
Margareth berdiri lalu keluar kamar, Ruby hanya mengangkat bahunya acuh.Ruby memang tak bisa menebak isi otak sahabatnya itu.
Terkadang, Ruby-pun terheran-heran.Mengapa ia bisa lengket dengan teman yang membosankan ini? Kecuali karena takdir waktu itu, mungkin ia tak akan berteman dengan Margareth tanpa sekarang.
Tak berapa lama, Margareth kembali dengan box di salah satu tangannya.
Membukanya di karpet dengan tak ada kata, setelahnya ia membawa kembali ke atas meja di dekat laptopnya.
"Kau tau, dia dan aku berhubungan, aku membutuhkan dirinya untuk informasi Q"
"Karena aku membutuhkannya" lanjut Margareth membuat Ruby akhirnya paham permasalahan kali ini penting bagi sahabatnya.
Ruby tak bisa memperhatikan jelas, namun pasti yang di lakukannya tak terlalu di mengerti olehnya.
Kemungkinan terbesarnya adalah dia masih mencari solusi dari masalah yang beberapa hari lalu menghantuinya.
Apalagi kalau bukan itu, karena sikap keresahannya dan ketidaksabarannya tertera di hari-hari terakhir ini.Ruby tak bisa merasakan ambisi sahabatnya ini karena dirinya tak pernah mengalami, tapi... setidaknya dia tahu rasanya di libatkan yeahh.
"Ruby, bisakah dirimu pergi ke rumah Zach"
Tak seperti pertanyaan melainkan perintah, sudah di sebutkan bahwa dirinya tak bisa merasakan bagaimana menjadi ambisius seperti Margareth, tapi dia tahu rasanya di libatkan atau di repotkan seperti sekarang contohnya.
"Bisakah kau lihat aku sedang bermain?" Ujar kesal Ruby masih menekan cemas layar handphonenya
"Tolong" ujar Margareth membuat Ruby langsung berdiri melemparkan Handphonenya malas lalu pergi ke rumah orang yang di sebutkan oleh Margareth
Jangan tanyakan kenapa Ruby langsung berangkat, jelas...kata tolong Margareth hal yang di inginkan dari seorang Ruby.
Bukannya aneh, hanya saja... Margareth hampir tak pernah mengatakan kata-kata permintaan, kebiasannya dan sifatnya seakan tak pernah menganggap kata 'tolong' itu ada di hidupnya, sebelum ia bertemu dengan Ruby jelasnya.
Hingga Ruby mengajarinya bagaimana menggunakan kalimat yang patut manusia gunakan.Ketika si konyol dan si pendiam berinteraksi, akan ada banyak perbedaan tapi itu bukan masalahnya.
Hanya saja, setidaknya sesekali si pendiam di ajarkan oleh si konyol, bukan hanya hidup si konyol yang di jinakkan oleh si pendiam.Jika si konyol punya kelemahan, kekuatan ada pada si pendiam.Jika si pendiam punya kekurangan, maka kelebihan ada pada si konyol.
Itulah persahabatan aneh mereka mungkin?
Di lain sisi, Ruby yang sudah di ambang teras rumah Zach yang sepi.
Mengendor pintu beberapa kali dengan sabar tapi tidak memiliki jawaban, membuat seorang Ruby tak lagi bertahan, akhirnya berteriak keras.
"Permisi!! Zach!!! Barang untuk Margareth!!!"
"Permisi!! Zach!! Bisakah kau bersuara jika ada di rumah?!!"
Ceklek
Laki-laki kurus terpampang di depan Ruby, dengan tangan yang menggaruk rambutnya seakan kesal.

KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA
Mystery / Thriller[bukan cerita horor] Kota hanya bagian dari sebuah nama yaitu "NEGARA". Negara itu sendiri memiliki aspek kehidupan bagian yang terkadang stabil atau terombang-ambing. Pemimpin dan rekannya sebagai tumpuan, tak semua masyarakat menyuarakan keing...