Lembar Ketiga

723 152 13
                                    

Manik lavender itu tertuju ke arah langit berwarna jingga. Sang mentari sebentar lagi akan kembali ke peristirahatannya. Yang kemudian akan digantikan oleh sang bulan. Melanjutkan tugasnya dengan memantulkan cahaya sang mentari kala malam tiba.

Detik demi detik terlewati. Menit demi menit pun berganti. Hingga tak terasa malam benar-benar telah tiba. Matahari telah sepenuhnya kembali ke peristirahatannya, menunggu fajar tiba.

Namun, (Y/n) masih diam di sana. Tatapannya telah beralih ke arah sebuah diary bersampul tanpa motif di pangkuannya. Ia mengambil penanya yang tergeletak di atas sana. Tangannya kemudian mulai bergerak menulis. Menulis beberapa kata singkat yang ada di benaknya dan kemudian ia tuangkan ke dalam diary-nya.

 Menulis beberapa kata singkat yang ada di benaknya dan kemudian ia tuangkan ke dalam diary-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Translate: "Aku tidak tahu bagaimana dengan perasaanku hari ini. Tiba-tiba berubah, seperti matahari yang tiba-tiba terbenam dan digantikan oleh bulan. Semoga kakak laki-lakiku bahagia hari ini."

(Y/n) menutup buku diary-nya setelah selesai menulis tiga kalimat itu. Ia memang tidak pandai dalam hal menulis kata-kata puitis dan penuh makna kiasan. Menurutnya, kata-kata memang indah jika seseorang pandai merangkainya. Namun terkadang, orang-orang lebih memilih bertindak langsung daripada mengungkapkannya dengan kata-kata yang justru terkadang, entah mengapa, terasa lebih sulit untuk dilakukan.

***

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Takashi lekas beranjak dari kelasnya dan menuju loker miliknya yang berada di pintu utama sekolahnya.

Selesai mengganti sepatunya, lelaki itu pun pergi meninggalkan sekolah. Tidak, ia tidak langsung pulang dan bertemu dengan adiknya. Melainkan masih ada pekerjaan paruh waktu yang harus ia lakukan sore ini hingga malam nanti.

Sebuah minimarket yang tidak berada terlalu jauh dari sekolahnya menjadi tujuan Takashi. Lelaki itu berjalan kaki hingga tiba di sana. Tidak sempat ia memperhatikan sekelilingnya yang tampak begitu ramai. Dipenuhi canda tawa dan suara orang-orang yang bercengkerama.

Tujuannya hanya satu; menyelesaikan pekerjaan paruh waktunya dengan cepat dan lekas pulang agar ia bisa menemui (Y/n). Ia yakin gadis itu pasti akan melakukan hal yang cukup merepotkan bagi dirinya sendiri.

Setibanya di sana, Takashi segera mengganti seragamnya dengan seragam ketika ia bekerja paruh waktu. Ketika ia keluar dari ruang ganti, salah satu temannya memanggil.

"Mitsuya-kun! Akhirnya kau tiba!"

Seruan itu membuat Takashi mengalihkan pandangannya sejenak. Ia melirik ke arah Takemichi yang merupakan rekan kerjanya. Takemichi lebih tua tiga tahun dari Takashi.

"Maaf, aku sedikit terlambat, Takemichi-san," ujar Takashi disertai senyuman yang menyiratkan penyesalan.

"Tidak apa-apa. Shift-ku juga baru saja selesai," sahut Takemichi. Ia membalas senyumannya.

Takemichi melanjutkan kegiatannya yang tertunda. Ia kemudian mengambil tas miliknya yang sebelumnya tergeletak di atas lantai.

"Baiklah, aku pulang dulu. Selamat bekerja." Takemichi pamit yang kemudian dibalas dengan anggukan singkat dari Takashi.

Selama beberapa saat Takashi hanya berdiri di balik meja kasir. Menunggu pembeli datang ke minimarket sore ini. Sambil menunggu, sesekali Takashi mengecek stok barang-barang yang tersisa sekaligus untuk membunuh waktu.

Tak terasa, jam sudah menunjukan pukul delapan malam. Tersisa satu jam lagi hingga shift-nya berakhir hari ini.

Seorang pembeli yang baru saja datang langsung disambut oleh keramahan Takashi. Lelaki itu tersenyum dan kemudian senyumannya dibalas oleh wanita yang baru saja masuk ke dalam minimarket untuk membeli sesuatu.

Takashi kembali tersenyum ramah ketika wanita itu menghampirinya lagi dengan keranjang belanja di tangannya. Ia meletakkannya di depan Takashi dan menunggu lelaki itu untuk segera meng-scan barang-barangnya satu per satu.

Seusai itu, wanita itu pun berbalik setelah mengucapkan terima kasih. Takashi pun mengikuti gerak-geriknya hingga keluar dari minimarket. Setelahnya, ia kembali fokus dengan pekerjaannya.

Jeritan seorang wanita mengejutkan Takashi kala ia tengah melihat-lihat stok barang yang tersisa. Ia segera berlari keluar dan menemukan wanita tadi tengah duduk bersimpuh di atas aspal dengan darah yang perlahan membasahi pakaiannya.

Matanya membelalak kaget. Ketika ia melihat si pelaku masih berada di sana dan berniat untuk menyerang wanita itu lagi, Takashi segera menghajarnya. Pisau si pelaku ia buang jauh-jauh. Menghindari dirinya yang akan tertusuk benda tajam itu.

Ia berkali-kali menghindari serangan si pelaku dan juga memberikan beberapa gerakan melawan. Namun, masih ada beberapa serangan dari si pelaku yang melukai dirinya.

Si pelaku pergi lebih dulu dan meninggalkan Takashi beserta wanita tadi di sana. Di bawah cahaya sang rembulan yang tampak redup.

***

"Tadaima, (Y/n)."

Suara itu membuat (Y/n) menoleh. Ketika ia menoleh dan menatap ke belakangnya, sang kakak tengah berdiri di sana. Alangkah terkejutnya (Y/n) ketika ia melihat wajah Takashi yang dipenuhi oleh luka. Bahkan seragam kerjanya pun bernasib sama.

"Nii-chan! Apa yang terjadi padamu?" (Y/n) pun mendekat ke arah sang kakak. Raut wajah khawatir tersirat dengan jelas.

"Ah, bukan apa-apa, (Y/n)." Ia tersenyum. Namun, senyumannya itu segera lenyap ketika rasa nyeri menyengat kulitnya. Ia pun meringis perlahan.

"Kuobati dulu luka-lukamu."

Tanpa mengatakan apa-apa lagi, (Y/n) segera berlalu ke arah ruang tengah. Ia mengambil kotak P3K dan membawanya kembali ke hadapan Takashi.

Secara hati-hati dan takut memberikan rasa sakit yang lebih parah, (Y/n) pun mulai mengobati sang kakak. Ia menutup luka-luka itu dengan plester setelah diberikan alkohol dan betadine.

"Jadi, apakah wanita itu baik-baik saja?" tanya (Y/n) setelah ia tahu jika kakaknya berkelahi untuk menolong seseorang.

"Kuharap demikian. Mobil ambulance memang telah tiba dan segera melakukan tindakan pertama. Ya, aku yakin ia akan baik-baik saja." Takashi berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

(Y/n) hanya tersenyum simpul. Ia tahu, kakaknya pasti akan melakukan hal seperti itu kala ia melihat seseorang berada dalam bahaya. Takashi tidak akan segan menolong mereka yang nyawanya terancam sekalipun.

Karena, hal itu jugalah yang dilakukan oleh Takashi terhadap (Y/n).

***

END ━━ # . 'Hi, Brother! ✧ Mitsuya TakashiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang