Bagian 05

668 66 4
                                    

FOLLOW DULU YUK! JANGAN LUPA VOMENT. TOLONG TANDAI YANG TYPO YA, TERIMAKASIH

.
.
.
.

HAPPY READING!

"Jaehyun-ssi.." ucap Taeyong, membuka percakapan di antara keduanya.

Jaehyun dan Taeyong kini tengah berjalan di koridor klinik kesehatan. Jaehyun menoleh ke arah Taeyong. Tidak ada jawaban dari Jaehyun, ia hanya menatap ke arah Taeyong.

Taeyong gelagapan saat Jaehyun menatapnya dengan tatapan dingin. "A-aku hanya ingin berterimakasih kepadamu."

"Untuk?" Tanya Jaehyun seraya kembali mengalihkan pandangannya ke depan.

"K-karena kamu mau mengantarku pulang." Jawab Taeyong terbata. "Sial, kenapa aku jadi gugup seperti ini." Batinnya.

"Rumahmu dan apartemenku se arah. Tak ada salahnya aku mengantarmu." Ucap Jaehyun. Taeyong hanya mengangguk pasrah, tak ada gunanya ia menolak niat baik Jaehyun.

...

"T-terimakasih Jaehyun-ssi." Ucap Taeyong saat hendak keluar dari mobil milik Jaehyun. Mobil milik Taeyong sengaja dibawa oleh Jungwoo karena seperti yang kalian tahu, Mingyu lah yang membawa Taeyong ke klinik.

Jaehyun hanya berdehem. Taeyong tersenyum mendengarnya. "Dan jangan lupa kau obati luka yang ada di pelipismu. Aku permisi." Ucapnya sebelum benar-benar keluar dari mobil Jaehyun.

Jaehyun menoleh ke arah kanan, ia menatap punggung Taeyong yang mulai menjauh dari pandangannya. Jaehyun tersenyum tipis kemudian kembali melajukan mobilnya.

Tak lama kemudian pria Jung itu telah sampai di apartemen pribadinya. Sangat luas dan mewah. Hampir setiap hari Jaehyun tinggal di apartemennya, kecuali jika Jaejoong memintanya untuk pulang.

"Huft." Pria itu mendengus, kemudian melepas hoodie dan kaos yang ia pakai. Setelahnya ia berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuh dan membersihkan luka yang ada di pelipisnya.

"Mingyu sialan. Untung saja ini tidak mengurangi ketampananku." Gumamnya seraya menatap lukanya di pantulan cermin.

Dengan berhati-hati ia mengambil serpihan kaca yang menancap di lukanya. "Menyusahkan sekali. Akan ku balas b*jingan itu." Jaehyun menggeram kesal.

Setelah membersihkan lukanya, Jaehyun berdiri di bawah shower untuk membersihkan seluruh tubuhnya.

Pria Jung itu kini telah berbaring di atas ranjangnya setelah menyelesaikan 35 menit untuk membersihkan luka, mandi dan berganti pakaian.

Ia terdiam seraya menatap langit-langit kamarnya. Jaehyun memejamkan matanya saat tiba-tiba bayangan pria mungil yang bernama Lee Taeyong mengganggu pikirannya.

"Apa ini. Aku masih pria normal." Gumamnya pada diri sendiri.

Tak lama ponselnya yang berada di balas berbunyi nyaring. Jaehyun berdecak tatkala melihat nama dari si penelepon. "Ini sudah malam Eomma. Aku mau beristirahat." Ucap Jaehyun dengan malas.

"Tunggu Jaehyunie." Ucap Jaejoong di seberang sana membuat jari Jaehyun terhenti sebelum mengenai icon telepon berwarna merah.

"Ada apa? Eomma mau menyalahkanku karena bertengkar dengan Mingyu kan?" Jawabnya ketus, ia menahan emosinya.

"Kau seharusnya tidak seperti itu Jaehyun. Dia Hyungmu, kau harus bisa menghormatinya. Kau tahu? sekarang wajahnya penuh lebam..."

"..kau dan teman-temanmu benar-benar keterlaluan kali ini" ucap Jaejoong sedikit emosi.

Jaehyun terkekeh pelan. "Apa Eomma tahu jika aku juga terluka?" Ucap Jaehyun. Jaejoong terdiam di seberang sana, menunggu kelanjutan ucapan Jaehyun.

"...Aku berbicara seperti ini tidak bermaksud untuk meminta perhatianmu. Hanya saja aku sangat membenci ketidakadilan. Kau dan Yunho selalu saja menyimpulkan sesuatu hanya dari satu sisi. Itu tidak adil untukku." Ucap Jaehyun, kemudian ia mematikan sambungan telepon itu dan melempar ponselnya ke lantai.

Sedangkan Jaejoong kini terdiam. Perkataan Jaehyun adalah fakta, tapi jika kita liat sikap Jaehyun yang tidak memiliki sopan kepada orang tuanya terkadang membuat Jaejoong semakin percaya dengan Mingyu.

...

"Morning eomma, hari ini Taeyongie akan pergi bersama Ten. Boleh kan?" Taeyong memasang wajah riangnya saat menuju ke meja makan.

Terlihat seorang wanita cantik sedang menyiapkan sarapan untuk putra semata wayangnya. Ia adalah Boa, istri dari Lee Donghae dan sekaligus ibu dari Lee Taeyong.

Boa tersenyum mendengar ucapan anaknya. "Tentu boleh, tapi kau harus sarapan dan jangan pulang larut malam. Okey?" Ucap Boa seraya meletakkan makanan di piring Taeyong.

Taeyong mengangguk senang. "Baik Eomma! Umm dimana Appa?" Tanyanya seraya melihat sekeliling, mencari keberadaan Donghae.

"Appa masih bersiap-siap di atas. Eomma akan memanggilnya dulu." Ucap Boa sebelum beranjak dari meja makan.

Taeyong hanya mengangguk dan mulai menyantap sarapannya.

Tak lama Lee Donghae dan istrinya kembali ke meja makan. "Selamat pagi anak Appa yang menggemaskan." Ucap Donghae seraya mengusap lembut rambut Taeyong.

Taeyong terkekeh geli. "Selamat pagi Appa!" Jawab Taeyong seraya tersenyum manis. Ketiganya terkekeh secara bersamaan dan mulai diam untuk memulai sarapan.

30 menit kemudian sesi sarapan telah berakhir. Donghae baru saja berangkat ke kantor dan kini tinggal Taeyong dan Boa. "Eomma.. aku mau bercerita. Apa boleh?" Tanya Taeyong seraya menatap wajah Boa.

"Tentu Taeyongie."

"Umm okey..."

"...jika ada 2 orang yang Eomma sukai, yang satunya ceo dan yang satunya pemilik 25 bar ternama, maka eomma akan memilih yang mana untuk Eomma kejar?" Tanya Taeyong.

Boa menatap lekat Taeyong kemudian tersenyum manis. "Apa anak eomma ini sedang jatuh cinta?" Tanya Boa, menggoda Taeyong.

Taeyong berdecak kemudian mengerucutkan bibirnya. "Tidak Eomma! Kan aku hanya tanya pendapat Eomma!" Ucapnya.

"Hahaha, baiklah. Eomma akan memilih pemilik bar saja." Jawab Boa

"Kenapa memilihnya?" Tanya Taeyong

"Tidak tahu. Eomma hanya ingin memilihnya saja." Jawab Boa, kemudian ia terkekeh saat melihat wajah Taeyong yang masam.

"Tapi, cinta tidak bisa dipandang hanya dari hartanya saja. Percuma saja dia kaya tapi brengsek. Yang terpenting carilah seseorang yang bisa membuatmu nyaman dan bisa mencintaimu dengan tulus, Taeyongie." Ucap Boa, Taeyong. mengangguk paham setelahnya.

"Tapi jika dua orang tadi sama-sama brengsek bagaimana Eomma?" Tanya Taeyong.

"Hanya ada dua pilihan. Kamu harus merubahnya namun jika tidak bisa lebih baik cari yang lain saja." Jawab Boa seraya tersenyum.

"Baiklah, ya sudah Taeyongie pergi dulu Eomma. Jika ada maling masuk ke rumah ini hubungi Appa saja ya, Taeyong tidak bisa menghajarnya." Ucap Taeyong kemudian ia mengecup pipi Eomma dan berlari keluar rumah.

Boa terkekeh dan dibuat gemas oleh anak semata wayangnya itu.

.
.
.
.

TO BE CONTINUED.

Kritik sarannya dong untuk fanfic ini. Yang jujur yaaa!

Seoul at Night : JAEYONGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang