"Aku pulang" ucap Ivy sambil melepas sepatu yang ia gunakan.
Rasa takut itu datang lagi dan membuatnya diam mematung. Dari kejauhan ia bisa melihat bayangan datang dari kegelapan. Keringat dingin mengucur deras membasahi tubuhnya. Jantungnya berdegup kencang seperti seekor kuda yang sedang mengikuti lomba lari. Bayangan itu semakin dekat lalu menghilang. Ivypun mengedipkan matanya dan berusaha menyakinkan diri bahwa itu hanyalah halusinasi. Saat ia membuka matanya. Bayangan itu berada tepat di depan wajahnya dan membuat dirinya terjatuh.
"Kakak? Kau baik-baik saja?" Ucap Salvia sambil menarik lengan Ivy dan Ivypun mulai tersadar kembali.
Kekhawatiran tergambar jelas di wajah Salvia melihat saudara kembarnya sampai bermandikan keringat seperti itu. Salvia membantu Ivy berjalan menuju ruang tamu dan mengambilkannya air hangat. Nafas Ivy masih tidak beraturan dan nyeri bekas infus di lengannya mulai terasa. Untuk mencairkan suasanya, Salvia menyalakan televisi dengan volume yang kecil. Ivy meminum air yang diberikan Salvia dan salviapun menunggu Ivy menceritakan apa yang terjadi. Setelah Ivy merasa lebih tenang, ia menceritakan apa yang ia alami hari ini kepada Salvia. Bukannya mendengarkannya dengan serius, Salvia malah tertawa dan menganggap apa yang terjadi hanyalah bagian dari halusinasi saja.
"Ya ampun, sepertinya kakak kebanyakan menonton film horor jadi berhalusinasi. Sudah lah kak, itu hanya halusinasi saja jangan terlalu dipikirkan. Oh iya, kakak baru keluar dari rumah sakit bukan? Ini aku buatkan bubur." Ucap Salvia sambil menyodorkan mangkuk berisi bubur.
Ivy merasa agak kesal dengan perkataan Salvia namun semakin ia pikirkan, perkataan Salvia itu benar. Bisa jadi itu hanyalah bagian dari halusinasinya saja. Ivy memakan bubur buatan Salvia dengan wajah yang masih terbayang-bayang dengan apa yang terjadi sebelumnya. Selesai makan Ivy langsung mencuci mangkok kotor yang ia gunakan tadi.
"Salvia, kau sudah makan?" Tanya Ivy.
Salvia hanya mengangguk saja dan langsung berlari menuju kamar Ivy. Ivy menganggam gelas dan mengisinya dengan air lalu meminumnya. Ia membawa botol air dan gelas kekamarnya. Air itu merupakan persiapan jika malam hari ia merasa haus jadi tidak perlu repot-repot lagi menuju dapur hanya untuk minum. Ivy membanting tubuhnya ke kasur dan tertidur.
"Ivy Ivy"
Suara itu membangunkan Ivy dari tidurnya. Saat Ivy membuka matanya ia melihat Salvia sedang tidur. Ivy menganggap suara tadi hanyalah halusinasinya dan memutuskan untuk kembali tidur. Namun baru mau ia menutup mata, ia melihat sesosok hitam duduk di tepi tempat tidurnya. Mata mereka bertemu dan sosok itupun tersenyum menyeringai. Ivy berusaha menutup matanya dan terus menganggap dirinya sedang berhalusinasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ivy
Short StoryMenceritakan tentang seorang anak laki-laki bernama Ivy paska kejadian yang merenggut nyawa orang yang ia sayangi dan dianogsa oleh dokter mengalami skizofrenia.