part 4

4 2 0
                                    

"Tante, bolehkah aku menelpon Hazel atau Daffodil? Aku takut mereka mengkhawatirkan ku." Tanya Ivy sambil menggaruk pipinya walau tidak terasa gatal.

Belum sempat Viscaria memberikan telepon genggam miliknya, ekspresi Ivy berubah menjadi ketakutan. Ivy melihat sosok ibunya yang dipenuhi dengan luka dan bekas jahitan. Ivy ketakutan hingga ingin berteriak namun suaranya tidak dapat dikeluarkan. Suasana ruangan itu jadi heboh. Ivy menutup telinganya sambil menunduk. Tubuhnya gemetar dan nafasnya mulai tidak beraturan. Viscaria menyiapkan obat penenang untuk Ivy lalu menyuntikkanya ke lengan Ivy. Hanya dalam hitungan detik, Ivy kembali tertidur.

Viscaria duduk di kursi yang menghadap ke jendela. Seorang pelayan menyajikan teh dan beberapa cemilan di atas mejanya. Viscaria mengambil sebuah foto yang ada di dekatnya. Foto itu merupakan foto keluarga Ivy beserta dirinya dengan tema kerajaan. Air mata mengalir dari matanya tanpa henti. Viscaria berusaha menahannya namun tidak bisa.

"Kak, aku harus bagaimana?" Ucap Viscaria sembari memeluk foto tersebut.

Seorang pelayan mengetuk pintu dan meminta izin untuk masuk ke dalam ruangan. Viscaria mengelap air matanya dan mempersilahkan mereka untuk masuk. Hazel memberikan salam kepada Viscaria dan memberikan bingkisan berupa buah-buahan. Viscaria tersenyum dan menerimanya. Ia menjelaskan bagaimana kondisi Ivy kepada Hazel dan Daffodil. Mereka berdua terkejut dan menahan air mata agar tidak jatuh.

"Jadi, Ivy tidak akan kembali ke sekolah? Apa kami tetap boleh datang untuk menjenguknya?" Ucap Daffodil.

Viscaria menjawab pertanyaannya sambil tersenyum. Seketika wajah mereka terlihat lega. Viscaria mengajak mereka untuk bertemu dengan Ivy. Kamar Ivy tidak jauh dari ruang kerja Viscaria, hal ini karena Viscaria takut jika Ivy membutuhkan bantuan ia tidak dapat mendengarnya.

Ivy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang