Dio02 || Pesan untuk ayah

2.7K 116 2
                                    

Sudah hampir seminggu Dio mengalami sakit kepala itu baik dirumah ataupun disekolah. Ketika semua bertanya ada apa dengan dirinya, Dio hanya menjawab hanya sakit kepala. Dio sering mengeluh kepada ibunya, tapi ibunya bilang tak apa – apa itu hanya sakit biasa. Mendengar hal itu, Dio diam saja karna tak tahu apa. Ayah Dio telah meninggal satu tahun yang lalu, hari ini pas satu tahun ayahnya meninggal. Dio mengetahui itu dari catatan kecilnya

‘tanggal 02 Maret 2014 ayah meninggal’ begitu tulisan yang dibuat Dio dalam catatan kecil miliknya. Hari ini, hari minggu berarti libur. Dio merapikan kamarnya takut ibu marah.

            “ibu” Dio mencari ibunya setelah selesai membereskan kamar

            “ada apa?” jawab ibu Dio ketus

            “hari ini satu tahun ayah meninggal bu. Ayo kita ziarah bu” ajak Dio yang sekarang telah duduk disamping ibunya

            “ziarah, ziarah! Ibu banyak urusan! Itu gak penting tau! Ziarah aja sendiri!” mendengar hal itu Dio menjadi sedih. Bukan jawaban itu yang ingin Dio dengar.

            “tapi bu…”

            “gak usah tapi – tapi! Mandi sana! Badan dekil!” kini ibunya masuk kedalam kamar. Dio yang sedari tadi duduk kini menangis, tak sanggup atas semua yang dilakukan dunia terhadap dia. Terlebih tingkah ibunya dan perkataannya sangat tidak bagus  untuk anak kecil sepertinya.

Kring… kring….

Bunyi telpon rumah, dengan cepat Dio menghapus air matanya dan mengangkat telpon itu.

            “Hallo, ini siapa?” tanya Dio dengan suara anak kecil miliknya

            “Dio ini kakak, kakak sudah diperjalanan pulang. Hari ini kita akan ziarah ke makam ayah. Bilang ke ibu kakak pulang ya”

            “asik, kakak pulang. Nanti Dio bilang deh sama ibu” seperti inilah Dio, masalah tadi seketika hilang ketika ada yang membuat dia bahagia.

            “bilangin ya. Kakak sayang Dio”

            “Dio juga sayang kakak” jawab Dio kepada kakak perempuannya “tapi…”

            “tapi apa Dio?” tanya kakak nya dari sebrang telpon

            “kakak gak sayang ibu?” tanya Dio dengan polosnya

            “ehm? Dio sayang sama ibu?”

            “iya dong! Dio sayang sama ibu! Ibu yang paaaaalling Dio sayang, habis itu baru kakak yang Dio sayang” Dio selalu bersemngat ketika membahas tentang ibu

            “kakak juga begitu. Yaudah kakak tutup telponnya ya” Dio menutup telpon rumahnya, dan dia berlari kedepan pintu kamar ibunya dengan semangat

            “ibu! Ibu!” panggil Dio semangat

            “ada apa” jawab ibunya dari dalam kamar

            “kakak hari ini pulang” mendengar hal itu ibu DIo segera membuka pintu kamarnya

            “apa?”

            “kakak hari ini pulang, dia dalam perjalanan pulang. Dan kita nanti akan ziarah” jawab Dio semangat seperti biasanya

            “Dio” ibunya jongkok dan memegang bahu Dio kuat, sehingga itu memberi kesan menekan dan sakit

            “sakit bu” ujar Dio lirih

            “dengerin ibu!” bentak ibunya

            “jangan pernah bilang ke kakak kalo Dio sering sakit kepala! Jangan pernah certain apa – apa sama kakak! Jangan pernah bilang kalo ibu galak sama Dio! Ngerti?!” Dio hanya menjawab dengan anggukan. Ibunya sekarang telah berdiri lagi, tidak berjongkok lagi.

            “ibu” panggil Dio perlahan

            “apa?” jawab ibu Dio ketus

            “Dio sayang ibu, walaupun ibu marah – marah. Dio tau, kalo ibu sayang sama Dio” mungkin untuk sebagian orang perkataan ini sangatlah menyentuh ketika anak kecil mengucapkannya.

            “sana mandi! Dari tadi disuruh mandi!” ibu Dio mauk kedalam kamarnya lagi dan meninggalkan Dio yang masih berdiri didepan kamarnya. Dio hanya terdiam, terpaku. Lalu berjalan mandi.

.

.

.

Kakak Dio telah sampai kerumah yang disambut dengan gembira oleh Dio. Ibunya juga terlihat bahagia, entah berpura – pura atau memang benar adanya.

            “kak, ayo kita ziarah” Dio sudah sangat tidak sabar untuk berziarah

            “ayo, tapi kakak mau taruh tas ini dulu”

            “taruh aja dikamar Dio” suruh ibunya

.

.

Mereka bertiga telah membersihkan kuburan ayah dan menyiram nya dengan air lalu menaburkan bunga. Mereka bertiga membaca doa untuk ayahnya, terlihat Dio yang sangat bersemangat melakukan kegiatan tersebut.

            “kak, apa ayah kesepian didalam sana?” tanya Dio polos

            “emang kamu mau nemenin ayah didalam sana?” jawab ibunya, kakaknya mendelik kearah ibunya. Tapi ibu pura – pura tidak tahu.

            “boleh ya bu? Kalau begitu, Dio mau nemeni ayah deh, biar ayah gak kesepian. Kan ibu sama kakak, ayah sama Dio” ucap Dio dengan tingkah polosnya

            “hush, gak boleh ngomong gitu” ujar kakak

            “ayo kita pulang” ibu Dio berjalan meninggalka kedua anaknya

            “selamat tinggal ayah, kita mau pulang. Jaga diri ya! Nanti Dio nemenin ayah!” kakak Dio hanya menganggap perkataan Dio sebagai salah satu tingkah lucu yang dimiliki Dio.

----------------------------

part cerita yang kedua*smile* dan cerita yang ketiga aku post :3 vote dan comment yawww~ jangan jadi pembaca gelap!

Aku Mencintai Ibu SelamanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang