4

3.7K 536 46
                                    

Hari ini Renjun kembali masuk kerja setelah satu minggu penuh mengambil cuti. Jisung yang sudah sembuh ia bawa untuk ikut ke tempat kerja. Berharap semoga anaknya tak mengganggu saat nanti ia bekerja. Tapi Renjun percaya, Jisung bukan tipe anak yang rewel.

"Jie ikut Ibu?" Tanya anak itu sesaat setelah keduanya turun tangga dari apartemen mereka.

"Iya, Jie ikut Ibu. Nanti disana Jie jangan nakal ya, Nak? Nurut sama Ibu, ya?"

"Iya, Jie tidak nakal."

Di usia empat tahun kurang, Jisung sudah bisa melafalkan kata dengan fasih. Tapi untuk pelafalan huruf R, anak itu masih dalam tahap belajar. Renjun pelan-pelan mengajarinya, tak pernah menekan anak itu untuk segera bisa. Karena semua butuh proses, termasuk cara bicara anaknya.

Ia menggandeng tangan kecil itu dengan lembut. Membawa anaknya menyusuri trotoar menuju ke tempat kerjanya. Renjun sempat menawarkan anaknya untuk digendong. Namun anak itu menolak, ingin berjalan sendiri dengan alasan kakinya masih sehat untuk berjalan sendiri.

"Ibu?" Panggil si kecil.

"Apa, sayang?"

"Bibi Lee tidak marah kalau Jie tidak main ke sana?" Tanyanya polos. Mengingat wajah Jaemin yang selalu cemberut jika satu hari ia absen dari daycare.

"Tidak, Bibi Lee tidak marah. Ibu juga sudah bicara ditelepon tadi. Katanya nanti Bibi dan Paman akan ke rumah, Jie senang tidak?"

"Wahh, Paman Makeu juga?" Jisung nampak antusias dengan ucapan ibunya. Tubuh kecilnya melompat-lompat kegirangan.

Renjun terkekeh gemas. Ia menoel hidung anaknya. "Paman Mark, Jie. Bukan Paman Makeu."

"Susah, Ibuu. Jie tidak bisa sebutnya," rengek si kecil Jisung.

Segera saja Renjun bawa anak itu ke dalam gendongannya. Ia menciumi wajah mungil anaknya dengan gemas. Hingga Jisung terkekeh kegelian dengan tangan mencoba menahan wajah ibunya. Mata kecilnya menyorot dengan bahagia ke dalam bola mata Renjun. Lalu setelahnya, balita itu mencium kening, kedua pipi dan bibir ibunya.

"Jie sayang Ibu," ucapnya tulus seraya memeluk leher ibunya malu. Wajah mungilnya terbenam diceruk leher Renjun.

"Anak Ibu manis sekali sih, Ibu juga sayang Jie."

Renjun tidak sadar jika kini ia sudah tiba didepan minimarket tempatnya bekerja. Ia mengeratkan pelukannya pada Jisung saat netranya menangkap punggung tak asing yang duduk tepat dikursi depan minimarket. Astaga, apalagi ini. Masih terlalu pagi untuk bertemu orang itu.

"Jie terus peluk Ibu ya?" Katanya pada putra kecilnya. Sebelah tangannya mengusap punggung kecil itu lembut.

"Eung..."

Kakinya terus melangkah, mencoba mengabaikan eksistensi orang itu. Renjun berharap Jaehyun tidak berbalik dan menatapnya. Akan menjadi petaka jika mereka kembali bertatap muka seperti tempo lalu. Renjun masih berusaha menyembuhkan lukanya, juga ia tidak sudi memperlihatkan si kecil pada pria itu.

"Renjun."

Tepat sekali saat kakinya menginjak teras minimarket, suara itu terlantun memanggilnya. Ia buru-buru menghadapkan diri ke arah Jaehyun. Menahan kepala anaknya untuk tidak mendongak apalagi berbalik. "Jie ingat kata Ibu tadi kan?" Bisiknya sangat lirih ditelinga anaknya. Jisung mengangguk patuh, lalu kembali membenamkan wajahnya.

"Apalagi?" Tanyanya.

"Tempo hari kau bilang padaku saat aku ingin bicara denganmu untuk menemuimu disini. Aku sudah tiga kali datang kemari, tapi baru kali ini menemuimu." Jaehyun berjalan mendekat, namun Renjun selangkah mundur.

AGONY | JaeRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang