1

4.3K 502 20
                                    

Matahari masih menyembul malu-malu. Jam dinding baru menunjukkan pukul 6 pagi. Pagi yang disambut hening saat sepasang mata itu terbuka. Sesekali menyipit mengumpulkan sisa-sisa kesadarannya. Berat yang menimpa tubuhnya membuatnya mengernyit, namun sesaat kemudian ia tersadar. Tubuh bagian atasnya ditindih oleh anak berusia 5 tahun.

Senyum hangat terbit dibibirnya. Tak menunggu waktu lama untuk bangkit dan memeluk si kecil agar tidak jatuh. Hingga bocah lelaki itu mengerang tak terima dengan tiba-tiba sang ayah.

"Sudah pagi, waktunya kita bangun," gumam Jaehyun serak. Ia menepuk gemas pantat berisi itu.

"Hngh... Ayah nakal."

"Hm?"

"Aku masih ngantuk. Jangan bangun cepat-cepat. Pusing," keluh anak itu perlahan membuka sepasang matanya. Tangannya merambat memeluk leher tegap ayahnya.

Jaehyun terkekeh mendengar keluhan itu. Ia bangkit membawa seonggok daging dalam dekapannya itu menuju kamar mandi. Ya, beginilah kesehariannya. Bukan tidak berniat memisahkan tidur anaknya, namun ia tidak tega jika harus membiarkam putra kesayangannya itu kesepian. Dalam benaknya, usia Jung Sungchan juga masih terlalu dini. Mungkin ia akan membiasakannya secara pelan-pelan.

Jung Jaehyun, putra tunggal keluarga Jung sekaligus cucu lelaki satu-satunya di keluarga itu. Enam tahun lalu ia menikahi seorang yang telah menjadi kekasihnya dan tepat empat tahun lalu mereka kembali berpisah. Kini, ia adalah single parent yang dikenal banyak orang memiliki satu anak lelaki menggemaskan. Jaehyun merupakan owner perusahaan Properti miliknya sendiri yang mulai dirintis sejak lima tahun lalu, tepat ketika putranya lahir ke dunia.

Keluarganya yang terpandang, membuatnya mau tak mau ikut terseret. Bahkan beberapa kali media menayangkan berita tentangnya. Tapi sungguh, Jaehyun sangat tak menyukai itu. Menurutnya, tak akan ada lagi privasi saat banyak orang mengenalnya.

Apakah sulit menjadi ayah yang juga harus mengambil peran sebagai ibu? Tentu. Beberapa kali Jaehyun kesulitan. Mengurus anak kecil seorang diri tanpa bimbingan dan bantuan sering kali membuatnya kewalahan. Banyak hal yang harus dimengerti olehnya. Banyak hal yang harus dipelajari.

"Ayah," panggil si kecil menepuk pipinya.

"Ya?"

"Jangan melamun. Nenek bilang kalau melamun nanti dimakan setan," ucapnya polos.

Ayah muda itu terkekeh geli mendengar penuturan anaknya. Ia angkat tubuh kecil itu setelah mereka selesai dalam acara berendam bersama. Membilas tubuh keduanya dibawah guyuran shower.

"Lain kali jangan dengarkan ucapan Nenek. Setan akan takut kalau memakan Ayah," balasnya.

"Kenapa setan takut memakan Ayah? Harusnya kan Ayah yang takut dimakan setan," lagi Sungchan berucap. Kepalanya dimiringkan ke kiri menunggu balasan dari ayahnya.

Jaehyun meletakkan anak itu diatas ranjang. Sementara dirinya mencari pakaian untuknya dan untuk Sungchan. Bayinya itu begitu aktif jika pertanyaannya tak terbalas dengan segera. Ya, menurutnya Sungchan masih menjadi bayi kecilnya. Tak rela rasanya melihat anak itu tumbuh dengan cepat.

"Nanti Ayah digigit, lalu menangis seperti ini 'huhuhuuu' nanti setannya tertawa."

Tawa pria awal tiga puluhan itu menggema di seisi kamar. Menatap anaknya yang baru saja memperagakan gaya menangis yang nyeleneh. Ia mengusap sudut matanya yang berair. Sungguh, awal hari yang bagus ia bisa tertawa dengan lepas. Mataharinya saja secerah ini, bagaimana mendung bisa mendatanginya.

"Setannya tidak akan berani gigit Ayah, kan ada Uchan yang menjaga Ayah."

"Hish... Uchan kan takut, Ayah..."

AGONY | JaeRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang