6

4.5K 496 131
                                    

Pagi-pagi sekali, Renjun sudah bangun dari peraduannya. Ingat betul bahwa ia sedang tidak berada dirumahnya, ia bergegas membenahkan tempat tidur bekasnya. Merapikan segala yang sempat berantakkan. Selanjutnya yang ia lakukan adalah segera keluar dari ruang kamar Jaehyun itu. Tungkainya melangkah menuju kamar sebelah, letak putranya tertidur. Sepasang netranya menangkap Jisung yang masih terlelap sendirian. Kepalanya celingukan mencari satu makhluk kecil lainnya. Dimana Sungchan?

Membiarkan si kecil lelap dalam tidurnya, Renjun memilih menyambangi ruang tengah. Sesuai dugaannya, Sungchan ada di sana. Namun rautnya membuat Renjun mau tak mau mempercepat langkah kaki. Melihat anak itu yang mengguncang tubuh sang ayah lebih keras dari sebelumnya. Gelagat paniknya tak lekang dari pandangan Renjun.

"Sungchan, kenapa?"

"Ayah ... Ayah tidak mau bangun," ujar lirih anak itu. Kedua bola matanya yang bulat berkaca-kaca ketika menatap Renjun.

Renjun menghela napas, melihat keadaan di depannya memang ia perkirakan Jaehyun terserang demam. Wajah pria itu pucat, bibirnya bergetar, disertai tubuh yang menggigil dan keringat dingin. Ada rasa bersalah dihatinya, ia nyaman tidur di atas tempat tidur dan diruang tertutup, sementara yang punya tempat merelakan diri tidur beralaskan sofa yang tentu dilihat dari segi manapun tidak akan terasa nyaman.

"Sungchan, Ibu boleh minta tolong, Nak?" tanyanya hati-hati. Sudut hatinya bergetar menyebutkan panggilan untuknya sendiri. Namun ketika melihat anggukan ragu dari anak itu, senyum lembut muncul dibibirnya. "Sungchan kembali ke kamar, boleh? Sungchan bisa kan mandi sendiri?" katanya pada si sulung, kembali anak itu menganggukkan kepalanya dengan ragu. Meski matanya tak bisa lepas dari sang ayah yang masih menutup rapat matanya, tak urung kakinya melangkah menjauh dari sana.

Renjun cukup bisa menghela napas mendapati sifat penurut putranya. Lalu pandangannya turun pada satu-satunya manusia yang bersamanya di sana. Tangannya menepuk-nepuk rahang tegas mantan suaminya.

"Hng ..."

"Bangun dulu, Jae. Tidurnya pindah ke kamar agar nyaman, kau demam," ucap Renjun. Untuk beberapa saat tidak ada respon dari manusia itu, hingga nyaris dimenit kedua, Jaehyun membuka matanya. Renjun yakini bahwa untuk membuka mata saja pria itu butuh usaha lebih keras. "Kau demam, pindah ke kamar saja. Aku akan buatkan makanan dulu, sekalian siapkan kompresan untukmu. Kau punya obat yang biasa dikonsumsi disaat seperti ini tidak?"

Jaehyun menggeleng, meski pandangannya masih sedikit kabur, ia masih bisa menyaksikan Renjun yang berujar panjang lebar. Sudut bibirnya tertarik tipis. "Aku harus kerja hari ini," ujarnya yang memantik kerutan dalam di dahi lawan bicaranya.

"Kau sakit, tidak bisa ijin?"

"Bisa, tapi sakitku ini tidak parah, masih bisa ditahan."

Renjun berdecak, "Masih sama ternyata, keras kepala. Seberapa banyak pekerjaanmu? Tidak lebih penting 'kan dibanding kesehatanmu sendiri!"

Hal itu cukup untuk membuat Jaehyun menarik kembali kedua sudut bibirnya. Benar-benar sial dirinya dahulu karena melepaskan sesuatu yang seharusnya masih bisa ia genggam hingga sekarang. Sudut hatinya merindu pada omelan si manis manakala ia sakit akibat ulahnya sendiri, ocehan yang juga diselingi perhatian. Tangannya yang selalu nampak begitu terampil mengurus segala kebutuhannya, bahkan tak protes ketika Jaehyun memonopolinya seharian penuh. Sekarang, mendengar suaranya saja rasanya Jaehyun sudah sangat bersyukur, tanpa harus mengharapkan hal yang lebih dari itu.

"Hari ini ada pertemuan penting dengan staff keuangan. Ada agenda makan siang juga dengan ayah yang sudah dijadwalkan sejak minggu lalu. Aku tidak mungkin absen begitu saja," ujarnya menjelaskan pertemuannya untuk hari ini, yang mungkin saja akan menyita waktunya seharian penuh. Dengan kondisi tak bagus seperti itu, tentu saja ucapannya mendapat delikan kontan dari mantan istrinya.

AGONY | JaeRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang