Dalam kurun waktu beberapa tahun ini, tidak pernah sekalipun Renjun bertemu langsung dengan putra sulungnya. Jika ditanya rindu, ibu mana yang tidak rindu dengan anak kandungnya? Renjun tentu tidak ingin munafik dengan berkata tidak. Ada keinginan yang besar dalam dirinya untuk membawa balita manis yang terakhir kali bersamanya masihlah berumur kurang dari dua tahun. Namun usahanya kalah telak dengan kuasa yang dimiliki keluarga mantan suaminya.
Kendati demikian, ia selalu berharap si sulung baik-baik saja, hidup dengan layak tanpa kekurangan kasih sayang. Harapan bahwa anak itu hidup dengan baik dan teramat layak selalu Renjun sematkan tiap kali ia meminta pada Tuhan. Beserta harapan-harapan lain yang tidak pernah usai ia lambungkan.
Pagi ini, niatnya ia akan kembali menitipkan Jisung di daycare tempatnya biasa, sebab sangat tidak memungkinkan jika ia kembali membawa putranya itu ke tempat kerja. Pandangannya bersirobok dengan sepasang netra pekat mantan suaminya. Menghindar pun rasanya sia-sia ketika jarak diantara mereka semakin menipis dan hanya menyisakan kurang dari tiga meter. Dengan sesosok mungil di sampingnya, Jaehyun berdiri kokoh. Bukan hanya Renjun yang terkejut, pria itu pun demikian. Tak menyangka pertemuan mereka akan kembali terjadi, terlebih pertemuan terakhir mereka tak membuahkan hasil apapun selain beradu argumen.
"Hyung!"
Keduanya kembali terperanjat, manakala bocah berusia tiga setengah tahun yang dituntun Renjun memanggil anak lain di gandengan Jaehyun. Ada jantung yang nyaris lepas dari tempatnya. Sepasang mata Renjun bergetar melihat putra bungsunya yang berbinar menatap anak lain di sana.
"Jie?" panggil sang ibu. Pandangannya turun menatap putra kecilnya yang malah menampilkan senyum lebar alih-alih menyahuti panggilan ibunya. "Jie kenal?" tanya Renjun penasaran.
Si kecil mengangguk heboh, "Sungchan Hyung, kan? Kami pernah bermain bersama waktu itu."
"Sungchan?" gumam Renjun. Harusnya ia tidak seterkejut ini. Jika di ingat-ingat, ia mengikuti semua kabar mengenai keluarga Jaehyun yang sering kali tersorot media, tak terkecuali si kecil Sungchan. Putra sulung mereka.
"Jie masuk duluan tidak masalah, Nak? Temui Bibi Lee," ucap Renjun pada si kecil Jisung, yang lantas dibalas anggukan. Anak itu tak segan mengajak anak yang lebih tua untuk masuk lebih dulu. Meninggalkan kecanggungan antara kedua orang tuanya.
Dua bocah melenggang dengan langkah yang teramat ringan. Kedua tangan mungil mereka saling menggenggam, suara-suara kecil keduanya terdengar lebih riang dari sebelumnya. Berbeda dengan Renjun dan Jaehyun yang dilanda hening panjang. Sunyi selama beberapa menit sebelum Renjun memilih berbalik, berniat pergi lebih dulu. Namun hal itu tentu menyita atensi Jaehyun yang kontan menahan pergelangan tangan mantan istrinya.
"Yang tadi itu ... Sungchan. Putra kita," kata putra tunggal Jung itu.
"Aku tahu."
Jaehyun membasahi bibirnya yang tiba-tiba saja terasa kering. Tenggorokannya seolah tersendat, memikirkan kata apalagi yang harus ia ucapkan untuk memulai pembicaraan. Ia bukan sosok yang pandai berkata-kata, tapi merasa tidak nyaman juga jika saling mendiami seperti ini. "Ada waktu untuk bicara berdua?" tanyanya mencoba peruntungan. Syukur-syukur jika diterima, jika tidak, mungkin ia akan berusaha lebih keras lagi membujuk dalam si manis.
"Aku harus kerja. Jadi tolong, lepaskan tanganku. Kau menghambat waktuku," ujar Renjun seraya melirik pergelangan tangannya yang tak kunjung dilepaskan.
"Ah ... iya. Jadi, bagaimana? Tidak hari ini juga tidak masalah, aku akan menunggu kapan pun kau ada waktu." Pria itu berdiri canggung, hastanya spontan menggaruk tengkuk yang tidak gatal sama sekali. "Setidaknya kita harus membahas tentang masalah anak-anak," tambahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGONY | JaeRen
FanfictionAgony berarti penderitaan mendalam, kesakitan dan perjuangan susah payah. Ini tentang Renjun yang bertahan untuk dirinya, untuk anaknya. Jaehyun - Renjun BxB | Mpreg | Missgendering