•🕊One in Memory J - Fever

86 49 6
                                    

🕊One in Memory J - Fever

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🕊One in Memory J - Fever

"Pagi yang indah." Kini aku bergumam ketika membuka gorden jendela, melihat taman kecil di rumahku penuh oleh butiran salju.

Setelah itu, aku berjalan menuju meja rias, mengambil lipblam untuk aku taruh ke dalam tas sekolah. Mataku juga sempat melirik pada jam dinding, sebelum aku putuskan untuk keluar dari kamar, berjalan menuju meja makan.

Saat aku menuruni anak tangga, aku menoleh ke arah dapur, melihat semua keluargaku sudah berkumpul, mengitari meja makan. "Tumben sekali ada Kak Jay," ucapku dalam hati. Pasalnya kak Jay Park itu kerap berangkat lebih pagi atau dirinya menginap di rumah temannya.

"Ibu melihat Sujin?" tanya Kak Sunghoon yang tengah sibuk merapikan seragam sekolah tanpa melihat ke arahku yang sedari tadi mempersiapkan makanan ke dalam kotak nasi. Tepat di hadapannya.

"Tumben sekali kau menanyakan adikmu, biasanya kalian selalu bertengkar," sahut Kim Haeun, Ibu tercintaku. Mendengar itu aku hanya menahan senyum menatap Ibu, berusaha tidak menyadarkan Kakak.

"Bukan begitu, Bu. Masalahnya saat pukul 02.00 aku mengintip di kamarnya, tapi tidak menemukan Sujin tertidur. Aku yakin pasti dia tidak pulang semalam––"

"Apa?" Ketusku menyela ucapan Kak Sunghoon, mengambil tas sekolah yang aku taruh di kursi serta mengambil sandwich yang aku buat sendiri. "Ibu, Ayah, aku berangkat."

"Tumben sekali sepagi ini." Heran Kak Jay membuat Ayahku yang bernama Park Songjae mengangguk membenarkan.

"Dan hari ini pun dia membawa kotak bekal," sambungnya.

"Apa salahnya aku membawa bekal?" timpalku muram kemudian meminum susu yang dibuatkan oleh Ibu.

"Ah ... tidak peduli! Aku berangkat!" lanjutku tergesa-gesa melangkahkan kaki meninggalkan dapur. Namun, langkah itu terhenti saat Kak Sunghoon menahanku.

"Sujin tunggu sebentar."

"Apa lagi?" Aku menoleh. Kak Sunghoon pun melemparkan buku cacatan hingga mengenai dada.

"Tugasmu sudahku kerjakan semuanya. Sukseslah dalam belajar nanti. Mengerti?"

"Oke. Terima kasih!" sahutku penuh gembira seraya berlari kecil mengambil skateboard yang biasa ditaruh dekat sofa ruang tamu. Sebelumnya aku memang minta bantuan Kak Sunghoon untuk mengerjakan tugas Matematika karena pada saat itu aku malas mengerjakannya.

***

Kini aku hentikan lajuku menggunakan skateboard, berdiam diri di bawah pohon, tepat di luar komplek perumahan untuk menunggu Jungwon. Karena tempat ini sudah sering menjadi tempat pertemuan kami berdua.

One In Memory J ༎ Yang Jungwon ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang