•🕊One in Memory J - It Starts Today

141 64 26
                                    

🕊One in Memory J – It Starts Today

"Sut, jangan pikirkan aku, dan kau Jungyeon, cepatlah makan jjajangmyeonnya sebelum dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sut, jangan pikirkan aku, dan kau Jungyeon, cepatlah makan jjajangmyeonnya sebelum dingin." Jungwon berkata di selang menegguk sekaleng soda.

"Tapi perutmu juga kosong!" tajamku seraya menyodorkan jjajangmyeon milikku tepat di hadapannya. Namun, lelaki menggeleng kecil dan berpura-pura menguap saat Jungyeon mulai menatap kami penuh selidik.

"Aku sudah makan tadi. Jadi, kalian saja yang makan." Tangannya kian menyodorkan kembali makanan tersebut kepadaku.

Mau bagaimana lagi? Aku hanya terdiam, menyuapkan mie hitam ke dalam mulut kemudian melirik ke arah Jungwon yang tersenyum melihat Jungyeon makan dengan lahap.

"Bagaimana dengannya? Aku sangat tahu bahwa dia belum makan sejak siang ini," ucapku dalam hati. Karena selepas pulang sekolah dirinya begitu sibuk bekerja melayani banyaknya pelanggan.

"Apa sekarang perutmu kenyang?" Kulihat Jungwon bertanya pada sang adik tanpa melunturkan senyumannya.

"Tidak, aku masih lapar," jawab Jungyeon yang menunduk kepalanya sesaat, sebelum melanjutkan makannya.

Setelah berkata demikian anak bermarga Yang itu segera mengambil beberapa roti kemasan lalu menaruhnya di dekat mangkuk Jungyeon. Melihat aksi tersebut membuat dadaku terasa sesak, merasa tersentuh. Karena ini adalah pertama kalinya aku melihat seorang kakak begitu peduli dan penuh kasih sayang terhadap sang adik.

Pikiranku kian tertuju terhadap sosok sang kakak Jungwon yang tidak pernah berjumpa denganku, padahal aku kerap kali bermain di sini tanpa mengenal waktu. Aku tidak begitu terkejut akan sikap sang kakak sulung Jungwon karena Jungyeon kerap kali menceritakan bahwa sang kakak perempuannya tersebut tidak begitu peduli terhadap adik-adiknya, bahkan dirinya kerap kali meminta uang kepada Jungwon.

Aku tidak menyangka jika dibalik senyuman dan kecerian yang dimiliki oleh lelaki yang aku sukai itu terdapat banyak beban yang dia pikul. Diusia remaja yang yang sehrusnya sibuk memikirkan masa depan nati, justru Jungwon lebih memilih untuk mengutamakan keadaan rumah, termasuknasib sang adik yang dia sayangi, seolah-olah tidak begitu peduli terhadap dirinya sendiri.

"Ada apa denganku?" gumamku seraya menyeka air mata yang tidak disadari telah menitik dari kelopak matanya.

"Kakak, maafkan aku," lanjutku dalam hati. Mengingat bahwa selama ini aku belum bisa menjadi adik yang bagi kedua Kakak lelaki. Kini aku seka kembali jejak air mata, tersenyum menatap mereka berdua yang sudah melihatku sedari tadi.

"Hehe maaf-maaf, jjajangmyeon milikku sangat pedas … makannya aku menangis." Kini aku berkilah agar mereka berdua tidak lagi menatapku heran. Jujur, aku merasa canggung oleh tatapan taam mereka.

"Baju kalian sama. Apa kalian pacaran?"

Aku bergeming mendengar ucapan Jungyeon, merasa senang disertai rasa malu. Sebenarnya inilah yang aku tunggu-tunggu sejak tadi. Menunggu agar Jungwon menyadari hoodie yang aku kenakan, pasalnya saat pertama kali kita bertemu, anak lelaki tampan itu tampak tidak acuh terhadap hoodie kami yang terlihat sama.

One In Memory J ༎ Yang Jungwon ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang