Malam itu semua anggota keluarga Afdillah sedang berada dirumah. Momen seperti itu jarang kali terjadi, maka dari itu mereka selalu memanfaatkan waktu sebaik mungkin dengan menghabiskan waktu bersama walau hanya sebentar, dengan kata lain family time. Kegiatan family time ini bisa bervariasi, tergantung mood para anggota keluarga Afdillah.
Mereka semua kini berkumpul di ruang keluarga, mereka memutuskan untuk menonton film bersama. Disaat sedang movie time, terkadang ada seseorang yang hobi spoiler cerita di tengah film yang sedang berjalan dan ada pula pihak yang benci di spoiler-in sampai kesal sendiri dibuatnya.
"Eh ini tuh ntar si Coco nya pergi ke luar negeri tau", cerocos Ghea.
"Ssstt... Please banget Ghea, diem napa sik! Jangan spoiler-in. Ngga seru ntar ihh!", kesal si Tiara.
"Ehe. Gatel ni mulut tauk", ceplos Ghea dengan rasa tidak bersalahnya.
"Udah deh dek, lagian salah sendiri udah nonton. Jadi gatel kan tuh mulut mau spoiler-in", lerai Rio sang kakak tertua.
"Ya habisnya pada milih film ini, ya aku mah manut manut aja."
"Ya salah kamu sendiri, adek tadi kan disuruh kasih saran film juga, terus bilangnya terserah. Rasain tuh terserahnya adek", timpal Mama Farida yang pada akhirnya juga menyalahkan anak bungsunya.
"Ah adek disalahin terus ni. Papa, anak bungsumu yang menggemaskan ini disalah salahin terus pa. Bela Ghea dong paaa", rengek Ghea meminta pembelaan dari sang Papa.
Justru respon yang keluar dari sang papa membuat Ghea tambah cemberut, "Papa ngga bisa bela adek kali ini, soalnya Papa juga ga suka di spoiler-in kalo belum pernah liat filmnya. Udah, adek duduk anteng, ikut nikmatin filmnya, okay cantik?", sambil mengelus kepala anak gadisnya yang sedang cemberut itu.
Terlihat ada tatapan kemenangan (yang agak mengesalkan kalo dilihat lihat) dari Tiara yang ditujukan kepada Ghea. Ghea yang melihat itu, melengos dan menampakkan wajah cemberutnya.
"Yaudah deh, Ghea diem ni", sungut Ghea. Akhirnya Ghea mengalah.
Tak lama kemudian...
"Ah tuh kan apa Ghea bilang! Si Coco keluar negeri juga akhirnya. Gara gara si Fatiya si! Coco jadi mutusin untuk pergi keluar negeri kan", seru Ghea dengan berapi api.
"Gheaa!!! Ih bisa diem nggak sih nontonnya. Lagi fokus menghayati filmnya nihh", kesal si Tiara lagi untuk kesekian kalinya, sambil menimpuk Ghea dengan bantal yang sedang dia dekap. Maklum, Tiara adalah tipikal orang yang menikmati film dengan tenang agar bisa menghayati isi filmnya.
"Aww, kak Tiara ih."
"Rasain."
"Hadeh. Tadi katanya ada yang mau diem...", sindir Rio terhadap Ghea.
"Hehe ya maap keceplosan, abisnya ngeselin si Fatiya juga tuh", Ghea membela dirinya sendiri dengan cengiran tengil dan polos khas Ghea.
"Ah bodo ah. Diem Ghe! Awas aja kalo ngereaksiin lagi", ancam Tiara pada Ghea.
"Iya deh diem nihhh", balas Ghea sambil memperagakan tutup mulut.
Mama Farida dan Papa Afdillah hanya menggelengkan kepala melihat tingkah anak anaknya yang membuat suasana rumah terlihat ramai. Suasana itulah yang selalu membuat rumah terasa hidup dan selalu dirindukan oleh setiap anggota keluarga Afdillah jika mereka berada jauh dari rumah. Mereka bersyukur, keluarga mereka walaupun tidak selalu berada dirumah lengkap tiap harinya, tetapi mereka selalu harmonis dan saling menjaga satu sama lain.
Setelah film selesai, mereka merasa kelaparan. Wajar saja, karena mereka belum menyantap makan malam sama sekali. Mereka hanya memakan cemilan kecil sembari menonton film.
"Laper banget nih. Makan yuk ma, pa, dek", ucap Rio sambil mengelus perutnya karena lapar.
"Yuk, mau makan diluar apa dirumah nih?", tanya Papa Afdillah ke istri dan anak anaknya.
"Luar", jawab Tiara dan Ghea bersamaan.
"Ih ngikut aja kak Tiara!"
"Ye yang ada kamu tuh Ghe!"
"Nggak ya, aku duluan tadii."
"Udah ah, males kakak debat sama kamu. Ngga ada abisnya ntar", ucap Tiara sambil mengibaskan satu tangannya kedepan muka, tanda tidak ingin meneruskan perdebatannya dengan sang adik yang sangat ceriwis itu.
"Ah nggak seru kakak sekarang, mainnya ngalahan teruss", keluh Ghea.
Mama Farida akhirnya memutuskan, "Yaudah makan diluar aja pa. Kebetulan juga bahan makanan di kulkas juga menipis, belum belanja lagi. Besok baru belanja lagi paling mama."
"Yaudah yuk, siap siap semuanya", seru Papa Afdillah.
Lalu semuanya langsung bergegas untuk siap siap makan malam diluar. Sebenarnya jam sudah menunjukkan pukul 9 malam lebih 10 menit. Tapi namanya juga kota metropolitan, kehidupan kota seperti tidak ada matinya.
"Yuhuu... Ghea cantik dah selese nich", teriak Ghea memenuhi seluruh penjuru rumah.
"Berisik banget si toa satu ini. Ada orang ni disini. Budeg tau jadinya", sahut Tiara dengan juteknya sambil melirik tajam Ghea serta mengusap telinganya yang tak bersalah jadi sasaran suara merdunya Ghea.
"Yeuu. Jutek amat si mbaknya ah. Belum makan pasti ya, hahahaha", canda Ghea sambil meledek Tiara yang sangat jutek itu.
"Ghe, awas ati ati sama macan betina satu itu. Ntar diterkam loh", bisik Rio terhadap Ghea, yang ikut meledek Tiara.
"Aku denger ya", sahut Tiara dengan masih mempertahankan tatapan mautnya.
"Atut ah kak. Udah deh aku dah ga tereak tereak lagi niiy", ucap Ghea dengan santainya sambil duduk di sofa, di samping Tiara.
Tiara menanggapinya dengan diam dan setelah itu menatap layar hpnya. Beberapa menit kemudian kedua orang tuanya muncul dari kamar mereka.
"Yuk gass kita makan malam", seru Papa Afdillah.
"Hayukk", seru Ghea dan Rio tak kalah serunya. Tiara hanya bangkit dari duduknya dan melenggang masuk ke dalam mobil mengikuti langkah orang tuanya.
Jika kalian bertanya tanya mengapa Tiara begitu dingin dan juteknya, ya inilah Tiara di usia 17 tahunnya. Tiara yang sudah mulai beranjak dewasa sejak insiden buruk yang menimpanya disaat usianya masih 12 tahun, belum genap 13 tahun. Saat itu Tiara kecil masih duduk di bangku SMP kelas 7. Kini Tiara sudah duduk di bangku SMA tepatnya kelas 11.
Tak terasa 4 tahun telah berlalu. Tiara yang dulunya seceria Ghea bahkan lebih ceriwis dari Ghea, menjadi hampir 180° berubah menjadi Tiara yang kalem dan cuek. Bahkan Tiara bisa menjadi orang yang jutek, seperti tadi saat diledek oleh saudaranya, Ghea dan Rio. Ghea dan Rio seringkali berusaha membangkitan pribadi Tiara yang dulu, Tiara yang ceria dan cerewet. Namun, usaha itu belum membuahkan hasil hingga saat ini.
*Semangat ya Ghea dan Rio, kalian pasti bisa! Yok bisa yok! (;author in action. nyemangatin Ghea sama Rio. wkwkwk)***
Gimana lanjutan cerita di bagian pertamanya? Tiara nya dah keliatan jutek jutek macan tuh wkwk. Gimana kisah Tiara selanjutnya ya? Komen dan vote nya yuk ah guys. Vote pokoknya, biar aku makin semangat nyambungin ceritanya nih hehehe. Komen kalian juga means a lot for me, karena kontribusi kalian bisa menjadi penyeimbang yang rumpang dan bisa menjadi ide yang nantinya mungkin bisa kumasukin ke dalam ceritaku. So, have an enjoy reading, my lovely readers! Love, D!♡
KAMU SEDANG MEMBACA
A Cup of Coffe
General FictionSejak kejadian 6 tahun yang lalu, Tiara yang dulunya sangat terbuka dan periang mulai berubah menjadi seseorang yang cukup tertutup. Hingga suatu saat ketika Tiara sedang menjadi salah satu panitia sebuah event kepanitiaan di kampusnya, ia tak senga...